01 🕷️ Killed by Chrollo Lucilfer

286 17 7
                                    

Situasinya tidak baik-baik saja. Atmosfer suasana menjadi lebih berat daripada yang aku duga. Ini sudah yang ke sekian kali aku menelan ludah sejak pertama kali menginjakkan kaki di markas besar organisasi kriminal kelas kakap yaitu Genei Ryodan. Mendapatkan tatapan mengintimidasi dari seluruh anggota mereka yang berbaris di sisi ruangan gelap membuatku merasa sangat tidak nyaman. Jelas sekali arti tatapan mereka semua adalah kebencian, tersirat keinginan untuk melakukan pembunuhan terhadap diriku, gadis yang entah dari mana asalnya secara tiba-tiba masuk ke dalam markas mereka dan mengajukan diri untuk menjadi anggota.

Aku mengumpat dalam hati, memaki diri sendiri dan segala kegelisahan yang timbul dalam otak. Aku menghela napas dalam-dalam. Tenang. Aku sudah amat sangat menanti hari ini datang sejak pertama kali aku dilahirkan. Moment ini adalah kesempatan emas agar aku bergabung dengan mereka. Namun, tetap saja. Rasa gugup ini mengubah kaki kokohku menjadi puding. Gemetar dan seakan hendak jatuh.

"Apa yang kau tawarkan pada Genei Ryodan?" Suara berat sang pemimpin Genei Ryodan–Chrollo Lucilfer–terdengar begitu berwibawa di telingaku. Ah, jantungku berdebar. Sebagai seorang fans mereka bisa berbincang langsung seperti ini adalah sebuah kebahagiaan. Aduh, aku sangat gugup.

"Emm ... I-itu tentu saja aku menawarkan diriku." Jawabanku sepertinya terdengar bodoh di telinga semua orang. Aku panik, menatap ke sekitar dan menyaksikan anggota Genei Ryodan yang lain sudah memasang ekspresi bosan dan berpaling dariku.

Sebuah ruangan luas dari bangunan terbengkalai, tempat mereka berdiri di sudut ruangan atau orang-orang yang sedang duduk di reruntuhan pilar. Semuanya sudah saling memberikan teriakan-teriakan agar Chrollo segera membunuhku.

Sial!

"Kemampuan seperti apa yang kau tawarkan pada kami? Sepantas apakah kau untuk menjadi bagian dari organisasi ini?" Chrollo kembali bertanya.

"Aku bisa membunuh orang tanpa menyentuhnya," jawabku seadanya.

"Hm, aku tidak cukup memiliki bayangan terhadap kekuatanmu itu," ucap Chrollo sambil menyentuh dagunya. Kening pria itu sedikit berkerut, tampak seperti sedang berpikir.

"Maksudku, itu semacam ilmu santet." Aku mencoba menjelaskan. Ketidaktertarikan Chrollo agaknya meningkat. Jantungku berdegup lebih cepat dibandingkan tadi. Kali ini bukan karena jiwa fangirl yang meronta-ronta. Akan tetapi, karena melihat raut kecewa Chrollo dan desahan lelah dari anggota yang lain.

Pria besar yang duduk di atas reruntuhan pilar saja sudah berteriak gemas ingin meninju dan menghancurkan kepalaku saat ini juga. Kalau saja Chrollo tidak mengangkat tangan sebagai isyarat agar anggotanya kembali tenang, pria besar bernama Uvogin itu mungkin sudah turun tangan untuk menghajar.

"Santet?" Chrollo bertanya mengulang.

"I-Iya. Itu seperti kita membaca mantra lalu musuh akan mati dalam beberapa waktu dan–"

"Cukup."

"Ha? Apa maksudnya dengan cukup?"

"Aku tak butuh penjelasanmu lebih jauh."

Aku terkejut. "Jadi, kau mengerti dengan kemampuanku?"

"Ya, aku mengerti bahwa kemampuanmu sama sekali tidak berguna." Ucapan Chrollo sangat menusuk di ulu hati. Sakit.

"T-Tapi aku bisa membunuh loh. Aku bisa membunuh sebanyak apap–"

"Jika hanya membunuh, lihatlah aku dan sekelilingmu. Apakah ada di antara kita yang tidak bisa membunuh di sini?"

Aku terdiam sesaat. "Ya ... kalian memang organisasi pembunuh, sih."

"Apa yang membuatmu spesial sampai organisasi ini harus menerimamu?" Pertanyaan yang diajukan Chrollo sudah mirip seperti wawancara kerja di dunia lamaku. Ah, sial. Aku tidak tahu harus bagaimana dalam menjawab. Tidak mungkin aku menceritakan bakatku di bidang menulis novel atau kesenanganku perihal berhalu ria yang sekarang merangkap menjadi tukang santet setelah tadi kemampuanku benar-benar tidak terlirik sedikitpun olehnya.

Listen To Me, Fei! (Hunter X Hunter FF | Feitan X OC)Where stories live. Discover now