prolog

1.3K 106 34
                                    

ketukan seirama menumbruk petak ubin becek karena siraman badai hujan petang ini. pelaku pembuat gaduh tak henti-hentinya bergerak liar, seolah merasa cemas tak tertolong.

ia berbalik ke kanan lalu ke kiri tidak pada tempatnya. dikiranya hanya dia seorang yang berada di situ, padahal selusin siswa juga tengah mengantre sama sepertinya.

senja mulai melukis bentang angkasa hingga ujung. hujan disertai petir kian menyambar menorehkan ngeri. loket untuk melunasi asuransi sekolah masih penuh oleh kepala-kepala manusia.

ia semakin dikejar waktu, ia gugup tak terbantah.

"selanjutnya."

tinggal dua murid lagi, selepas itu adalah gilirannya membayar spp dua bulan terakhir. untungnya ia memiliki kesabaran tinggi menunggu lebih lama dan tidak kelewat batas menyingkirkan badan segelintir siswa berniat menyerobot.

ayo.

ayo.

ayo.

kilatan petir menyambar. gemuruh mengisi setiap gendang telinga makhluk hidup di depan ruang tata usaha yang makin lama makin gelap tertelan pertigaan malam.

hatinya mendadak ketar-ketir. entah darimana datangnya kecemasan ini, tiba-tiba perasaan gelisah itu menyapa batin serta pikiran.

mungkin kah datang dari penjuru overthinking?

"rio 10 mipa 2." bunyi interupsi menyantap indera pendengarnya.

ia---siswa bernama rio, bergegas mengulurkan tangannya menyerahkan kartu pembayaran serta nominal yang harus ditanggung.

"langsung ke aula, ya. minta kwitansi dan paraf." tutur pengurus tu yang berjaga.

rio patuh melipir cepat-cepat menuju ke lokasi yang dimaksud. gerakan tungkai anak itu melompat-lompat supaya lebih mudah menjangkau aula, tentu lari. ranselnya bergoyang tatkala sabetan angin dan hujan menerpa tubuh tinggi rio dari arah timur.

sesampai di aula, ia lantas mengedarkan netra mencari subjek yang ditargeti. bapak wakil kepsek berkacamata tebal tengah merunduk seperti sedang memungut kertas dipojok ruangan. tanpa babibu, rio pun menghampiri beliau.

"maaf, pak, saya disuruh mengambil kwitansi ke bapak. boleh gak segera diberikan? saya harus cepet-cepet pulang soalnya," terang rio.

pak kepsek masih memunggunginya. betulkah pria ini tuli?

"pak!" rio dengan terpaksa menyentaknya, seraya menegur lewat tepukan dipundak.

sementara seorang dihadapannya mulai memutar badan, rahang rio terjatuh seketika melihat sesuatu yang janggal dari pria itu.

wajah yang hancur, mata yang tak lagi punya iris---hanya putih bermandikan darah, serta nanah busuk memenuhi kulit pipinya. pak kepsek itu melepas senyum menyeramkan, berhendak membikin rio takut.

"KENA!"

pundak rio dicekal oleh pria berwajah remuk itu seraya menyeru satu kalimat yang mana mengandung artian tersembunyi dibaliknya.

seketika rio tak kuasa menegakkan tumit. ia pingsan di tempat.

***




note : rio = leo = lee ou yin

Petak Umpet || Xodiac Where stories live. Discover now