Part 3 : Latihan Rutin 1

15 5 1
                                    

Aku mau perjalanan pramuka ini selancar uji SKU bersama Aina. — Tectona Grandis

.
S

rek

Bunyi gorden yang digeser oleh seorang wanita paruh baya membuat cahaya sang surya berlomba-lomba untuk memasuki ke celah-celah jendela.

Gadis yang tengah tidur itu bergumam sedikit karena silau sang surya.

"Bangun Ona! Mau telat kamu?!"

Gadis dengan rambut tergerai bebas alias berantakan itu masih tetap pada posisi nyamannya. Padahal dirinya mendengar suara cempreng bundanya.

"Bunda hitung sampai lima kalo nggak bangun panggilin ayah nih"

Bundanya terdengar mengancam, Ona pun mulai gelisah, dirinya tak kuat jika harus berhadapan dengan singa rumah, yaitu ayahnya sendiri.

Tapi dia sangat malas untuk bergerak.

"1... 2... 3... 4... Yah ini an ---"

"Bun belum sampe lima kok udah ngadu ayah sih?!" Ona bergerak bangun duduk diatas kasur dengan tangannya menutupi mulutnya yang menguap.

"Bunda nggak nerima komen, cepat mandi sana!"

"Lima meni ---"

"Nggak ada lima menit, sekarang!" Mendengar perintah bundanya Ona yang tadinya akan tidur kembali langsung bergegas turun dari kasur dan menyentuh dinginnya lantai pagi hari.

Inilah rutinitasnya sehari-hari, malas bangun pagi adalah hobinya, karena pagi-pagi sekali adalah waktu paling nyenyak untuk tidur.

Itu sih bagi Ona, jangan ditiru ya teman-teman, maklum, ajaran dari Ona itu sesat.

Ona be like : aku denger ya ...

Hehe, back to story

Akhirnya dengan segala drama mandi saja takut menyentuh air. Entahlah, kenapa setiap pagi airnya selalu dingin ya? Apa si air jomblo? Butuh pelukan?

Dengan demikian kesadaran dirinya harus mandi untuk berangkat sekolah dia akhirnya rela berkorban menyentuh air demi dirinya sendiri.

Dia mengguyur dirinya dengan segenggam air yang sangat dingin.

Selesai dengan drama mandi, dia bergegas keluar dan merapihkan diri. Seragam pramuka adalah pakaian untuk hari ini, yaitu Jumat.

Malam tadi dia sudah menyetrika baju coklat itu. Sehingga saat ini Ona sedang bercermin ria sambil senyam senyum sendiri.

"Aku tuh aslinya cantik banget gak si, pake banget, udah manis, cantik, pinter, wah kurang apa lagi nih" monolognya sambil tersenyum menatap bayangannya sendiri.

"Kurang cowok aja dek" ceplos seseorang didepan pintu kamarnya.

Ona sontak membalikkan badannya dan menemukan tubuh kakaknya yang sudah rapih dengan setelan baju kasualnya.

"Jangan ngejek ya bang, ngaca dulu" Ona mempersilahkan Raka untuk bercermin, karena dirinya juga belum mempunyai dambaan hati.

"Yaelah sama-sama jomblo kok saling mengejek" timpal pria paruh baya yang melintas didepan kamar Ona.

"Ayah!" Pekik kedua saudara itu, sedangkan Baskara--- ayah Raka dan Ona. hanya tertawa kecil melihat tingkah laku kedua anaknya itu.

"Mau bareng gak?" Tawar Raka pada adiknya yang sibuk memasukan buku dan alat tulis lainnya.

"Boleh"

"Makanya cepet sarapan sana, abang tunggu diluar" Raka meninggalkan kamar adiknya.

Ona pun sudah siap dengan tampilannya, ia menuruni tangga sambil menenteng tasnya.

LOVING AMBULANCEWhere stories live. Discover now