17

12 2 0
                                    

"Just as you make sure I'm safe, so I'll make sure you're safe too"
--Lavender--


Senyum Arjuna merekah menatap Selena yang dengan telaten menyelimutinya. Beda halnya dengan Arjuna, Selena malah mencebikkan bibirnya dia berkata, "Awas aja kalau ada sesuatu tapi gak bilang Bunda! Bunda mau ngambek aja sama kamu."

"Iya Bunda, Juna pastiin selalu lapor sama Bunda kok. Terima kasih ya Bundaku sayang, udah bantu Juna buat pulang ke rumah sampai di bolehin rawat jalan."

Selena menatap sendu putranya, satu hari berlalu setelah tahu kondisi dirinya sendiri Arjuna meminta pulang ke rumah mereka pada Selena, padahal seharusnya akan lebih baik jika Arjuna ada di rumah sakit sehingga proses dialisis dan perkembangannya bisa dipantau secara maksimal.

Tapi dengan liciknya Arjuna malah menangis, benar-benar seperti balita yang tidak diberi makan eskrim oleh orang tuanya, membuat Selena tidak tega dan meminta Abisatya menurutinya saja.

Yang menyesakkan adalah Januartha bilang dia ingin menikmati sebentar hidupnya dengan bebas, tanpa mengingat-ingat jika kini sedang menderita gagal ginjal kronis.

Arjuna ingin melakukan beberapa hal dengan keluarganya ataupun Pitaloka, sebelum pada akhirnya merasa dihantui kenyataan dengan cara harus menjalani pengobatan rutin, dan berputus asa akankah dia berhasil bertahan atau mati.

Arjuna juga meminta keluarganya untuk tidak memberi tahukan perihal penyakit yang dia derita kepada Pitaloka, dia minta cukup serahkan padanya, dan apabila Arjuna gagal bertahan nanti, keluarganya baru boleh memberi tahukan apa yang terjadi pada Pitaloka, dengan syarat gadis itu harus sudah memiliki penggantinya.

"Udah hubungi Loka?" tanya Selena.

"Kayaknya dia baru pulang kerja, nanti aja deh Bun."

"Juna, bukannya kalau Loka tahu bakal lebih baik ya? dia bisa ada di samping kamu, selalu support kamu," tutur Selena.

"Bunda, menurut Bunda gimana rasanya di saat tahu aku kayak begini?" tanya Arjuna tiba-tiba.

"Kenapa tanya gitu? Bunda tentu sedih, bingung juga, ngerasa bersalah sama kamu, kalau bisa Bunda gak masalah gantiin posisi kamu," lirih Selena.

Arjuna tersenyum getir dia bilang, "Itu juga yang kemungkinan Loka rasain. Bukan maksud aku terlalu berlebihan menjaga perasaan Loka Bunda, tapi kasarnya dia cuman punya Juna, disaat Bunda atau Mbak Sana sedih masih ada Ayah yang bisa jadi tempat kalian buat bersandar. Beda halnya dengan Loka, dia gak mungkin ngadu sama ayah atau Bunda, karena Loka bakal ngerasa sungkan."

"Bunda, mungkin kedengarannya bakal jahat banget, tapi aku lebih milih Loka sekaligus benci sama aku karena menutupi hal ini, dibanding harus tersiksa dalam kurun waktu yang gak menentu, sekaligus merasa putus asa sama hidupnya sendiri," lanjut Arjuna.

"Calon menantu yang entah bakal jadi menantu Bunda suatu saat nanti atau gak itu terlalu rapuh, dibanding nyakitin orang yang buat dia terluka, Loka lebih suka menyiksa dirinya sendiri," terang Arjuna.

"Bunda harus tahu kalau Loka gak terlalu suka mawar, dia lebih tertarik sama bunga lavender, lily, tulip, anggrek dan beberapa jenis bunga cantik lainnya," tutur Arjuna.

"Loka gak suka hal-hal yang berpotensi menyakiti dirinya sendiri atau orang disekitarnya Bunda, mawar itu berduri jadi Loka gak suka bunga mawar. Tapi disaat Bunda kasih dia mawar Loka malah dengan senang hati jadiin bunga itu hiasan di balkonnya, dirawat dengan sebaik mungkin, dikasih air di dalam pot kaca supaya mawar itu gak cepat layu atau bahkan mati. Kira-kira karena apa? karena bunga itu pemberian dari Bunda," jelas Arjuna

"Bunda berhasil ambil hatinya Loka sehingga Loka bakal selalu memperlakukan Bunda dengan baik, salah satunya menghargai pemberian Bunda sekalipun Bunda gak tahu keadaannya kayak gimana."

Lavender Where stories live. Discover now