PROLOG

8.2K 423 25
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

DUA PULUH LIMA TAHUN LALU, TAHUN 1998.

Seorang wanita cantik terdengar sedang bersenandung lirih di taman bunga miliknya, yang ada di bagian belakang rumah. Wanita itu tengah menyirami bunga-bunga mawar putih yang menjadi favoritnya. Harum bunga mawar putih itu merebak ke seluruh penjuru desa setiap saat, sesuai dengan arah ke mana angin bertiup. Warga Desa Banyumanik yang selalu mencium aroma wangi bunga mawar putih sudah tahu pasti dari mana asalnya.

Usianya sudah tidak muda lagi. Sudah memasuki angka tiga puluh lima tahun. Wajahnya begitu bersih dan bercahaya. Dia adalah kembang desa yang begitu dipuja-puja oleh para pria, baik yang muda maupun yang tua. Selama ini, wanita cantik itu hanya hidup sendiri. Tidak pernah ada yang melihatnya berusaha mencari jodoh, meski banyak pria yang begitu menginginkannya. Dia sangat menjaga dirinya dan membatasi interaksi dengan lawan jenis. Dia anak tunggal. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal dunia. Dia tinggal di rumah peninggalan Almarhum kedua orangtuanya dan selalu ramah kepada siapa saja yang hidup di sekitarnya.

Namanya Kenanga. Orang-orang di Desa Banyumanik biasa memanggilnya Nyai Kenanga. Kegiatan sehari-harinya selain merawat bunga-bunga mawar putih di taman pribadi miliknya adalah bertani. Dia adalah salah satu petani jagung yang sukses di Desa Banyumanik. Warga Banyumanik banyak sekali yang merasa terbantu olehnya, karena dia tidak pernah memberikan harga mahal kepada warga sekitar yang ingin membeli jagung yang sudah ia panen. Ia juga bukan orang yang pelit. Ia sangat dermawan dan tidak pernah segan membantu orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. Namun tetap saja, kebaikan seseorang bisa kalah hanya karena ada satu orang yang membencinya.

Semua orang di Desa Banyumanik tahu, bahwa pria beristri dari kalangan berada bernama Sutejo selalu saja berusaha mengejar-ngejar Nyai Kenanga. Sutejo benar-benar tergila-gila dengan kecantikan yang dimiliki oleh Nyai Kenanga. Tidak ada satu hari pun yang dilewati oleh Sutejo tanpa mengganggu, menghadang, dan bahkan berusaha menyentuh Nyai Kenanga apabila mereka tak sengaja berpapasan. Sayangnya, Nyai Kenanga selalu saja berusaha menghindari Sutejo dan tidak segan untuk mengusirnya secara baik-baik agar tidak mengganggu dirinya. Namun sebaik apa pun Nyai Kenanga mengusir Sutejo, tetap saja membuat Sutejo merasa tersinggung dan merasa tidak dihargai oleh Nyai Kenanga. Hal itulah yang akhirnya membuat Sutejo mulai membenci Nyai Kenanga, akibat rasa sukanya yang tidak berbalas.

Senja telah terlihat di langit saat Nyai Kenanga selesai menyirami bunga-bunga mawar putih kesayangannya. Ia meletakkan alat siram tanaman di dekat peralatan berkebun lain yang tersedia di sana. Ia kembali memandangi bunga-bunga mawar putih itu sekali lagi dengan penuh senyum, sekaligus menghirup aromanya yang wangi seakan dirinya tidak akan lagi bisa menghirup aroma tersebut esok hari.

Saat dirinya berbalik dan hendak masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang, seseorang mendadak muncul dan langsung membekap mulutnya kuat-kuat sambil menodongkan sebilah pisau ke arah leher Nyai Kenanga. Nyai Kenanga jelas merasa ketakutan dan langsung berupaya meronta-ronta agar bisa melepaskan diri.

"Diam kamu! Kalau kamu tidak diam, maka akan kubunuh kamu sekarang juga!" ancam laki-laki yang tak lain adalah Sutejo.

"ERRRGGHHHH!!! MM-MMHHH!!!"

Nyai Kenanga benar-benar tak bisa mengeluarkan suaranya akibat bekapan tangan Sutejo yang begitu kuat pada mulutnya. Sutejo tidak mau sampai ada yang melihat aksinya, meskipun ia tahu bahwa tidak akan ada yang melihat aksinya tersebut. Untuk itulah ia segera menyeret Nyai Kenanga ke dalam rumah melalui pintu belakang yang terbuka sejak tadi. Sesampainya di dalam rumah, Sutejo segera menutup pintu belakang dan menguncinya. Ia kemudian membanting tubuh Nyai Kenanga di lantai rumah itu dengan sangat keras, sehingga Nyai Kenanga merasakan sakit yang menjalari seluruh tubuhnya.

Nyai Kenanga berusaha merayap di lantai agar bisa menjauh dari Sutejo yang sedang sibuk membuka ikat pinggang dan kancing celananya. Sutejo jelas melihat usaha Nyai Kenanga yang ingin melarikan diri, lalu dengan cepat ia menangkap kedua kaki Nyai Kenanga dan kembali menyeretnya ke tempat semula.

"LEPASKAN!!! LEPASKAN AKU!!! TOLONG!!! TOLONG AKU!!!" teriak Nyai Kenanga, berharap ada orang yang mendengar teriakannya.

"Teriak saja, Nyai Kenanga. Teriakanmu tidak akan terdengar oleh satu orang pun di Desa ini. Semua orang di Desa sedang pergi ke pesta hajatan di Desa sebelah. Suara gamelan akan lebih terdengar di telinga mereka daripada teriakanmu malam ini," ejek Sutejo.

"Bejat kamu, Tejo!!! Lepaskan!!! Lepaskan aku!!!" Nyai Kenanga berusaha meronta-ronta lagi seperti tadi.

PLAK-PLAK-PLAK!!!

Sutejo menampar wajah Nyai Kenanga berulang-ulang dengan sangat keras. Nyai Kenanga pun merasakan pusing yang begitu dahsyat pada kepalanya akibat menerima tamparan keras dari Sutejo. Hal itu membuatnya merasa sangat lemas dan hampir hilang kesadaran. Sutejo pun segera mengambil kesempatan itu untuk merenggut paksa kesucian Nyai Kenanga. Ia tidak peduli kalau Nyai Kenanga akan merasa kesakitan. Yang ia inginkan adalah nafsunya terhadap Nyai Kenanga bisa terpuaskan hari itu juga.

"Ini adalah bayar atas penolakanmu terhadap aku, Nyai Kenanga! Nikmatilah ... karena aku akan memberikan nikmatnya surga dunia kepadamu hari ini," bisik Sutejo, yang kemudian diiringi dengan tawa paling menjijikan.

Sutejo benar-benar menyalurkan nafsu bejatnya tanpa henti terhadap Nyai Kenanga. Nyai Kenanga benar-benar tidak bisa memberikan perlawanan dan hanya bisa menangis sejadi-jadinya saat kesuciannya direnggut paksa. Tubuhnya terasa luluh lantak setelah Sutejo selesai menyalurkan nafsu bejatnya. Nyai Kenanga merasa dirinya begitu kotor setelah diberi noda oleh Sutejo yang tidak akan bisa ia lupakan. Pisau yang tadi dipegang oleh Sutejo tergeletak di lantai ketika Sutejo sedang memakai celananya kembali. Tangan Nyai Kenanga pun perlahan berusaha meraih pisau tersebut dan ketika ia berhasil menggenggamnya, pisau itu langsung ia arahkan ke kaki kiri Sutejo yang berada tepat di hadapannya.

"ARGGGGHHHHH!!!" teriak Sutejo.

Sutejo mencabut pisau yang tertancap di kaki kirinya tersebut untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakannya. Ia pun segera menangkap tangan Nyai Kenanga yang baru saja berniat akan melarikan diri menuju pintu depan. Tubuh Nyai Kenanga pun terseret ke belakang ketika Sutejo menarik tangannya, sehingga tanpa sengaja tangan kanan Sutejo yang masih menggenggam pisau tadi menikam perut Nyai Kenanga begitu dalam. Darah yang berasal dari perut Nyai Kenanga berhamburan di lantai, mulut Nyai Kenanga pun ikut mengeluarkan darah tak lama setelahnya. Tubuhnya pun langsung ambruk ke lantai dan meregang nyawa.

"Ka-kamu ... a--akan ... mem--membayar ... se-mu-anya. Ke-keturunanmu ... a--akan ... i--ikut ... ma--mati ... me-nge-nas-kan ... se--seperti ... a--aku," sumpah Nyai Kenanga, untuk terakhir kalinya.

Nyai Kenanga meninggal dunia seketika di tangan Sutejo, akibat tikaman fatal tersebut. Kedua tangan Sutejo gemetaran saat dirinya melihat bagaimana Nyai Kenanga mati di hadapannya serta saat ia mendengar sumpahnya. Ia sempat terdiam selama beberapa saat, sampai akhirnya muncul niat dalam hatinya untuk menghilangkan jejak. Ia segera menyeret mayat Nyai Kenanga ke arah taman bunga mawar putih di belakang rumah itu, lalu mulai menggali tanah menggunakan cangkul yang ada di tempat peralatan. Sutejo mengubur mayat Nyai Kenanga persis di bawah tempat bunga-bunga mawar putih ditanam. Setelah menghilangkan jejak yang bisa menyangkut pautkan dirinya, Sutejo pun melenggang dengan santai seakan tidak pernah melakukan dosa.

Dia tidak pernah tertangkap, namun sumpah telah terucap dan sumpah itu akan selalu mengikuti dirinya beserta keturunannya.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Där berättelser lever. Upptäck nu