Part 1 : Panggilan

30 6 4
                                    

When you flashback : mencintai pramuka pada zaman SD — Tectona Grandis

.

Gadis dengan jilbab putih segi empat sedang berjalan tergesa-gesa menuju salah satu ruang ekskul.

"Gara-gara Alia aku jadi telat" gerutu gadis itu sambil mengingat-ingat kembali kejadian sebelum dia pergi dari kantin.

Sedang enak-enakan menikmati bakso bu Wati malah ditabok dengan kerasnya sehingga bulatan daging itu melambung dari mulut entah kemana.

"Udah dibilang disuruh keruang pramuka malah enak-enakkan makan" ucap gadis dengan tidak malunya duduk didepan Ona.

"Bisa santai gak si!" Sewot Ona dengan tangan bertumpu apa kedua pinggang rampingnya.

"Gak! Kamu udah telat!" Pekik gadis itu tepat didepan wajahnya.

Ona menghembuskan nafas pelan. "Kamu bilang tadi boongan aku dipanggil pak Wahyu"

Gadis didepannya hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Ya aku boong lagi"

Ona langsung berlari keluar dari kantin, sampai mengabaikan teriakan bu Wati.

"NENG GRANDIS! BAKSONE URUNG DIBAYAR!"

Ona berdecak pelan, "DIBAYARIN SAMA ALIA BU!" serunya tak kalah lantang sambil kaki tetap berlari tergesa-gesa. Alia yang mendengar hanya mendengus kesal.

Kriet

Suara pintu biru terbuka oleh Ona, semua mata yang sedang duduk dikursi mengalihkan pandangannya kearah pintu. Ona yang ditatap menjadi salah tingkah sendiri, dia hanya menyengir tak berdosa.

"Tectona Grandis?" Tanya seorang guru, yang diduga sebagai pembina pramuka --- pak Wahyu.

"Iya pak" Ona mengangguk pelan sambil mendekati meja yang berada di barisan terdepan.

"Silahkan duduk dikursi yang disediakan"

"Terima kasih pak" gadis itu langsung duduk dibarisan ketiga disebelah seseorang yang belum ia ketahui namanya.

"Baik mari kita lanjut,"

"Saya ulangi lagi ya, jadi kalian semua yang total berjumlah 10 orang akan mewakili sebuah acara perkemahan"

Ona yang mendengar hanya mengangguk paham, dirinya belum pernah mengikuti kegiatan seperti ini, terakhir kali ketika SD mungkin. Jadi dia iya iya aja, sekali-kali menyibukkan diri.

"Kalian mewakili dari kecamatan ini, jadi kegiatan ini satu kota atau kabupaten. Apakah kalian bersedia?"

"Bersedia!" Jawab mereka serentak, Ona malah hanya cengo bingung sendiri.

Pluk

Ona hampir saja terjengkang akibat pukulan yang mendarat dibahunya. "Sorry-sorry"

Ona kembali duduk dengan tenang. "Santai, kamu si Aina ya? Kelas 11 MIPA 1?"

"Tau aja ternyata, kamu sendiri si Grandis?" Gadis itu tersenyum manis.

"Panggil aja Ona," Aina membalas dengan anggukan kepala. "Kamu kan anak pramuka dari dulu ya Ai?" Lanjut Ona.

"Yoi sis, aku sekarang Pradana"

"Woes, sejak kapan?" Ona bertepuk tangan kecil sambil tersenyum sumringah.

"Sejak semester ini lah, kamu mah dari dulu di rekomendasikan buat masuk ambalan susah banget ya"

LOVING AMBULANCEWhere stories live. Discover now