11 - Lo mau nggak ...

4.8K 305 10
                                    

JEANNE sama sekali tidak bisa tidur. Walaupun sejak tadi dia merebahkan tubuh dan mencoba memejamkan mata, tapi matanya tak kunjung memejam hingga sekarang.

Alan tiba-tiba saja memanggil ponselnya. Jeanne bisa langsung mengenali panggilannya dari nada panggilan yang sengaja dia buat istimewa. Istimewa untuk ditolak maksudnya.

Namun kali ini, Jeanne terpaksa harus menerima panggilan Alan di ponselnya.

"Halo!" sapanya dengan nada kesal yang kentara, karena sejak tadi dia tak kunjung bisa memejamkan mata.

"Jadi berapa nomor apartemennya? Gue udah di bawah."

Jawaban itu membuat Jeanne ingin menangis di tempat. "Lo nggak bisa datang besok aja apa? Gue dari tadi cuma mau tidur, tapi nggak bisa-bisa juga!" jerit Jeanne yang sudah mulai frustrasi karena insomnia yang dideritanya sejak tadi.

Padahal tubuhnya sudah lelah sekali. Rasanya sudah seperti mau remuk dan hancur berkeping-keping, tapi tetap saja matanya tidak mau diajak berkompromi.

Siapa yang pernah bilang setelah melakukan seks seseorang bisa tidur dengan nyenyak?

Kenapa Jeanne malah merasa tubuhnya semakin lelah dan semakin sakit semua? Bukannya bisa langsung memejamkan mata dan beristirahat nyenyak seperti kata entah siapa itu namanya?

"Kalau lo nggak bisa tidur, ya udah jangan dipaksa. Sini gue temenin, daripada lo sendirian di sana, kan?"

"Apa hubungannya coba, Lan? Gue besok masih harus kerja! Kalau gue nggak tidur sekarang, besok gue bakal kayak gimana?! Kerja sambil kayang?!" Jeanne berteriak frustrasi.

"Nanti lo pasti tidur. Sekarang gue cuma ngomong sebentar aja sama lo." Alan berdeham di seberang sana. "Cuma ngomong biasa, Je. Gue nggak akan apa-apain lo, serius!"

Jeanne cape. Dia lelah. Dia ingin tidur. Dia ingin istirahat bukannya diajak bicara apalagi olah raga kasur.

Namun, mungkin saja dengan bicara dengan seseorang bisa membuatnya memejamkan mata, kan? Pasalnya sejak tadi Jeanne memang hanya diam saja di kasurnya, tapi lelap tak juga kunjung menyapa matanya.

Jeanne pun mendesah pasrah dan mulai menyebutkan nomor kamarnya. Alan langsung mengakhiri panggilan dan tak lama kemudian Jeanne bisa mendengar bunyi bel apartemennya.

Jeanne membuka pintu dengan keadaan yang super duper berantakan. Rambutnya tampak acak-acakan, pakaiannya hanya tank top putih dengan celana pendek berwarna senada yang terlihat amat sangat menggoda iman.

Alan menelan ludah susah payah. Mentang-mentang dia tidak akan ngapa-ngapain, Jeanne bisa dengan entengnya membukakan pintu dengan dandanan seenak jidat begitu?

Namun, saat Alan melihat seperti apa raut wajah perempuan yang kini berada di depannya, dia sadar kalau Jeanne memang benar-benar sedang kelelahan. Perempuan itu hanya butuh tidur, istirahat yang cukup, dan dia akan kembali menjadi dirinya yang biasa.

"Lo cape banget, ya?" tanyanya, basa-basi lebih tepatnya.

"Iyalah, gue baru aja balik tadi dan belum bisa istirahat sama sekali. Di apartemen lo gue emang sempat tidur dan istirahat, tapi lo tetap aja abis garap gue semalaman. Jadi, tubuh gue nggak benar-benar bisa istirahat semalam!" Jawabannya terdengar dipenuhi emosi.

Alan hanya bisa meringis. Dia sudah meminta Jeanne untuk tidur dan istirahat dari tadi, jadi bukan salahnya lagi kalau perempuan itu belum juga bisa memejamkan matanya hingga saat ini.

"Lo mau bicara di mana? Di sini aja atau di kamar sekalian?" Alan meletakkan tas kerjanya di atas karpet yang belum disusun dengan baik oleh pemiliknya. Sofa dan meja memang ada, tapi semua tempat itu kini ditempati kardus hingga tak ada sisa ruang lainnya.

One Night Disaster (COMPLETED)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant