07 - Mau Untung

5.2K 336 39
                                    

SETELAH makan Jeanne langsung berdeham keras untuk menarik perhatian Alan yang baru menyelesaikan makannya.

Alan menoleh ke arah Jeanne dengan sebelah alis terangkat tinggi. "Apa?" tanyanya.

"Jangan pura-pura nggak tahu, deh! Lo udah janji mau jelasin semuanya ke gue, kan?" Jeanne menatapnya tajam.

Alan hanya tertawa pelan. "Iya-iya! Gue nggak lagi pura-pura nggak tahu, tapi gue emang nggak tahu—"

Alan langsung merasakan sebuah tarikan kuat di kerah kausnya. Jeanne yang melakukannya, dengan sebelah kaki naik ke sofa, satu tangan menumpu di sandaran sofa menekankan tubuhnya ke arah Alan, dan satu tangan lainnya mencengkeram kerah kaus yang Alan kenakan.

Jeanne mendekatkan wajahnya ke depan wajah Alan. "Jangan main-main lo, ya!" Nadanya penuh ancaman, tatapan tajamnya pun tampak dangat mengerikan. Seketika suasana di antara mereka berubah secara signifikan.

Alan masih mencoba untuk tetap biasa saja. Dia sama sekali tidak takut ataupun gentar, karena posisi mereka sekarang jujur saja malah lebih menguntungkan Alan, karena hanya dengan satu gerak cepat dia bisa langsung membalik keadaan.

Sekalipun Jeanne pernah mempelajari ilmu bela diri sebelumnya, itu semua tidak berarti saat melawannya. Karena Alan sendiri pernah dididik keras oleh ayahnya yang seorang mantan tentara. Ayahnya yang ingin Alan menjadi tentara juga, sayangnya Alan tidak mau melakukannya.

Alan mengembuskan napas panjang, lalu memejamkan mata seraya berdoa agar dia diberi banyak kesabaran untuk tidak balik melawan. "Lo mau penjelasan dari mana? Abis dari kelab, waktu perjalanan pulang, atau waktu kita udah sampai apartemen?"

"Semuanya!" jawab Jeanne dengan penuh penekanan.

Alan membuka mata dan menatap Jeanne dengan senyum masam yang menyebalkan. "Kalau gitu, pertama-tama gue harus minta maaf dulu, karena mungkin kata-kata gue bakal sangat menganggu."

"Apa?" Jeanne menatap Alan penasaran.

"Lo masih ingat kalau lo sempat minum minuman gue semalam, kan?" tanya Alan sambil menatap Jeanne serius.

Jeanne mengangguk. "Gue masih inget waktu gue minum banyak banget, terus temen-temen gue pada balik pulang. Waktu itu harusnya gue udah setengah sadar, kan?"

Alan mengangguk. "Gue udah nahan lo biar berhenti minum, tapi lo nggak mau. Terus lo minta sama gue buat bawa lo balik, seumpama lo mabuk. Ya udah, waktu lo teler dan nggak bisa minum lagi, gue langsung bawa lo balik ke apartemen gue."

Jeanne mengangguk mengerti. Sampai di sana, dia masih bisa mengingat apa saja yang sudah terjadi. "Terus?"

"Jujur aja, iman gue tipis banget, Je. Lo yang lagi mabuk itu menggila di mobil gue," jelas Alan tanpa ditutup-tutupi sedikit pun.

"Hah?!" Jeanne menatap Alan dengan tatapan tidak percaya.

"Karena nggak ada CCTV, jadi nggak ada buktinya, tapi lo emang parah banget kalau lagi mabuk begitu. Kalau gue pacar lo, gue pasti bakal langsung larang lo minum-minum lagi abis ini!"

"Apa-apaan sih lo? Maksudnya apa coba? Gue kalau mabuk emangnya gimana? Perasaan selama ini gue cuma teler biasa aja!" Jeanne menyangkal dengan nada tidak terima.

Bukan hanya sekali dua kali dia mabuk, tapi hampir berulang kali dan semuanya selalu berakhir baik-baik saja. Dia hanya tidak sadarkan diri biasa. Tidak sampai menggila seperti apa yang dikatakan Alan padanya.

"Kalau cuma teler biasa, terus siapa yang ngoral gue di mobil sampai apartemen, hm?"

Jeanne mengerjap. "Hah?!" Wajahnya benar-benar terlihat bodoh sekali sekarang. "Lo cuma bercanda, kan?"

One Night Disaster (COMPLETED)Where stories live. Discover now