Part 35 : Melawan Hukum Percintaan

Start from the beginning
                                    

Masuk kamar, ia meletakkan ransel diatas kursi belajarnya, sedangkan dirinya mencopot kunciran rambutnya agar bisa bernafas dengan tenang. Satu persatu baju seragam yang melekat di tubuh menggantinya dengan kaos, dan celana pendek.

Selesai dengan semua itu Ona langsung mengambil handphonenya didalam ransel lalu merebahkan dirinya. Nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan, sebuah kenikmatan yang benar-benar haqiqi. Tapi nikmat tersebut tidak berlangsung lama, karena suara teriakan Bunda memanggilnya.

"Ona...!" Panggil Bundanya dari lantai bawah.

Ona segera bangkit dari tidurnya berlari kearah tangga dengan handphone yang setia ditangan. "Dalem Bunda... Kenapa?"

Tangganya ini seperti memisah antara ruang keluarga dan dapur, jadi Ona bisa melihat Bundanya dari atas. Lita terlihat mendongak, "Tolong beliin bumbu. Abis nih," Pintanya sambil menunjukan beberapa toples yang sudah kosong.

"Bentar Bun," Ona berjalan masuk kekamar untuk memakai celana panjang dan jilbabnya. "Wih, bagus banget." Ona tidak sadar mengangumi sebuah karya seseorang di beranda Instagram saat ia bersiap sambil scroll.

"Harus buat pokoknya," Monolognya sambil menekam tombol save di layar handphone. "Semoga gam—"

"Dek Ona, cepet Bunda mau masak!" Lagi-lagi teriakan Bundanya mengingatkan gadis itu untuk segera menunaikan amanah sang Kanjeng Ratu.

"Nggih Bundaaaa!" Balasnya, Ia mencharger handphonenya diatas nakas lalu berlari menghampiri Ibu negara. "Beli apa aja Bun?" Tanyanya saat sudah sampai dihadapan Lita.

"Garam, penyedap, kecap manis sama asin, bumbu kuning, lada bubuk, mrica bubuk, gula pasir sama gula merah." Jelasnya sambil menunjuk setiap toples kecil didepannya. Ona sampai memiringkan kepalanya bingung.

Ona membulatkan matanya mendengar pesanan sang Bunda. "Astaghfirullah... Bunda mau masak apa kok bumbunya banyak banget?" Ungkap Ona sambil menyenderkan tubuhnya di pantri.

"Kalo masak kayak biasa sih, tapi ini emang abis semua, he-he tolong ya sayangku,"

"Nggih Bundaku tersayang, tapi tolong dicatat Bun, aku pusing dengernya,"

"Bumbu dapur nggak hafal-hafal si?" Heran Lita sambil mengambil kertas dan pensil di sebuah lemari kecil yang biasa untuk mencatat barang belanjaan ketika ia memerintah Raka ataupun Ona.

"Ona nggak pernah masak apa lagi hafalin bumbu-bumbu he-he," Cengirnya.

Lita selesai menulis, "Yaudah nih,"

Ona membaca satu-persatu list pesanan Bundanya, "Lha? Kok jadi tambah banyak begini Bun, perasaan tadi cuma bumbu deh," protesnya melihat banyak sekali listnya.

"Sekalian, udah sana jangan lama-lama,"

"Nggih Bunda, Assalamu'alaikum," Pamitnya berlari setelah mencium tangan Lita. Ona keluar dari rumah, baru saja ia memegang kenop pintu ia teringat sesuatu, gadis itu kembali berlari menuju dapur.

"Bun," Panggilnya.

"Lho, kenapa lagi?"

"Buku gambar berapaan ya kira-kira?"

LOVING AMBULANCEWhere stories live. Discover now