BAB VI

180 34 1
                                    

Artemis melangkah menuju ruang kerjanya, tanpa mengajak lelaki misterius itu bertemu atapun membalas suratnya. Dia berani bertaruh, Damar pasti sedang menertawakannya sekarang. Bibir Artemis cemberut memikirkan itu.

Artemis masuk ke ruang kerja, di tangannya masih memegang surat yang diberikan oleh Damar. Ia menghela nafas melihat seisi ruangan. Ruangan ini sama besarnya dengan kamar utama, langit-langitnya menjulang tinggi, bisa mencangkup dua lantai atau lebih. Kombinasi warna dinding sangat memanjakan mata, itu adalah gading putih, indigo biru, emas, dan hitam. Walau memberi kesan mewah, jejak sihir hitam di langit-langit membuat Artemis tidak merasa baik.

Barang-barang milik Artemis IV masih pada tempatnya. Ada banyak buku di rak, juga banyak lukisan pemandangan di dinding, sofa abu-abu di tengah, dan meja kerja hitam di paling ujung.

Ia berjalan ke meja kerja dan mulai membongkar dari sana. Ada beberapa perkamen hasil penelitian yang dilakukan oleh Artemis IV, dan masih banyak lagi di rak sebelah meja.

Artemis memindai dan menyortir mereka, lalu menempatkan mereka didalam kotak hitam. Ia juga menemukan beberapa surat yang disimpan, dan menyadari bahwa semua surat ini berasal dari lelaki misterius itu. Artemis mengeluarkan mereka semua ke atas meja hitam dan mulai membaca satu persatu.

Sesuai dugaannya, Artemis IV menggunakan nama lain. Tapi Artemis sekarang merasa marah. Matanya berputar dengan jengkel. Siapa yang mengira hal seperti ini bisa menimpanya? Apakah penatua ini sedang dimanfaatkan? Isi surat dari pria itu hanya beberapa kalimat dingin. Jika tidak bertanya tentang Dark Arts, isi surat itu tidak akan lebih dari tiga atau lima kalimat. Sepertinya ini adalah cinta sepihak. Artemis mendengus karena harus berurusan dengan pria itu. Ia bersumpah akan memutuskan orang itu dengan kejam!

Setelah ketenangannya kembali. Ia merapikan semua surat, termasuk yang datang hari ini. Lalu berdiri dari kursinya dan mulai memeriksa sekitar.

Ia mendongak ke langit-langit dan matanya menangkap aliran sihir kuning diantara hitam di atas sana. Artemis mengeluarkan beberapa cahaya putih kebiruan dan membuat mereka menjadi tangga. Kakinya menginjak menaiki anak tangga ke atas dan ia menemukan sebuah kabinet diantara lukisan.

Kabinet terbuka dengan mulus dan terdapat sebuah Pensieve; baskom batu yang digunakan untuk melihat ingatan. Artemis tidak keberatan untuk melihat-lihat sebentar. Beberapa ingatan tentang eksperimen yang Artemis IV lakukan, dan ada banyak tentang keluarga Slytherin.

Sepertinya hubungan Artemis IV dengan keluarganya agak rumit, pikirnya. Tapi apapun yang terjadi, Artemis merasa diuntungkan karena situasi yang ada. Kecuali tentang kekasih misterius , tidak ada petunjuk lain selain surat-surat itu.

Setelah itu, Artemis mengeluarkan beberapa barang yang ia bawa dari masa depan. Ia membuka peti kecil yang berisi buku ritual, time turner, sebuah pena bulu, sebuah buku catatan dan Cermin. Ini adalah benda-benda yang ia dapatkan di Knockturn Alley sebelum mereka melakukan perjalanan waktu. Ada beberapa benda yang belum ia tes, Artemis hampir melupakan mereka.

"Artemis! Akhirnya kau mencari ku." Cermin itu berbicara dengan suara riang.

"Maaf menaruh mu dalam peti, aku sedang melakukan sesuatu."

"Aku tahu itu. Selamat atas keberhasilan mu."

"Thanks. Aku akan menaruhmu di meja kerja ku." Kata Artemis, sambil meletakkan barang-barang di atas meja. "Excuse me, Serena." Lalu, Serena yang sedari tadi menemani Artemis menjauh ke sisi lain.

"Itu bagus, aku akan sering melihatmu."  Ia memperhatikan Artemis mencari penopang cermin untuknya. Lalu membuatnya berdiri dengan baik. "Thank you." Kata Cermin.

"It's fine." Kata Artemis. "Bisakah kau membantuku mengidentifikasi mereka?" Ia menunjuk ke benda yang ada di atas meja.

"Tentu saja. Yang mana yang ingin kamu ketahui lebih dulu?"

How To Survive In Grindelwald Era Where stories live. Discover now