22. a Mystery

162 22 2
                                    

"tapi kau harus mati" Yusuf sudah menodongkan tongkatnya kearah Credence.

"Corvus Lestrange sudah mati, aku yang membunuhnya" Leta berteriak, menghentikan Yusuf yang hampir mengutuk Credence.

"accio" Leta memanggil sebuah kotak.

Leta membuka segel buku tersebut, yang ternata buku pohon keluarga Lestrange.

"ayahku memiliki pohon keluarga yang aneh, wanitanya di catat sebagai bunga. Indah, terpisah" Leta terus menatap pohon keluarganya.

"ayahku mengirimku dan corvus ke Amerika. Irma berperan sebagai nenek dengan dua cucu"
"corvus tak berhenti menangis. Aku tak bermaksud menyakitinya, aku ingin bebas darinya sebentar saja, untuk sesaat" Leta tiba-tiba berhenti bicara.

Ia menongakkan kepala dan bendiri, sebuah kain terlihat mengambang di udara.

"kau tak berniat melakukannya, Leta. Jadi itu bukan salahmu" ucap Newt.

Perkataan Newt memang tidak salah. Walaupun hubunganku dengan Leta dulu buruk, tetapi dia tetap temanku.

"Newt, kau mencintai semua monster yang kau temukan" ucap Leta sambil menatap Newt.

Mereka bertatapan selama beberapa detik, dan itu membuatku canggung.

"Leta, kau tau siapa Credence?. kau tau saat menukarnya?" tanya tina.

Leta menggelengkan kepalanya "no"

Credence menundukkan kepalanya dengan wajah murah. Tiba-tiba saja terdengar bunyi batu yang bergesekan. Ternyata, sebuah pintu rahasia terbukad. Dan Jacob lah yang membukannya, ia segera menuruni tangga dan mencari queenie.

Aku menghampiri Credence "jangan pergi terlalu jauh dariku" yang dibalas anggukan olehnya.

Aku menoleh kepada tina, dan kami pergi menuruni tangga bersama-sama.

Terlihat ribuan penyihir pureblood yang berkumpul.

"ini perangkap" kata tina.

Aku yang baru menyadarinya segara melihat sekeliling mencari Credence.

"ya. Queenie, pohon keluarga. Semua hanya umpan" ucap Newt.

"kita harus segera keluar dari sini" ucap tina.

"sayangnya pintu keluarnya sudah di jaga" ucapku saat melihat seorang pria berdian di depan pintu dimana kita datang tadi.

"cari yang lain" ucap Newt dan kita berpencar.

Aku berjalan dengan perasaan aneh, dipikiranku hanya ada Credence sampai-sampai aku tidak sengaja menabrak seseorang. Vinda Rosier, salah satu pengikut setia Grindewald.

"oh! Lihat siapa disini" kata rosier sembari tersenyum.

"aku tidak punya waktu meladenimu, rosier" aku hendak pergi, tetapi lenganku dicengkram oleh nya.

"aku punya saran untukmu.cobalah untuk melihat sekekeliling mu" katanya sembari terkekeh geli.

Aku menghentakkan tanganku dan berjalan melaluinya. Untung saja aku melihat siluet Credence, segara saja aku pergi menghampirinya.

"We should go" bisikku ke Credence.

Belum sempat aku menarik Credence, semua orang di tribun bertepuk tangan. Ternyata, Grindewald telah muncul. Dia memulai pidatonya. Sambil melihat sekekelilingku, barang kali sesuatu menarik perhatianku.

Grindewald menghisap asap dan menghembuskannya, memperlihatkan peperangan yang terjadi di muggle. Tiba-tiba saja terlihat seperti sebuah bom yang meledak, cahaya dari bom terebut sangat terang, menghebohkan setiap orang yang ada di dalam ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Dumbledore || Fantastic BeastsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang