07. Stultitiam

2 1 0
                                    


Selamat membaca~


⏮️⏪⏺⏸⏹⏩⏭️

🔊 Now playing: 

Reminiscence - Johannes Bornlof

---   ---


Pernahkah kalian merasa hampa dalam hidup? Seperti hidup, tetapi tidak merasa hidup. Seperti senang, tetapi tidak merasa senang.

Rasanya... seperti ada sebuah kepingan penting di dalam hidup kalian yang hilang. Ada jati diri kalian yang terlupakan. Kalian ingin sekali merasakan kembali semua tujuan hidup kalian selama ini. Namun, sayangnya, kalian tidak ingat apa hal terakhir yang membuat kalian merasa bersemangat melakukan sesuatu.

Seperti kalian ingin, tetapi tidak bisa, berujung pada kalian yang berusaha untuk mengubur keinginan itu dalam-dalam. Melupakannya. Berharap jiwa kalian tidak lagi menginginkannya.

Akan tetapi, kalian lupa sesaat, bahwa jiwa yang hilang akan selalu menemukan jalannya untuk kembali. 

Jiwa yang hilang akan selalu merindukan pasangan jiwanya yang lain.

Dan pada akhirnya, perasaan hampa inilah yang justru tercipta.

Seperti kalian berhasil mencapai sebuah pencapaian yang luar biasa, tetapi kalian merasa bahwa pencapaian itu bukan dimaksudkan untuk kalian.

Sekali lagi akan kutanyakan ini.

Pernahkah kalian merasakan perasaan seperti itu?

---   ---


Malaka! Sudah jam berapa ini?!!

Sungguh, aku tidak bermaksud untuk tidur terlalu lama. Aih, padahal aku harus kembali berburu karena persediaan dagingku telah habis untuk memberi makan laki-laki asing tadi malam.

Omong-omong, kini laki-laki asing itu memiliki nama. Vandeleur Bright... Sebentar, aku lupa apa nama belakangnya. Anggap saja sesuatu yang bright seperti itu. Singkatnya, namanya Van.

Ya, kami resmi berkenalan tadi malam. Sekedar memberitahu nama masing-masing kemudian aku menyuruhnya untuk segera tidur agar ramuannya lebih efektif dan rasa nyeri pada kepalanya berkurang.

Tentu saja aku masih cukup waras untuk tidak menawarinya tidur di salah satu kamar di gedung asrama. Demi keamanan, aku menyuruhnya untuk berlapang dada dengan tidur di dalam taman kaca bak hutan itu sendirian.


"Kau serius?"

"Ya, tentu saja. Kujamin tempat ini berkali-kali lipat lebih aman dibanding kelihatannya,"

"Tapi—"

"Atau kau kubuang ke hutan aslinya langsung?!"


Haha, mengingat wajahnya ketika kalah telak semalam spontan membuatku tertawa kecil tanpa kusadari. Seperti anak kecil ketika dilarang memakan permen.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun bergegas membersihkan diriku seadanya, kemudian berjalan menuju rumah kaca—ingin memastikan apakah Van masih hidup. Tidak seperti yang kuharapkan, Van tidak tampak di manapun.

Lady Of The MythWhere stories live. Discover now