Seperti Angin

62 66 7
                                    

Sudah dua hari semenjak Sultan bertemu dengan Akira di bandara, Sultan merasa risau dan khawatir pada Akira.

Sultan ingin menghubungi Akira, tapi karena mereka yang tidak mempunyai hubungan lagi membuat Sultan merasa gengsi untuk menghubunginya duluan.

Sekarang Sultan hanya uring-uringan di sofa ruang tengah sambil melihat acara tv yang sangat membosangkan untuknya tonton.

Saat Sultan uring-uringan dengan malas, terlihat Simon dan Riana baru saja masuk ke dalam rumah setelah selesai sarapan di luar bersama.

"Sultan? Kamu kenapa sayang?" Riana pun menghampiri Sultan yang terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat.

"Aku bosan mah..." jawab Sultan malas.

"Bosan? Biasanya kamu kalau libur, pasti ngumpul sama teman-teman kamu kan." Riana mengusap kepala putra sulungnya itu.

"Aku lagi malas ketemu sama mereka."

"Hmm...kalau gitu bisa bantu mamah bentar." Ucap Riana sambil tersenyum penuh maksud.

"Bantu apa mah?" Tanya Sultan dengan kening yang mengerut.

"Bantu mamah, anterin brownies ini ke Akira." Ucap Riana dan seketika wajah malas Sultan pun menghilang.

Mata Simon pun seketika menatap Sultan, Simon melihat perubahan raut wajah Sultan yang suram menjadi cerah saat mendengar nama Akira.

"Oke, mana browniesnya? Biar sekarang aja Sultan antarnya." Ucap Sultan yang sudah berdiri.

"Ini, tapi kamu harus ingat ya. Kamu jangan makan jatahnya Akira, ini mamih kasih khusus buat dia." Ucap Riana dengan menjewer kecil telinga Sultan.

"Baik Yang Mulia!" Ucap Sultan dengan mencium pipi Riana lembut.

Riana pun tertawa dan mengusap kepala Sultan lembut. Setelah itu Sultan segera mengambil kunci motornya dan langsung berlari keluar menuju garasi.

Sultan menaiki motornya dan dengan cepat pergi menuju rumah Akira. Sultan merasakan perasaan senang saat menuju rumah Akira, senyuman manis Sultan pun terbit penuh sempurna.

Jarak rumah Sultan dan Akira hanya membutuhkan waktu tempuh 25 menit jika mengendara dengan kecepatan standar.

Saat Sultan masuk ke dalam kawasan rumah Akira, Sultan melihat ada rumah yang terpasang bendera hijau menandakan ada orang yang meninggal.

Tapi Sultan hanya melihat sekilas dan segera menuju rumah Akira. Hingga tidak lama kemudian Sultan sampai di rumah Akira.

"Loh, den Sultan?" Ucap pembatu Akira saat menyiram tanaman ketika melihat Sultan datang.

"Bibi, dimana Akira?" Tanya Sultan sopan.

"Non Akira lagi ikut mandiin orang meninggal disana." Tunjuk pembantu itu pada rumah duka yang tidak jauh dari rumah Akira.

"Akira ikut mandiin?!"

"Iya den, non Akira dekat sama beliau jadi non Akira mutusin buat ikut mandiin jenazah bilau." Sultan sangat terkejut mendengar ucapan pembantu Akira.

Sultan tidak menduga bahwa Akira sangat berani melakukan hal itu, dan Sultan baru sadar bahwa Akira adalah anak yang sangat baik.

"Kalau begitu, aku tunggu Akira di dalam ya bi." Ucap Sultan.

"Iya den Sultan. Nanti saya buatkan minuman buat aden." Ucap pembatu itu.

"Makasih bi." Setelah itu Sultan berjalan masuk ke dalam rumah Akira dan duduk di sofa ruang tengah Akira.

Sultan duduk menunggu Akira sambil melihat foto-foto Akira dan piala Akira yang memenuhi ruangan tersebut. Mata Sultan tertuju pada foto Akira memegang piala dengan senyuman cerahnya.

Destiny Soul Piece {END}Where stories live. Discover now