Dira - 2023

484 71 2
                                    

Aku sudah lelah berantem terus sama Radit. Bukan, bukan karena aku udah nggak sayang lagi sama dia atau nggak suka dengan pekerjaannya, tapi aku dan dia nggak pernah bisa ketemu di tengah-tengah lagi. Energiku sudah habis duluan kalo mau nge-chat dia atau ngajak dia pergi. Atau kayak kemarin Sabtu, kita sudah janjian, lalu tiba-tiba dibatalin. Aku paling nggak suka dengan orang yang nggak konsisten. Kalo nggak punya waktu, ya udah nggak usah dipaksain.

Sebelum besok Senin, aku udah rencanain mau me time sendirian di taman sore ini sambil baca buku. Mau nenangin hati dan pikiran. Kayaknya enak banget nikmatin angin sore sepoi-sepoi sambil liatin bebek-bebek dan angsa-angsa di taman. 

"Where are you going, darling?," tanya Daddy yang melihatku membawa keranjang piknik.

"Doing picnic at the park, Daddy," jawabku.

"With who? Radit?," tanyanya lagi.

"No, no, he is busy right now. I'll go by myself," jawabku.

"Do you need a ride?," tanya Daddy yang menawarkan diri mengantarkanku pergi ke taman.

"No, I'll just take Trans Jakarta. See you later, Daddy," jawabku yang lalu pamit dan mengecup kedua pipi Daddy.

"Take care, princess. Don't come back home too late. Let me know if you need me to pick you up," kata Daddy memberi pesan. Aku hanya mengangguk dan lalu berjalan ke luar rumah. Daddy memang akan selalu menganggapku tuan putri yang harus selalu diantar-jemput. 

Meskipun sempat bingung dengan jalur busway yang tersedia, satu jam kemudian aku pun sampai di taman di  daerah Jakarta Selatan. Waktu menunjukan pukul 16.00. Lumayan masih ada satu setengah jam sampai tamannya tutup. Aku lalu menggelar alas yang aku bawa dan meletakkan keranjang piknikku di atasnya. Tak lupa, aku membawa makanan untuk bebek-bebek dan angsa-angsa yang sedang asyik bermain di sekitar kolam. Tapi tiba-tiba dari sisi seberang, aku melihat seseorang melambaikan tangannya ke arahku. Ternyata itu Ale yang juga sedang piknik bersama dua orang temannya. Ale lalu memberi sinyal untuk bertanya apakah dia dan teman-temannya boleh bergabung denganku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk penuh semangat. 

"Kok sendirian?," tanya Ale ketika sudah sampai di hadapanku.

"Tadinya emang mau me time sendiri, Le," jawabku.

"Oh iya Dir, kenalin, ini dua sahabat gue, Kayla dan Quinza. Ini Dira, karyawan di kantor Mami yang mirip Mon, yang tempo hari gue ceritain," kata Ale memperkenalkanku kepada sahabat-sahabatnya. 

"Halo, gue Dira," kataku kepada dua sahabat Ale yang masih terdiam menatapku. 

"Ih lo nggak boong, beneran mirip banget Le!," ucap sahabat Ale yang kalo nggak salah namanya Quinza. 

"Kapan gue pernah boong sih malih! Lo aja yang selalu trust issue sama gue. Orang waktu itu beneran gue share foto profil WA Dira, lu kata gue screenshot di IG-nya Becky," ucap Ale dengan nada kesal yang lucu. Kalo lagi bareng temen-temennya gini, keliatan sih kalo dia memang masih SMA. 

"Kak Dira nggak saudaraan atau sepupuan kan sama Becky Armstrong?," tanya teman Ale yang bernama Kayla.

"Nggak, gue juga baru tau ada artis Thailand namanya Becky Armstrong. By the way, kalian duduk dong jangan berdiri terus," kataku kepada mereka. 

"Norak lu pada emang," ledek Ale kepada dua temennya. 

"Lucu banget sih kalian bertiga. Gue jadi inget jaman-jaman SMA juga nih jadinya," kataku.

"Tapi kalo sama kita bertiga gini, kayak masih seumuran kok kita. Malah kayaknya lebih tua muka Kayla sama Quinza daripada lo, Dir," ledek Ale.

"Hem, mulai deh dia beb,"

"Gue aduin mami lo baru tau rasa, Le,"

"Eh, aduin apa nih? Ale kenapa emangnya?," tanyaku yang roaming dengan candaan Ale, Kayla, dan Quinza. 

"Iya Kak, Ale lagi suka sama orang tapi bingung ngedeketinnya," ucap Quinza.

"Mulut lo ya!," kata Ale yang langsung membekap mulut Quinza.

"Oh iya? Lo suka sama siapa Ale? Gemes banget deh," tanyaku yang sedikit kepo seraya mencubit pipi Ale. 

"Wah, pingsan nih abis ini nih!," ujar Kayla.

"Bangke! Diem lo!," balas Ale yang kali ini membekap mulut Kayla. 

"Ale, nggak papa kali. Kalo suka sama orang, kejar aja. Modal nekat aja dulu," kataku memberi saran ke Ale.

"Masalahnya Kak Dira, orang yang disukain Ale itu udah punya pacar dan lebih tua dari Ale,"  tambah Quinza yang langsung mendapat smackdown dari Ale.

"Capek banget gue sama kalian! Tau gitu nggak usah diajak gabung ke sini kelen!," kata Ale.

"Ale mukanya merah banget coba," ujarku yang sangat gemas melihat Ale salah tingkah. Aku jadi inget masa-masa SMA juga pas lucu-lucuan naksir orang. Seenggaknya, pas jaman itu aku nggak sering makan hati. 

"Abis rahasia orang diumbar-umbar!," balas Ale. 

"Curhat aja sama Kak Dira, Le, siapa tau abis ini mendapatkan titik terang hehe," kata Quinza seraya menyikut Ale. 

"Ale suka sama siapa sih? Kok kayaknya complicated banget?," godaku kepada Ale.

"Ale suka sama cewek tapi takut ketauan maminya, Kak!,"celetuk Kayla. Aku terdiam sepersekian detik. Bukan, aku bukan seorang homofobik, tapi ada satu pengalaman di masa SMA yang nggak pernah bisa aku lupain sampai sekarang. Ya, dulu aku pernah ditaksir oleh seorang cewek yang gaya dan gesture-nya mirip banget sama Ale. Kami sangat dekat dan aku sangat nyaman dekat dengannya. Dia lebih tua setahun dariku dan kami melabeli kedekatan kami dengan status kakak-adik karena kedekatan kami memang lebih dari sekedar sahabat. Sampai suatu hari, dia menyatakan perasaannya yang sesungguhnya kepadaku hingga membuatku tak berkutik. Sejak hari itu, kami menjadi semakin menjauh. Lebih tepatnya, aku yang menjauh karena tak tahu harus meresponnya seperti apa. Namun sayang sejak lulus SMA, aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Hingga suatu pagi, tepatnya dua tahun yang lalu, aku mendengar berita duka bahwa ia sudah pergi selama-lamanya karena sakit kanker. Andai aja aku tahu kalo waktunya di bumi ini begitu singkat, nggak akan pernah aku jauhin dia dan akan selalu temenin dia. Nasi udah jadi bubur, rasa penyesalan itu terkadang masih menghantui sampai sekarang. 

"Dir, are you okay?," tanya Ale yang membuyarkan lamunanku.

"Eh, iya sorry tadi tiba - tiba kepikiran kerjaan buat besok," ujarku sedikit berbohong.

"Mami ngasih lo banyak kerjaan? Biar gue bilang ke mami jangan ngasih lo kerjaan banyak-banyak," ujarnya.

"Jamet lo Le!," celetuk Kayla seraya menoyor kepala Ale. 

"Ye biarin, tahta gue kan lebih tinggi daripada kantor nyokap gue hehe," balas Ale. Terlalu gemas, aku pun mencubit pipi Ale lagi.

"Adek Ale nggak boleh kaya gitu. Kerja itu biar tahu di mana batas limit kita," ucapku pada Ale.

"Kak Dira, jangan kebanyakan cubit pipi Ale. Ntar dia baper lho," ledek Quinza yang lalu di-smackdown oleh Ale. 

Kenapa sih remaja-remaja ini menggemaskan banget. Tapi, Ale suka sama cewek? Penasaran sih siapa cewek yang berhasil memikat anak yang katanya susah dikontrol sama ibunya. She must be very special!

Dua GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang