36. Nenek Fadil yang sebenarnya

Začít od začátku
                                    

"Aku hanya meminta Fadil dan Sari yang datang lalu kenapa kalian berdua ada di sini." Ujar nenek merujuk kepada Ida dan Om Rusli yang tidak dia harapkan kedatangannya.

"Saya hanya mengantar Sari tante, katanya tante sakit dan tak ada yang mengantarnya ke sini." Jawab om Rusli singkat sementara Ida hanya diam.

"Kalau begitu kau pulanglah ajak teman Fadil sekalian bersamamu biar nanti Sari pulang bersama Fadil, aku ingin bicara dengan mereka berdua dulu." Ujar nenek memberi perintah. Namun baru sedetik setelah Ia menyampaikan keinginannya Fadil langsung angkat bicara.

"Aku akan pulang bersama Ida sekarang, kelihatannya nenek baik-baik saja. Kami permisi Assalamualaikum."

Fadil tanpa menoleh lagi langsung menggandeng tangan Ida menuju pintu. Langkahnya mantap sampai sebuah suara menghentikannya."

"Fadil.! Apa kau tidak dengar nenek ingin bicara denganmu." Nenek setengah berteriak untuk menegaskan kembali keinginannya namun Fadil tidak goyah. Dia tidak melanjutkan langkahnya namun berbalik dan menatap tajam ke arah neneknya.

"Kalau yang akan nenek bicarakan adalah masalah perjodohanku dengan Sari, maka nenek buang-buang waktu. Nenek tahu betul siapa yang ku mau. Jika nenek tidak bisa menekan Ibu, Kenapa berpikir bisa memaksaku."

Nafas sang nenek tampak memburu mendapatkan perlawanan dari cucunya. Sari yang melihat itu bangkit lagi dari duduknya untuk mengelus lembut punggungnya untuk menenangkan.

Ida sekarang bisa mengerti kenapa nenek bisa sangat menyayangi Sari. Gadis itu memang sangat pengertian.

Tante Irma yang melihat situasi mulai panas mendekat ke arah Fadil dan Ida, menarik keduanya untuk kembali duduk ke tempat semula. Ia lalu mengajak Sari ke dalam untuk membantunya membuat minuman dingin. Sementara Om Rusli yang tidak ingin ikut campur memilih keluar rumah untuk merokok.

"Nenek hanya ingin yang terbaik untukmu, Apa kurangnya Sari dia cantik baik dan pintar. Kalian sangat serasi, nenek juga tidak berharap kalian segera menikah, kalian bisa bertunangan dulu." Bujuk nenek tak putus asa, kali ini dia terlihat sudah bisa mengendalikan emosinya dan memilih bicara baik-baik dengan cucunya.

" Aku tidak mencintainya Nek. Kalau memang nenek menyayangi Sari, nenek tidak akan membiarkannya terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Bukankah nenek dan kakek dulu juga saling mencintai. Nenek pasti tahu rasanya bahagia dicintai oleh orang yang juga mencintaimu." Ujar Fadil mencoba memberi pengertian kepada neneknya.

Ida masih diam dan menyimak, dia merasa belum bisa ikut campur pembicaraan antara nenek dan cucunya meskipun itu melibatkan dirinya secara tidak langsung.

"Cinta itu bisa tumbuh jika kalian sering bersama, kamu hanya harus memberi Sari kesempatan. Lagi pula hubungan kalian masih baru bukan jadi kamu akan gampang melupakannya." Balas nenek masih bersikeras sambil melirik ke arah Ida.

Fadil menghembuskan nafas kasar. Rupanya sifat keras kepalanya ini diturunkan oleh neneknya dan sekarang mereka sedang beradu. Sementara Ida mulai merasa gerah mendengar ucapan nenek yang memandang remeh hubungannya dengan. Dia Lalu melepas jaket Fadil yang sejak tadi dikenakannya hingga menyisakan blus putih lengan pendek dengan hiasan renda di bagian lehernya.

Nenek yang memang sejak tadi memperhatikan Ida melihat tanda di pergelangan tangan kanannya. Wajahnya tiba-tiba berubah pias tampak terkejut. Namun Fadil dan Ida tidak memperhatikan hal itu karena sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Fadil tolong tambahkan air putih nenek! Airnya sudah tidak hangat lagi." Meski enggan Fadil tetap beranjak, namun sebelum itu, dia memberi isyarat kepada Ida agar tetap tenang dengan genggaman lembut.

Fix My Past (End)Kde žijí příběhy. Začni objevovat