BAB X

163 30 2
                                    

Artemis tersenyum. "Thank you." Untuk pujian dari Mr. Lovegood.

"Selamat siang, apakah kalian ingin memesan?" Kata pelayan itu, memberikan senyum paling indah untuk mereka.

"Ya, Hannah. Aku ingin pasta dan teh hangat." Kata pria itu. Pelayan yang memiliki senyum ramah diwajahnya mengangguk, lalu menatap Artemis.

"Aku ingin dua porsi cream sup dan kentang. Untuk minumnya, teh hangat dan coklat panas." Kata Artemis. Ia memesan sup karena tidak Tom belum mempelajari tata krama pureblood, ini bertujuan untuk mendapatkan kesan baik di depan Mr. Lovegood.

Hanna mengangguk. "Akan siap dalam beberapa menit."

Ketika pelayan itu pergi, Mr. Lovegood berbicara lebih dulu. "Slytherin? Seperti Salazar Slytherin, salah satu pendiri Hogwarts?"

"Ya. Kami satu keluarga." Jawab Artemis.

Mr. Lovegood menatap mereka dengan rasa ingin tahu. "Bukankah mereka tidak ada lagi?" Katanya.

"Kami masih ada, kami hanya tidak suka berbaur."

"Itu menakjubkan. Well aku senang, sepertinya Anda bersedia berbaur dengan ku." Kata Mr. Lovegood dengan humornya.

Artemis mengangguk ringan dan senyuman tipis. "Aku tidak keberatan memiliki beberapa teman."

"Aku tersanjung Ms. Slytherin." Katanya sambil meletakkan tangan di  dadanya. Dan mata Vincent menangkap kalung yang bergantung di leher wanita itu. "Kalung yang indah." Pujinya.

Artemis tersenyum, ia menyentuh kalung itu dengan cara yang mencolok. "Thank you, ini milik Ibuku." Katanya.

Mr. Lovegood yang baru saja akan bertanya, jika saja tidak diganggu oleh Hannah. Pelayan wanita tadi datang membawa pesanan mereka.

Hannah meletakkan piring di atas meja. Ketika wanita itu meletakkan pasta milik Mr. Lovegood, visi Artemis menangkap judul halaman utama.

Artemis berdehem. "Bolehkah aku tahu apa isi halaman utama daily prophet hari ini?"

Mr. Lovegood menatap Artemis dan mengangguk. "Ini tentang syair pelihat terkenal sebelum kematiannya dua minggu yang lalu." Katanya sambil memberikan salinan surat kabar.

Artemis mengerutkan dahinya. Bukankah itu saat mereka berhasil melakukan perjalanan waktu? Ia membaca isi berita dengan teliti. Firasatnya mengatakan dia harus memperhatikan ini. Halaman utama terlihat foto bergerak seorang pria paruh baya dengan tatapan sedu, dengan penampilannya yang anggun.

Dan judul berita dengan bold tajam terpampang, Kematian Tycho Dodonus dan Syair Terakhir.

Teressa Dodonus selaku sepupu dari Tycho Dodonus, mengaku menemukan sepupunya meninggal di atas meja dengan sebuah kertas dengan syair.

Banyak yang mengira syair terakhir dari pelihat terkenal ini, adalah lanjutan dari buku The Predictions of Tycho Dodonus.

Syair tersebut berbunyi sebagai berikut :

Putri yang putus asa, berusaha hidup kembali.
Tapi pertarungan dengan putra yang dibuang tidak bisa dihindari.
Pembalasan dendam sedang berlangsung.
Tidak bisa ada dua raja dibawah langit yang sama,
Dan sang raja telah ditentukan.

Tapi orang yang dicurigai sebagai putri yang putus asa adalah almarhum Leta Lestrange. Kini ramalan tersebut menciptakan lebih banyak desas-desus.

Pihak keluarga mengatakan bahwa kematian sang pelihat dikarenakan cacar naga yang bermutasi. Dan pemakaman telah dilaksanakan secara tertutup oleh pihak keluarga.

How To Survive In Grindelwald Era Where stories live. Discover now