"Tidak bisa?, Kalau begitu tak usah memaksakan diri..", ucapnya kemudian. Akiane menggeleng dan tersenyum kecil, "tak apa.. maaf karena kau telah menunggu lama sebelumnya",

"No problem", jawab pemuda itu singkat. Akiane pun tersenyum kecil dan duduk di kursi sofa lain di depan diego.
"Memangnya apakah urusannya sangat penting hingga kau benar benar sabar menunggu kakak lelet macam dia ini?",

Pemuda itu berdehem kecil, ia tampak membenarkan posisi lipatan lengan kaos panjangnya.
"...hanya memastikan",

Akiane tampak menaikkan kedua alisnya, "hm?",

..........

Setelah melewati perjuangan yang amat panjang dan melelahkan, akhirnya arfions pun tiba di diujung seberang danau luas tersebut.
"Sialan sekali mereka... Hm, astaga maafkan aku alex", gumam pemuda itu sambil menghela nafasnya panjang dan mengusap wajah basahnya cepat.

Didetik yang sama ia menelisik jauh kearah rumahnya dan mendapati silau cahaya mobil polisi dan suara sirine mereka, "hmm... Sayang sekali, sepertinya mereka terlambat, tapi asalkan mereka sudah tiba maka aku tak perlu mencemaskan keadaan alex lagi", pemuda itu kembali meneruskan langkah langkah kakinya menyeruak rimbunan perdu dan beberapa pohon pohon kecil disekitarnya dan segera mencari rute teraman untuk melarikan diri.

Dan sialnya lagi, sepeda motornya masih terparkir rapi alias tertinggal di depan rumah alex!, "Akhh...", Gumam arfions bertambah kesal. Ia masih berjalan cepat dan sedikit lebih berusaha karena kondisi baju yang basah sudah tentu menyulitkannya.

Ada sebuah box telefon yang berada di ujung jalan dekat persimpangan, beberapa rumah juga tampak disana namun masih terlihat jarang jarang, hmm.. benar benar kota kecil yang sunyi.

Arfions mengamati ke daerah sekelilingnya yang sudah sangat sepi seperti pemandangan kota pada jam sebelas malam keatas, padahal ia rasa sekarang masih jam setengah tujuh. Aneh... Kemana semua orang?, Batinnya dalam hati tak habis pikir dengan kota kecil itu.

Sambil terus berjalan arfions mengecek kondisi harddisknya yang masih aman di saku ganda celananya dan mencoba menyalakan ponsel saat tiba tiba ia merasakan benda tersebut bergetar.

"Kau dimana sekarang arfions!?",
Terdengar suara diego yang terkesan sedikit panik disana. Alis arfions langsung berkernyit, matanya berpendar cepat menelisik kearah papan marka penanda jalan didekatnya, "jalan avenue, distrik 9 di haverlin west, kenapa memang?",

"Akh... Apakah mereka sudah berhasil memasuki rumah sepupumu?", Tanya diego kemudian.

"A, apa maksudmu?", Tanya arfions balik semakin tidak mengerti.

"Tak usah banyak tanya, nyawamu sedang diincar sekarang, kalau kau tidak memiliki pilihan lain lagi, pergilah ke sebuah rumah bernomor 42 di kompleks grenda, dia bisa membantumu sekarang", sergah Diego cepat, samar terdengar suara mesin mobil dan beberapa klakson mobil.

"Bisa jelaskan apa maksudmu die~?",

Pats!,

Telepon dimatikan secara sepihak oleh diego. Sesaat tatapan mata pemuda itu tertuju kearah bilah notifikasi dari akiane yang menandakan bahwa ada banyak panggilan tak terjawab dari perempuan itu.
Hmm... Tak ada waktu untuk membalas pesan dan panggilan dari adik cerewetnya itu...
Arfions berdecak kecil sambil mempercepat langkahnya, karena mau tak mau ia tidak memiliki opsi pilihan lain sekarang selain mendengarkan perkataan diego barusan.

INVADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang