1 | Kasus Baru

4.2K 306 10
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

MEI 2023, MASA KINI.

Risa baru saja tiba di kantor setelah mengurus beberapa hal terkait dengan penangkapan tersangka yang sudah buron selama empat bulan. Ia baru saja menyalakan komputer dan duduk di kursinya ketika sosok Meilani--rekan kerja sekaligus sahabat baiknya sejak SMP--muncul di ambang pintu ruangan tersebut.

"Sa, kamu dicariin sama Pak Dandi, tuh," ujar Meilani.

"Hah? Aku dicariin sama Pak Dandi? Ada urusan apa? Aku tadi pagi sudah melapor soal pekerjaanku, kok, saat bertemu Pak Dandi," heran Risa.

"Enggak tahu ada urusan apa. Mungkin dia mau mencoba jujur padamu soal perasaannya selama ini yang sudah dia pendam-pendam, Sa," goda Meilani, begitu terang-terangan.

"Hush! Ngawur kamu! Siapa sih, yang menyebar gosip murahan begitu soal perasaan Pak Dandi terhadapku? Lagi pula, kok bisa-bisanya kamu percaya sama gosip murahan begitu? Aku ini sahabatmu, Mei. Kamu jelas tahu bagaimana aku dan perasaanku melebihi siapapun di dunia ini," tegur Risa, jauh lebih keras daripada biasanya.

Meilani pun langsung mengunci rapat mulutnya, meski kedua matanya masih saja mengedip-ngedip centil ke arah Risa yang sedang menyemprotnya.

"Sudah ... kamu jangan ngomong yang aneh-aneh lagi soal perasaan Pak Dandi. Ingat, kamu itu bukan peri cinta ataupun mak comblang. Aku akan ke ruangannya Pak Dandi dulu. Tolong selesaikan laporan yang sudah aku buat itu. Tinggal kamu print saja," pinta Risa, kembali berbicara lemah lembut pada Meilani.

"Traktir," pinta Meilani, manja.

"Traktor!" balas Risa, sambil berjalan menuju pintu.

"Pokoknya traktir aku!" Meilani bersikeras.

Risa tak lagi menyahuti ocehan Meilani yang selalu sukses membuat kepalanya mengalami spaneng* tingkat akut. Ia berjalan dengan tenang menuju ke ruangan atasannya, Dandi. Dandi mengizinkannya masuk setelah Risa mengetuk pintu seperti biasa, lalu memintanya untuk duduk. Setelah Risa duduk di kursi yang ada di depan meja kerja milik Dandi, sebuah berkas pun tersodor ke hadapan Risa. Risa menatap ke arah Dandi untuk mendapatkan penjelasan. Sementara Dandi menikmati tatapan Risa yang terarah padanya dengan jantung berdebar-debar hebat.

Apa yang Meilani katakan pada Risa jelas benar adanya, bahwa Dandi telah lama sekali menyimpan perasaan terhadap Risa, namun tak berani mengungkapkannya. Risa terlalu dingin dan selalu datar. Hal itulah yang membuat Dandi selalu tak tahu harus melakukan apa untuk bisa mendapatkan perhatian Risa. Baginya, Risa adalah satu hal yang begitu sulit untuk dijangkau. Namun meski hati Risa sulit dijangkau, hal itu tak juga membuatnya ingin mundur untuk mendapatkan Risa.

"Pak? Pak Dandi? Bapak sehat, 'kan?" tegur Risa, sambil melambai-lambaikan tangan di depan wajah Dandi.

Dandi pun tersadar dari lamunan tentang perasaannya pada Risa, saat melihat Risa melambai-lambaikan tangannya. Wajah Dandi langsung memerah dengan sempurna di hadapan Risa.

"Pak? Butuh dipanggilkan Dokter?" tawar Risa.

"Eng--enggak. Aku enggak butuh dipanggilkan Dokter. Aku sehat wal 'afiat, Insya Allah," jawab Dandi dengan cepat.

"Oh ... oke. Jadi sekarang Pak Dandi bisa memberi tahu soal berkas yang baru saja Bapak sodorkan ini?" pinta Risa, masih menduga-duga.

"Ya, tentu. Itu adalah berkas kasus baru yang harus kamu tangani."

"Kasus baru, Pak? Loh, tapi 'kan kasus yang kemarin Bapak berikan padaku sama sekali belum aku kerjakan, karena aku masih sibuk dalam penangkapan tersangka yang buron. Niatnya baru aku akan kerjakan mulai hari ...."

"Berikan saja kasus yang itu kepada yang lain," potong Dandi dengan cepat. "Kasus ini jauh lebih penting untuk kamu selesaikan, karena kasus ini memiliki misteri di dalamnya. Persis seperti keahlian kamu dalam mengungkap misteri dalam sebuah kasus. Kali ini aku yakin kalau kamu akan bisa menangani kasus itu dengan mudah seperti biasanya, daripada kasus yang kemarin aku berikan."

Risa jelas langsung tergiur dengan iming-iming misteri yang Dandi sebutkan. Dandi jelas tahu betul kalau sejak dulu Risa sangat suka memecahkan sebuah misteri. Maka dari itulah ia sengaja menyebutkan soal misteri yang memang terdapat di dalam kasus baru tersebut.

"Misteri? Bisakah Bapak jelaskan mengenai misteri yang baru saja Bapak sebutkan?" tanya Risa, kembali menatap ke arah Dandi setelah sejak tadi menatap ke arah map berisi berkas.

Dandi kembali menikmati tatapan yang Risa tujukan kepadanya. Perlahan ia tersenyum tipis atas antusiasnya wanita itu terhadap sesuatu yang merujuk pada sebuah misteri. Meski ekspresi Risa tetap saja datar seperti biasanya, namun Dandi jelas bisa melihat rasa penasaran yang tergambar dari sorot matanya.

"Tadi Kepala Desa di Desa Banyumanik menelepon dan mengatakan bahwa ada salah satu warga di Desanya yang meninggal dunia. Aku pikir itu hanyalah kasus orang meninggal biasa yang mungkin terbunuh karena dirampok atau terbunuh karena hampir diculik. Tapi saat Kepala Desa itu mengatakan bahwa warga Desanya itu meninggal setelah mendapatkan teror setangkai bunga mawar putih yang berlumuran darah, barulah aku paham bahwa itu jelas bukan kasus biasa. Maka dari itulah aku ...."

"Teror setangkai bunga mawar putih yang berlumuran darah?" potong Risa.

Wajah wanita itu tampak memperlihatkan rasa kaget yang begitu nyata di hadapan Dandi.

"Iya, teror setangkai bunga mawar putih yang berlumuran darah. Kenapa? Kamu merasa tertarik dengan kasusnya atau ...."

"Aku pernah mendengar soal kasus serupa beberapa tahun lalu, Pak. Nanti akan aku coba cari berkas kasusnya untuk kuperlihatkan kepada Bapak. Sekarang, katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk mengusut kasus itu? Apakah aku akan mendapat akses apa pun yang aku butuhkan? Apakah aku tidak akan dipersulit oleh siapa pun ketika menyelidiki misteri dari teror mawar berdarah itu?" tanya Risa.

Dandi jelas tidak menemukan adanya keraguan di dalam ucapan Risa, soal dirinya yang pernah mendengar mengenai kasus serupa beberapa tahun lalu. Risa belum pernah mempermainkan orang lain hanya karena ingin bisa mendapatkan kasus yang berbau misteri di dalamnya. Dandi hafal betul akan hal itu.

"Ya, tentu saja kamu akan mendapatkan akses yang kamu butuhkan. Kamu juga tidak akan dipersulit oleh siapa pun ketika menyelidiki kasus itu. Aku akan selalu berada di sisi kamu kali ini. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mempersulit kamu ketika sedang mengerjakan kasus tersebut," janji Dandi.

"Oke. Kalau begitu aku akan mulai mengerjakan kasus ini bersama dengan Bapak dan juga Mei, hari ini. Aku akan serahkan dulu laporan yang sudah aku selesaikan, kepada Bapak. Baru setelah itu kita sama-sama pergi ke Desa Banyumanik," ujar Risa.

"Ya, aku akan tunggu laporan kamu sambil bersiap-siap untuk berangkat ke Desa Banyumanik," Dandi menyetujui yang Risa katakan.

Risa pun berpamitan dari ruangan milik Dandi, meninggalkan Dandi yang kini tersenyum sendiri sambil mengingat kenangan lama soal Risa.

"Kamu tidak pernah berubah. Masih saja sama dan itu membuatku susah lupa," batin Dandi.

* * *

*Spaneng = tegang.

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now