Seperti istri

17K 576 3
                                    

Zaki menatap Yura yang duduk di sampingnya. Padangan gadis itu mengarah pada televisi dengan tatapannya kosong. Semenjak pulang dari kampus Yura bersikap aneh, gadis cerewet itu tiba-tiba diam saja sedari tadi.

"Gue mau bicara." Yura menoleh melihat Zaki.

"Ini Lo lagi bicara kan?" Yura mendengus mendengar saat mendengar jawaban cowok itu.

"Gue serius."

"Bicara aja." Zaki menganggukkan kepalanya kemudian menatap wajah Yura dengan serius. Menunggu gadis itu membuka mulutnya.

"Lo jangan mikirin yang aneh-aneh saat dengarnya!" Ucap Yura memperingati.

"Hm."

"Setelah gue pikir-pikir, sebaiknya pernikahan kita berlanjut sampai batas tidak di tentukan. Gue belum siap lihat raut kecewa di wajah orang tua gue. Terlebih melihat keadaan Lo sekarang, gue gak mau di anggap jahat karena udah ninggalin Lo dalam keadaan seperti ini." Butuh keberanian untuk Yura mengatakan semua ini. Padahal intinya Yura menolak berpisah kan?

"Lo enggak keberatan kan?" Tanya Yura menatap ekspresi Zaki yang tidak terbaca. Raut wajahnya selalu datar membuat Yura sulit menebak apakah cowok itu keberatan atau tidak.

"Gak." Jawab Zaki lalu menoleh kembali ke televisi.

"Maafin gue." Ucap Yura yang membuat Zaki menoleh kembali padanya dengan alis berkerut.

"Untuk?"

"Semuanya! Maaf karna menyalahkan Lo atas masalah gue sama Kean. Maaf karna kecerobohan gue Lo jadi kecelakaan. Maaf karna udah selalu repot-in Lo selama ini." Tutur Yura benar-benar tulus dari hatinya. Kemarahan kevin membuatnya sadar akan sikap tidak tahu dirinya selama ini.

"Bukan salah Lo! Gak perlu minta maaf." Lihat! Bahkan setelah kecelakaan yang menimpanya, cowok itu masih bisa berkata bahwa ini bukan salah Yura. Dan jawaban itu justru membuat rasa bersalahnya semakin besar.

"Hei, kenapa nangis?" Tanya Zaki panik saat melihat mata berkaca-kaca Yura.

"Gue jahat banget ya." Ucap Yura dengan mata yang sudah mengeluarkan airnya.

"Enggak!" Balas Zaki sedikit berteriak sebab panik melihat gadis itu menangis.

"Maafin gue..."

"Iya, gue maafin." Jawab Zaki menatap mata Yura yang sembab serta hidung yang memerah.

Yura menganggukkan kepalanya kemudian menarik ingusnya sebelum berkata. " Peluk gue." Pintanya dan langsung diturutin Zaki. Ada rasa bahagia di dalam hatinya saat mendengar permintaan gadis itu.

"Kita ke kamar, ini udah jam berapa! Lo harus tidur!" Ucap Yura sambil melepaskan pelukan mereka. Yura berdiri lalu membatu Zaki agar duduk di kursi rodanya.

"Seharusnya gue yang bilang gitu." Gumam Zaki tapi masih bisa di dengar Yura.

Sampai di kamar Yura langsung membatu cowok itu untuk naik keatas ranjang. Tangannya menggenggam tangan kedua tangan cowok itu. Zaki berusaha berdiri tapi entah kenapa tiba-tiba tubuhnya oleng dan Yura yang tidak siap, membuat Zaki menimpa tubuh kecil itu. Untungnya mereka jatuh di ranjang, Yura tidak bisa membayangkan sakitnya punggungnya jika jatuh dilantai. Sekitar sepuluh detik dengan posisi itu Yura langsung mendorong Zaki ke sampingnya.

"Berat tahu!"

"Sorry." Ucap Zaki lalu menatap Yura yang berdiri dan pergi ke sebelah kanan ranjang.

"Gue mau tidur!" Yura langsung berbaring lalu menarik selimut sampai kelapanya. Membuat Zaki menatapnya heran.

"Jangan gitu gak bisa nafas nanti!" Zaki berusaha menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Yura. Tidak tahu kah dia jika Yura sedang malu. Hanya karena di tatap Zaki dengan intens tadi membuat ya sampai seperti ini. Yura salah tingkah karena ditatap Zaki!

"Apaan sih!" Yura membuka selimutnya. Jengah melihat Zaki yang terus menarik- narik selimutnya. Tapi jangan lupakan rona merah di pipinya.

"Tuh kan pipi Lo sampai merah!" Jawab Zaki. Cowok itu benar-benar bodoh! Itulah saat ini isi otak Yura saat mendengar ucapan Zaki.

"Gue mau tidur!" Kesal Yura.

"Gue lupa!" Yura bangun lalu membuat guling ditengah-tengah mereka.

***

Setelah dua Minggu dan dengan usaha dan latihan yang keras akhirnya Zaki bisa kembali berjalan normal. Dan hari ini ia akan kembali kuliah. Zaki sudah rapi dengan celana jeans dan kaos serta kemeja yang tidak di kancing lalu keluar dari kamar. Zaki menuju dapur dan melihat Yura sedang menata makanan di atas meja. Selama dua minggu terakhir ini Yura bertingkah sebagai istri. Bahkan mereka bisa dikatakan lumayan akrab. Sekarang yang membersihkan rumah dan memasak itu Yura. Tapi soal cuci pakaian ia tidak bisa. Jadi Yura memutuskan akan melaundry pakaian mereka.

"Hari ini serius mau kampus?" Basa-basi Yura.

"Iya." Jawab Zaki.

"Ini uang belanja satu bulan, dan ini jajan Lo hari ini." Zaki menyerahkan amplop berisi uang. Ini kali kedua Zaki memberikan nya uang belanja. Tapi yang pertama tidak segini banyak.

"Banyak banget!" Ucap Yura menatap Zaki.

"Gak takut gue korupsi?" Tanya Yura dengan seringainya.

"Gak papa." Yura melongo mendengar ucapan santai Zaki.

"Mau kemana?" Tanya Zaki saat melihat Yura mengambil tasnya.

"Kampus!"

"Yaudah sama." Zaki menarik Yura yang membisu mendengar ucapannya. Sampai di depan pintu Yura baru berbicara.

"Gak! Nanti orang pada mikir aneh lagi!" Tolak Yura.

"Gak mau?" Tanya Zaki dengan alis yang terangkat satu. Terlihat sangat menyebalkan dimata Yura.

"Gak!"

"Ayo." Zaki menaiki motornya dan memakaikan Yura helm.

"Gue bilang gak mau!" Kesal Yura masih ogah menaiki motor Zaki.

"Orang-orang enggak bakal mikir aneh. Mereka akan berpikir kita berteman soalnya Lo sama kedua sahabat Lo itu sering datang ke meja gue dan Fia saat di kantin." Jelas Zaki.

"Naik!" Yura mendengus kemudian menaiki motor Zaki dengan wajah cemberut.

"Pegangan!" Suruh Zaki.

"Udah!" Jawab Yura yang memang sudah memegang behel motor. Tidak ada jawaban, tapi Yura dengan refleks memeluk Zaki saat cowok itu dengan sengaja ngegas tinggi motornya.

"Gini kan aman!" Ucap Zaki mengurangi kecepatan motornya. Setelah sadar Yura ingin melepaskan tangannya tapi ditahan oleh tangan kekar cowok itu.

"Modus lo!" Kesal Yura lalu melepaskan tangannya dari perut Zaki kemudian memegang kemeja cowok itu.

"Nanti ada yang lihat!" Ucap Yura lagi.

"Terserah!" Balas Zaki singkat membuat Yura terdiam sebab merasakan nada kesal di ucapan cowok itu.



Y dan Z ( Tahap Revisi )Where stories live. Discover now