PROLOG

3.5K 478 202
                                    

"Kalian mau ikut siapa? Mama atau Papa?" tanya Soya pada kedua anaknya yang sejak tadi diam memperhatikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian mau ikut siapa? Mama atau Papa?" tanya Soya pada kedua anaknya yang sejak tadi diam memperhatikan.

"Kok aku? Kenapa ngga kamu aja? Kamu kan Mama nya anak-anak," sahut Jongi pada istrinya.

"Kamu juga Papa nya anak-anak kalo kamu lupa! Mau lepas tangan kamu dari mereka hah?!" ujar Soya dengan nada tinggi tidak terima.

"Kak," Jeongwoo meremat kuat ujung baju Haruto merasa takut mendengar pertengkaran kedua orang tua mereka.

Jeongwoo benci setiap kali kedua orang tua nya bertengkar. Mereka akan saling menyalahkan dan terkadang berakhir mereka yang menjadi sasaran kemarahan ayah atau ibu mereka.

"Lo ke kamar gih. Tutup pintunya, biar gue yang ngomong sama Mama dan Papa." Haruto mengulas senyum menenangkan pada sang adik kembar.

Jeongwoo sempat merasa ragu, tapi Haruto meyakinkan dirinya dan berkata semua akan baik-baik saja.

Pada akhirnya Jeongwoo memutuskan untuk pergi ke kamar mereka agar tidak melihat pertengkaran kedua orang tua nya itu.

"Mah, Pah. Cukup," Haruto melerai kedua orang tua nya yang terus saja bertengkar akan menyerahkan mereka pada siapa.

Soya dan Jongi tampak tidak ingin membawa Haruto ataupun Jeongwoo ke kehidupan baru mereka nanti. Dan berakhir mereka yang saling melempar kesalahan tanpa adanya pertanggung jawaban.

"Papa sama Mama ngga perlu lempar-lemparan tentang hak asuh aku dan Jongu."

"Aku bisa tanpa Papa dan Mama, aku bisa jagain Adek ku sendiri kalo kalian ngga mau bawa kita." tutur Haruto merasa lelah dengan perdebatan ini.

"Apa-apaan omongan kamu itu? Merasa udah mampu banget kamu hah?!" sentak Soya sedikit tersinggung pada ucapan Haruto.

"Maksud Haru ngga gitu, Mah."

"Halah, banyak alasan. Kalo gitu urus diri kamu sendiri, urus juga Adek kamu itu."

"Jangan minta tolong apapun sama Mama kalo kamu udah ngerasa hebat dan mampu,"

"Mama pergi," setelah mengatakan itu semua, Soya benar-benar pergi dengan koper besar yang dia bawa.

"Pah, maaf." ucap Haruto pada Jongi yang masih berdiri di tempatnya.

Jongi tampak menghela nafas panjang, ia memijat pangkal hidungnya dan menatap Haruto.

"Haru," ia yang di panggil itu menatap sang ayah.

Haruto sedikit menyimpan harapan pada ayahnya itu. Tapi mendengar kalimat selanjutnya itu membuat Haruto yakin untuk tinggal berdua saja dengan Jeongwoo.

"Kamu yakin dengan omongan kamu tadi?"

"Kalo Papa dan Mama ngerasa keberatan buat rawat kita, aku ngga masalah kalo harus ngejaga Jongu."

Jongi diam beberapa saat dan menepuk pundak Haruto pelan. "Kalo gitu jaga diri kamu sama Jongu,"

"Kalo perlu apapun, kamu bisa hubungin Papa."

Setelah mengatakan itu, Jongi pun pergi dengan koper besar yang dia bawa untuk pergi pada keluarga baru nya dan meninggalkan kedua anak nya itu.

Haruto menatap nanar kedua orang tua nya yang telah pergi begitu saja. Tidak ada harapan lagi. Menahan pun rasanya percuma jika akhirnya hanya saling menyakiti.

Haruto pergi ke kamar dimana Jeongwoo yang menunggu nya disana. Saat ia membuka pintu, dirinya tiba-tiba saja di peluk oleh sang adik.

"Kak," dan setelah nya Jeongwoo menangis di pelukan kakak kembarnya itu.

"Ngga apa-apa, semuanya bakal baik-baik aja."

"Gue janji," Haruto mengeratkan pelukan nya itu dan berusaha untuk tidak menangis di hadapan Jeongwoo.

Walaupun rumahnya sudah hancur. Tapi dia akan berusaha untuk menjadi rumah terbaik bagi adiknya.

 Tapi dia akan berusaha untuk menjadi rumah terbaik bagi adiknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Punten 👀
Adakah yang menunggu soklin budiman ini kembali?

Dan yah, author kembali dengan cerita bahagia ini. Permulaan yang begitu bahagia sekali bukan? ☺

Next or No?

Have a Nice Day. 🦋💙

JejalWhere stories live. Discover now