"Yahhhh habisss".

"Yaudah yuk kita balik ke pondokan dulu". Ujar arsen mengajak devina untuk kembali ke pondokan yang telah mereka sewa selama satu hari satu malam.

Sesampainya disana mereka bersih - bersih, mandi kemudian makan malam. Arsen dan devina mencari makan malam disana. Di sepanjang jalan hanya ada ikan bakar, ikan goreng. Padahal devina ingin makan nasih goreng malama ini.

"Kita cari sampai ketemu ya sayang". Ujar arsen sambil mengusap kepala devina.

"Maaf merepotkan".

"Apa coba". Arsen terkekeh mendengar jawaban lucu dari devina. Bukankah setiap hari kerjaan devina cuma merpotkan arsen.

Devina sudah mulai menjadi dirinya sendiri sejak bersama arsen. Mulai bersikap ke kanak - kanakan, manja dan suka mengusili arsen. Sama seperti apa yang dilakukannya dengan angga.

"Itu di depan tuh". Ujar devina sambil bersemangat ingin memakan nasi goreng.

Arsen kemudian memarkirkan mobilnya di pinggiran jalan. Dan ia menyeberang sambil menggandeng tangan devina. Arsen sudah seperti bapak yang menggandeng anaknya.

"Pak pesen nasi gorengnya 2. Yang satu pedes banget yang satu pedes sedang ya".

"Minumnya apa mas?".

"Es teh aja buk dua".

"Baik mas ditunggu ya".

"Duduk di situ aja yuk". Devina mengajak arsen untuk duduk di lesehan dibawah lampu yang remang - remang sambil melihat kendaraan yang berlalu - lalang.

Setelah pesanannya sampai devina dan arsen langsung melahap nasi goreng tersebut. Di selingi dengan bahasan - bahasan random dan tingkah konyol devina yang beberapa kali membuat arsen tertawa.

"Sudah kenyang tuan putri?".

"Belom". Ujar devina sambil memasang puppy eyes dan memegang perutnya.

"Astagaaa kebiasaan. Yaudah kita mau cari apa lagi?".

"Martabak manis pake kacang".

"Yasudah nanti dimakan di pondokan aja ya".

"Siap".

Mereka kembali masuk ke dalam mobil dan mencari penjual martabak. Setelah mereka menemukannya arsen membelikan devina dan setelah itu mereka segera balik ke pondokan karena hari sudah mulai malam.

"Aku capek banget". Ujar devina menyandarkan tubuhnya di sofa dan melepaskan sandal ke sembarang arah".

"Ini dimakan dulu". Arsen meletakkan martabak di meja dan ikut duduk di sebelah devina.

"Oh iyaa". Devina segera membuka martabak tersebut dan melahapnya.

"Kamu mau?". Ujar devina dengan martabak yang masih di mulutnya.

"Enggak, buat kamu aja. Aku udah kenyang". Arsen tersenyum kepada devina dan mengusap pucuk kepalanya.

"Sayang... nanti kalo aku gendut gimana?". Tanya devina sambil menghentikan aktivitas makannya.

"Ya gak gimana - gimana dong. Aku malah makin cinta".

"Beneran?".

"Iya sayangku, cantikku, matahariku, duniaku, semestaku". Arsen gemas dengan pertanyaan devina dan mencubit kembali kedua pipinya.

"Awww sakit sen".

"Salah siapa punya pipi kek bakpaw".

"Salah kamu lah".

"Kok aku?".

"Kamu cubitin mulu, ditambah lagi aku kamu kasih makan terus. Gak minta aja kamu kasih aku makan".

"Ya aku seneng liat kamu makan".

"Dihh liat aku boker pun juga pasti kamu seneng".

"Iyalah kapan nih bokernya aku mau liat".

"Ihhhh. Mesumm". Ujar devina sambil memukul lengan dan mencubit perut arsen.

"Aduhhh sakit dev. Semaleman kalo kamu kek gini. Pagi - pagi udah bonyok semua aku".

"Kamu sih bikin sebel".

"Sebel apa sayang?".

"Tuh kan ngeledekin mulu. Ini aku habisin dulu martabaknya".

"Iya sayang iyaaa". Arsen hanya terkekeh melihat tingkah lucu devina.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23:15 WIB. Arsen masih dengan seksama mendengarkan ocehan - ocehan serta cerita random dari devina. Dia terus mengamati ekspresi devina yang masih saja terus megoceh sampai malam ini.

Huaaaahhhmmmmmmm
"Kamu udah ngantuk dev?". Tanya arsen yang melihat devina baru saja menguap di depannya.

"Udah".

"Yaudah yuk tidur".

"Kamu mau tidur sekasur sama aku?". Tanya devina.

"Kamu tidur dikasur, aku di sofa".

"Kenapa gak sekasur aja".

Arsen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Arsen juga ingin menjawab iya. Namun ia takutnya malah khilaf.

"Enggalah dev. Takutnya nanti malah terjadi hal yang tidak di inginkan".

"Maksudnya?".

"Selain lemot kamu juga masih polos. Udah sana tidur".

"Ihh nyebelin". Ujar devina langsung berjalan ke arah kasur yang ada di depannya.

Arsen juga sudah memposisikan dirinyabl tidur di sofa yang lumayan cukup nyaman. Devina kembali lagi dan berdiri di depan arsen.

"Ini bantal sama selimut buat kamu".

"Kenapa jadi sok perhatian gini kamu". Arsen kembali meledek devina.

"Aku udah ngantuk ya sen. Jangan ledekin aku mulu".

"Iya sayang iyaaa".

Devina kembali lagi ke kasur. Dan tidak ada 10 menit dia berdiri lagi di depan arsen.

"Arsen.. kamu udah tidur?". Tanya devina sambil melihat mata arsen yang sudah terpejam.

"Belum dev kenapa?". Arsen kembali membuka matanya.

"Aku boleh minta sesuatu?".

"Minta apalagi dev?".

"Peluk". Devina membuka kedua tangannya di hadapan arsen yang masih terlentang di sofa.

"Astagaaa". Arsen beranjak dari sofa dan kemudian berdiri langsung memeluk devina.

"Aku gabisa tidur kalo gak kamu peluk dulu".

Sejak kapan devina jadi manja banget sama arsen woiiiii.

"Udah?". Tanya arsen yang merasakan devina sudah melepaskan pelukannya.

"Makasih". Devina kembali lagi ke kasur untuk tidur.

Arsen hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah devina yang menggemaskan seperti ini. Tidak ada 10 menit lagi devina kembali memanggil arsen.

"Sen. Udah tidur?". Tanya devina yang masih berbaring di kasurnya.

"Belum dev. Kenapa lagi? Gigit nyamuk apa gigit luwak?". Jawab arsen yang masih tiduran di sofa.

"Kamu itu yang luwak".

"Iya luwak kesayangan kamu".

"Sen kesini deh".

"Apalagi sih dev?". Ujar arsen dengan sabar menghampiri devina ke kasur. Padahal dia sudah sangat lelah dan ngantuk.

"Puk puk dong".

Arsen mengernyitkan dahinya. Ia malahh jadi seperti bapak yang sedang menimang anaknya untuk tidur.

"Yaudah buruan cepet tidur tapi".

Devina tersenyum dan memiringkan tubuhnya sambil memeluk kedua kaki arsen yang duduk di sebelahnya.

Tak terasa arsen juga sudah mengantuk dan tidak sadar ia ikut tertidur di kasur bersama devina.

EccedentesiastKde žijí příběhy. Začni objevovat