Part 36 : The End of MIPA II

1 1 0
                                    

- p o h o n j a t i -

Hari-hari Ona lalui dengan sangat bersemangat, karena Ona adalah penganut garis keras 'Anti Galau-Galau Club' jadi dia sangat tidak level dengan namanya galau.

Setiap hari kemampuan Ona dalam menggambar semakin baik, berawal dari menggambar sketsa Arsyid yang menggunakan baju pramuka menjadikan gadis itu gemar menggambar setiap saat, bahkan sudah update ke gambar berwarna. Buku gambar, buku sketsa sudah penuh dengan gambar-gambar Ona dalam mengisi kebosanan.

Hari ini hari terakhir anak-anak kelas sepuluh dan sebelas menempuh Penilaian Akhir Tahun alias Ujian Kenaikan Kelas. Mata pelajaran terakhir yang terpampang di kartu ujian adalah komputer. Ona yang notabenenya kelas sebelas MIPA dua maka ujian komputer di lakukan di sesi pertama.

Tidak terlalu rumit, hanya mengaplikasikan apa yang telah diajarkan oleh gurunya, ia hanya perlu mengingat format-format yang perlu digunakan untuk menyelesaikan ujian tersebut. Ona menggeser-geser mouse-nya untuk meneliti adakah yang belum rapi ataupun kesalahan, gadis itu memantapkan hati sambil mengangkat tangan kanannya.

"Pak! Tectona Grandis, sudah selesai," Ucapnya ketika atensi guru pengawas beralih kearahnya.

"Oke, silahkan boleh keluar." Balas guru pengawas sambil mengarahkan tangan kanannya kearah pintu.

Ona beranjak dari tempat duduknya, mengambil handphone yang kebetulan dikumpulkan dimeja pengawas, lalu keluar dari ruang ber-AC tersebut.

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga uprak PAT." Monolgnya sambil memakai sepatunya, ia mengambil ransel yang tergeletak di samping pintu bersama puluhan tas lain yang dilarang dibawa masuk. Hanya alat elektronik yang harus dikumpulkan untuk mengantisipasi kecurangan dalam mengerjakan soal.

Ona duduk di kursi yang tersedia disana, ia mengaktifkan handphonenya sekedar mengusir kebosanan menunggu teman-temannya keluar, seperti Alia contohnya.

"Ekhem, Grandis." Panggil seseorang di depan pintu Lab komputer yang tadi ia gunakan untuk ujian.

Gadis itu mendongak menatap orang yang memanggil namanya. "Eh, iya Pak?"

"Bapak tadi lupa, kamu di panggil Bu Arin ke kantor utama." Jelasnya.

Sempat timbul pertanyaan diotak Ona tapi tidak ia ungkapkan. "Baik, terimakasih Pak."

"Sama-sama." Guru tersebut kembali masuk kedalam Lab komputer.

"Apa Bunda belum lunasin tanggungan yak?" Celetuk Ona ngawur sambil tertawa geli.

Ona segera beranjak dari sana menuju kantor utama yang berada di bagian paling depan dari SMA Negeri Bhayangkara ini.

"Assalamu'alaikum, permisi." Salamnya.

Orang-orang disana menjawab salam lalu Ona mengajukan maksud dan tujuannya mengunjungi kantor utama tersebut.

"Silahkan ke ruang Kepala Sekolah, Grandis sudah di tunggu Bu Arin disana." Ucap salah seorang guru mewakili. Ona menganggukan kepalanya mengerti ia pamit beranjak dari ruang tersebut menuju pintu disebelah etalase piala-piala yang menyambut jika baru memasuki lobi SMA Negeri Bhayangkara, sayang sekali Ona lebih sering melalui gerbang parkir siswa, lobi hanya dilalui oleh segelintir siswa.

Ona memutar kenop pintu lalu mengucap salam izin memasuki ruangan. Ternyata disana tidak hanya ada Bu Arin dan Kepala sekolah, masih ada murid lain. Ona langsung menatap orang yang dikenalnya, saat ia dipersilahkan untuk duduk Eric langsung menggeser dirinya agar Ona duduk dekat dengannya. Ona mengernyitkan dahi kearah Eric yang juga dibalas dengan mengangkat bahunya alias 'tidak mengerti'.

LOVING AMBULANCEWhere stories live. Discover now