Satu kamar

20K 638 3
                                    

Tepat pukul sebelas malam Yura melangkahkan kakinya masuk ke kamar Zaki dan mendapati cowok itu sedang memainkan ponselnya. "Belum tidur Lo?" Ucap Yura menghampiri Zaki yang menatapnya.

"Gak liat, gue masih melek!" Jawab Zaki.

"Ngapain Lo!" Ucap Zaki yang melihat Yura duduk di ranjangnya apalagi gadis itu membawa selimut.

"Tidur di sini." Ucap Yura kelewat santai.

"Ha!"

"Gak usah kaget." Yura membuatkan guling di tengah-tengah lalu menepuk-nepuk bantalnya setelah itu berbaring dan menarik selimutnya. Sedangkan Zaki hanya diam melihat setiap yang dilakukan Yura.

"Ngapain Lo tidur di kamar gue, sana pergi!" Usir Zaki, merasa aneh dengan sikap Yura.

Menghela nafas kasar Yura langsung berbalik menyamping menghadap Zaki. "Buat jagain Lo." Jawab Yura.

"Gak perlu." Tolak Zaki.

"Gak usah keras kepala deh!" Ucap Yura dengan alis berkerut.

"Nanti kalau Lo butuh apa-apa, bisa gue bantuin!" Lanjut Yura mulai kesal.

"Tenang aja, gue gak akan ngapa-ngapain Lo!" Zaki menatap Yura dengan wajah tidak percayanya. Bagaimana bisa gadis itu berkata seperti itu. Seharusnya dia kan?

Ini kali kedua mereka tidur satu ranjang. Dan itu sama-sama karena untuk menjaga salah satu dari mereka yang sakit. Sekarang bukan Yura yang sakit tapi Zaki. Setelah Yura pikir tadi, ia harus tetap di samping cowok itu, siapa tahu Zaki membutuhkan sesuatu dimalam hari dan tidak mungkin cowok itu  berteriak dari dalam kamar yang tentunya tidak akan bisa didengar. Jadi Yura memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Zaki mulai sekarang.

Yura menatap punggung Zaki yang tidur membelakanginya. Pukul dua belas malam Zaki belum juga tertidur, ia berbalik dan melihat Yura yang tertidur.

"Cantik." Gumam Zaki, jika seperti ini Yura terlihat sangat lugu tapi jika bangun sudah seperti nenek lampir, cerewetnya itu membuat Zaki mengelus dada!

***
Sekitar pukul enam pagi tidur Zaki terusik dengan suara alarm yang di buat Yura. Zaki belum membuka matanya. Ia merasa ada beban di perutnya. Zaki langsung membuka matanya melihat tangan Yura yang melingkar manis di perutnya lalu menatap Yura yang masih tidur sangat nyenyak. Tangan Zaki terangkat untuk menyingkirkan rambut panjang  yang menutupi muka cantik Yura.

Mata yang memiliki bulu lentik, hidung mancung, bibir yang merah alami, serta kulit yang putih tanpa polesan. Sungguh Yura sangat sempurna dimatanya. Merasa pergerakan dari gadis yang sedang memeluknya, Zaki langsung pura-pura tidur kembali. Takut gadis itu marah-marah jika melihat posisi mereka. Walaupun itu bukan salahnya.

Yura terbangun dari tidurnya dan yang pertama kalinya ia lihat adalah wajah Zaki yang benar-benar dekat dengannya. Bahkan nafas cowok itu bisa ia rasakan. Yura langsung duduk melepaskan pelukannya pada Zaki. Ia bisa malu tujuh turunan delapan tanjakan sepuluh tikungan jika Zaki melihat ia memeluknya.

Yura langsung bergegas keluar dari kamar dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah merasa Yura benar keluar dari kamar, Zaki membuka matanya dan tersenyum tipis. Ia biasa merasakan Yura yang lari terbirit-birit takut ia bangun terlebih dahulu. Pagi yang manis! Pikir Zaki.

Selesai cuci muka Yura langsung kembali ke kamar Zaki untuk mengecek apakah cowok itu sudah bangun. Yura membuka pintu dan melihat Zaki berusaha berdiri dengan memegang tembok. Yura terus berdiri di pintu melihat semua usaha Zaki untuk bisa duduk di kursi rodanya. Sampai akhirnya ia bisa melihat senyum tipis sangat tipis di wajah Zaki saat cowok itu bisa duduk di kursi rodanya sendiri.
Sungguh rasa bersalah Yura masih menggerogoti hatinya sampai sekarang. Yura berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk sekarang sebagai bentuk tanggungjawab nya.

"Kenapa gak panggil gue?" Ucap Yura menghampiri Zaki.

"Cuman seperti ini gue bisa!" Jawab Zaki.

"Gimana kalau Lo jatuh lagi tadi." Ucap Yura khawatir.

"Buktinya enggak kan?"

"Lo mau ke mana?" Tanya Yura yang sudah siap mendorong kursi roda Zaki.

"Kamar mandi." Jawab Zaki. Yura membawa Zaki sampai depan pintu kamar mandi lalu memapahnya ke dalam. Karena kamar mandi mereka tidak terlalu besar, hanya ada bak dan kloset duduk lalu beberapa ember kecil. Jadi kursi roda Zaki tidak bisa masuk.

"Gue mau ke ruang tamu." Ucap Zaki.

"Gak ke kamar?"

"Bosan." Jawab Zaki singkat.

"Ya udah." Yura membawa Zaki ke ruang tamu dan menyalakan televisi.

"Lo mau makan apa?" Tanya Yura.

"Biar gue masakin." Lanjut nya.

"Terserah." Jawab Zaki yang fokus ke televisi yang menampilkan siaran berita.

"Kek cewek jawabnya terserah!" Ejek Yura memutar bola matanya malas.

"Seriusan mau apa?" Tanya Yura ulang.

"Tumis buncis udang." Jawab Zaki kemudian.

"Ha! Gimana cara masaknya?" Jawab Yura tidak tahu.

"Gak bisa kan Lo." Sekarang giliran Zaki yang mengejek Yura.

"Bisa!" Kesal Yura.

"Gue pergi beli bahan bahannya dulu!" Ucap Yura saat mendengar suara tulang sayur keliling.


Y dan Z ( Tahap Revisi )Where stories live. Discover now