「020」 Rahasia

553 83 30
                                    

Saat ini aku sedang memandang malas tulisan tanganku sendiri di atas buku catatan rahasia, dengan kedua tanganku menopang dagu di atas meja. Di atas buku itu, telah ku coret kalimat yang bertuliskan 'kasus keluarga Hatamoto' yang menggunakan bahasa indonesia tentunya. Dan... kalau ga salah setelah kasus itu, ada kasus tentang dokter itu. Aku lupa siapa dan apa judulnya, tapi karena dua kasus itu terjadi berdekatan, langsung saja aku coret keduanya. Lagipun, kasus dokter itu tak dimuat ke berita manapun karena sang dokter menolak menelepon polisi.

"Airiin-chan, mau coba ke museum?" Tawar Kazu-nii yang sedang sibuk dengan urusan tumpukan kertas di depannya tapi fokusnya tidak di tempat.

Sekarang aku sedang ada di gedung kantor Kazu-nii, tepatnya di ruang kerjanya. Duduk di lantai berkarpet-padahal ada sofa-dekat dengan meja lebar pendek. Tak duduk di sofa juga karena jauh dari meja-untuk diriku yang kecil dan untuk diriku juga yang mau menulis-juga pendek, setara dengan sofanya.

Hari sabtu, tapi Kazu-nii masih saja kerja. Dasar gila kerja. "Yang maksud kakak museum yang punya rumor baju zirah jalan sendiri?" Balasku memastikan. Walaupun aku memperhatikan timeline DC, tetep aja aku nggak tau kapan aja karena aku lupa beberapa kasus, musti liat dulu kasusnya baru inget. Dan teman-teman di sekolah ada yang membicarakannya. Berarti sudah tinggal sedikit lagi kasus itu akan terjadi.

Dan pernah ga sih kalian terbesit sebuah pikiran untuk menyelamatkan 'tokoh yang ga penting-penting amat' kalau kalian isekai? Jawabanku, ya aku pernah. Pernah terbesit pemikiran mencoba menghalangi pembunuhan itu, tapi aku bisa apa? Kalau menggunakan kekuatan dan kekuasaan yang aku punya,-yang notabenenya populasi manusia di Jepang semakin menurun di masa depan,-mungkin bisa. Tapi apa ada jaminan bahwa pelaku tidak akan melakukannya di lain hari? Tidak kan? Aku bukan siapa-siapa, dan aku yang bukan siapa-siapa mengubah sejarah adalah hal terburuk yang pernah ada. Efek kupu-kupu dan boomerang ada dimana-mana bro. Lagipun takdir kematian tak bisa dihindari. Kalaupun bisa mengubah, aku bisa ubah apa? Dan akhirnya pun aku tidak jadi mengubah apa-apa.

Melihatku malah melamun termenung tak menjawab pertanyaannya, Kazu-nii sekali lagi memangilku.

"Eh? Apa?"

"Mau tidak ke museumnya?" Tawarnya sekali lagi. "Hwhwhw... kita coba pecahkan misterinya." Ia menyeringai tak sabar. Ingin kabur dari pekerjaannya dengan dalih menemaniku.

"Itu baju zirahnya bukan jalan sendiri, tapi dipakai seseorang untuk menakuti siapapun yang melihatnya." Jelasku beralih ke menaruh pulpenku di selipan daun telinga. Karena malas, aku lanjut berbaring di sofa besar itu. "Lagipun..." Itu hanya siasat pelaku. Sebisanya jangan ikut campur urusan detektif Kogoro dulu. Kogoro tidur belum terlalu terkenal, jadi posisinya bisa jadi terlengserkan kalau Kazu-nii yang mengungkap pelakunya. Batinku. Yah bisa jadi hari ini hari terjadinya kasus itu.

"Lagipun apa?"

Kyuurukkk

Mendengar suara gemuruh perut, aku langsung bangun, kaget sendiri. "Hah!" Itu suara perutku? Astaga... besar sekali suaranya. Pikirku geleng-geleng tak habis pikir.

Kazuhiko tersenyum simpul. "Lagipun kau lapar, ya?" Katanya tertawa pelan. "Yasudah ayo kita makan, udah masuk jam makan siang juga." Ajaknya.

"Yaa..."

Tok tok tok

"Masuk!" Kata Kazuhiko mempersilahkan.

"Ah, sachou, anda mau makan siang ya?"

◎◎◎

Sekretaris Kazu-nii masuk, Kouda Shinichiro. Melihat Kazuhiko melepaskan kacamatanya dan bangkit dari kursinya, ia bertanya, "ah, sachou... apakah kau mau makan siang?" Dan merilik ke seluruh ruangan, mencari eksistensi seseorang yang baru tapi familiar. "...bersama nona Irene ...?"

The Character Who Never Mentioned [Detective Conan Fanfiction]Where stories live. Discover now