PROLOG

5 0 0
                                    


"Apa yang lebih sakit dari nggak dianggap siapa-siapa oleh orang yang kamu anggap segalanya, sekalipun itu nggak selamanya?"

Bagi cewek itu, dunia sudah hancur saat satu-satunya cowok yang dia percaya di dunia ini pergi tanpa menoleh lagi. Sayangnya, mengejar ke mana cowok itu berlari bukan pilihan yang bisa bikin sakit hatinya pulih. Meski ini bukan untuk pertama kalinya cowok itu berlaku semena-mena tapi sulit sekali rasanya untuk mengakhiri hubungan yang sudah mereka pertahankan berakhir begitu saja.

Angin sore itu berdesau-desau, menerbangkan dedaunan ke atas tempat cewek dengan rambut tergerai panjang itu terduduk. Dari jalan utama, bising kendaraan bermotor tidak lagi terdengar atau telinganya saja yang sudah lelah mendengar banyak hal hari ini. Sementara roda sepeda miliknya yang tergeletak di atas rerumputan masih belum berhenti berputar, isi kepalanya terlanjur sulit berpikir ke mana dia harus pergi setelah ini.

"Gue nggak maksud nyinggung lo," Zeth Althaf dengan suara tenornya muncul dari belakang lalu berjongkok di samping cewek itu, "tapi tetep mempertahankan cowok seperti itu setelah apa yang lo laluin sekarang dan sebelum ini, gue rasa itu tindakan yang bodoh."

Cewek itu menyembunyikan wajahnya yang memerah dan basah dengan berpaling, mencoba membutakan matanya dari apapun yang dinyatakan temannya—jika dia masih mau menganggapnya seperti itu. Dia masih berharap cowok yang baru saja membuat kakinya lemas itu berubah dan berhenti berpura-pura bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Dia butuh pengakuan dari banyak orang tentang hubungan mereka, tapi cowok itu keras kepala dengan pendiriannya untuk merahasiakan. Meski begitu baginya backstreet bukan pilihan yang tepat, dia sudah merasakan lukanya lebih dari sekali.[]

***

Bring Me Back To YouWhere stories live. Discover now