.01

1 0 0
                                    

_________

"Bulan lo beneran gak mau bareng gue aja?"

Bulan menggeleng, "Gak deh Ci, makasih."

Dari dalam kaca mobil yang belum tertutup, Cici masih berusaha membujuk Bulan untuk pulang bersama. "Lo pulang naik apa? Supir lo nanti dateng kan? Lo pulang bareng gue aja ayo!"

"Kayaknya lama dibengkel, ini gue lagi mau pesen ojek. Lo pulang duluan aja gapapa kok." Cici menghela napas pasrah.

"Yaudah hati-hati yah, gue pulang duluan."

Bulan mengangguk dan melambaikan tangannya pada mobil Cici yang perlahan menjauh.

Ia kembali fokus pada handphone-nya dan mulai memesan driver ojek online. Ditunggu hampir 15 menit, tidak ada yang menerima orderannya.

Bahkan, Bulan kembali memasuki lingkungan sekolah untuk menunggu di lobby. Suasana sekolah masih ramai, masih banyak murid yang masih menunggu jemputan ataupun mengikuti Ekstrakulikuler.

Karena ia tidak ada jadwal syuting hari ini, jadi Bulan memutuskan untuk pergi ke ruang osis. Rencananya ia akan menyelesaikan novelnya disana. Lagian dirumahnya sangat sepi, Ia hanya tinggal berdua dengan Hendra Papanya.

Lelaki paling sibuk di dunia - menurut Bulan.

"Loh Agnes, lo disini juga?" Bulan terkejut melihat Agnes, wakil ketua osis yang juga berada di ruangan tersebut. 

"Iya nih Lan, gue lagi mau bikin proposal buat pensi nanti. Rencananya kata Zidan, besok kita ngadain rapat."

Bulan pun duduk di sofa sebelah Agnes. Ia memperhatikan tulisan di laptop Agnes. "Jadi pensi bakal digelar pas ultah sekolah? Wah bakal rame banget nih, ada bazar juga kan?" tanya Bulan antusias.

"Yapz, bakal kedatengan alumni juga nanti. Tapi Zidan masih bingung katanya mau undang artis siapa buat nanti," keluh Agnes.

"Yaudah besok kita omongin aja dirapat, ada yang perlu gue bantu gak nih?" tawar Bulan yang sebenarnya hanya gimmick saja. Kan tujuan awal dia kesini ingin baca novel dan numpang ngadem.

Agnes menggeleng, "Gak usah, gue bisa kok ini sendiri. Sebentar, juga kelar."

Bulan pun membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah novel Tere Liye favoritnya. Setiap kalimat ia baca dengan seksama. Tak menghiraukan bunyi ketikan laptop Agnes.

Hingga pada akhirnya—Bulan ketiduran dengan Novel yang terjatuh ke lantai.

Selang satu jam kemudian, Bulan terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku, karena tidur sambil duduk. Ia melirik ke arah samping kanannya, Agnes sudah tidak ada.

Apakah Agnes meninggalkannya sendiri?

Karena takut, Bulan segera memasukan Novelnya yang berada diatas meja ke dalam tas. Ia langsung keluar dari ruang osis yang terasa sunyi itu.

Bulan baru menyadari, sekolah sudah sangat sepi. Ia mengecek layar handphone yang sudah menunjukan pukul 5 tepat. Langkah kakinya semakin dipercepat, namun suara pantulan bola saat ia melewati lapangan menghentikan langkahnya.

Bulan melihat masih ada siswa yang sedang bermain bola basket. Ditengah lapangan sendiri, membuat Bulan yang penasaran itu menyapanya dari koridor.

"Hei, lo gak pulang? Atau masih ekskul basket?" teriak Bulan dengan tangan yang melambai-lambai ke arah cowok itu.

Merasa terpanggil, cowok itu pun menoleh dengan raut wajah terkejut. Bulan merasa bingung, ia tak pernah melihat murid ini sebelumnya. Memang sih murid SMA Yudhistira mencapai seribu lebih, mungkin saja ia memang tidak pernah berpapasan dengan cowok tersebut.

Karena melihat cowok itu hanya diam saja, Bulan pun menghampirinya ke tengah lapangan. "Emang hari ini ekskul basket ya? Setahu gue jadwal basket cuman hari kamis doang deh."

Cowok itu berdeham sebentar sebelum menjawab pertanyaan Bulan. "Gue cuman iseng main, mumpung anak-anak ekskul udah pada pulang."

"Lah lo kenapa gak pulang?" tanya Bulan penasaran.

"Suka-suka gue lah. Lo siapa? Kita aja gak kenal." Cowok itupun kembali memantulkan bolanya dan melemparkan tepat masuk ke dalam ring.

Bulan yang melihat itu cukup terkesan, namun ia juga heran. Baru kali ini ada yang tidak kenal dengan dirinya. Apakah cowok ini seorang introvert yang hanya diam selama dikelas dan tidak tahu menahu tentang lingkungan sekolah, kecuali belajar dan pulang.

Ah, mungkin saja ini alasan cowok itu bermain basket saat lapangan sudah sepi. Pikir Bulan dalam lamunannya.

"Nama lo siapa?" tanya cowok itu membuyarkan lamunan Bulan.

Bulan menunjuk ke arah name tag seragamnya, "Lo gak liat nih? Nama gue Rembulan Renjana," jawab Bulan menekan kalimat namanya.

"Gue liat, tapi lebih enak kalo lo ngenalin diri secara langsung."

"Iya-iya, nama gue Bulan. Nama lo siapa?" tanya Bulan sedikit jengkel.

Cowok itu mecondongkan tubuhnya ke Bulan yang hanya sebatas bahunya. Dengan  kedua tangan yang berada disaku celana, cowok itu menatap tajam Bulan. Membuat Bulan sedikit memundurkan tubuhnya juga.

"Bagaskara Nagendra."

#To be continue#


Jika you like, tekan vote
Jika tak like, tulis kolom komentar berikan kritik dan saranヽ('∀`)ノ

♡Thank you♡

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

H I MWhere stories live. Discover now