Chapter 28 - Dungeon

29 2 2
                                    


Art dan Fredrick datang dari arah belakang mengejutkan mereka berdua yang sedang santai.

"Santai aja kali, kek gak pernah santai aja." Raus mendengus.

Mata mereka, Raus dan Fredrick saling berpandangan.

"Yahh, pada dasarnya berandal memang sulit diatur." Fredrick mengangkat pundaknya seraya memalingkan muka dari Raus

"Apa?! Kau yang berandalan."

"...."

"...!"


Dan, yah, itu terjadi seperti biasanya.

Hingga beberapa saat kemudian situasi kembali normal dan keempatnya sudah sepakat untuk memasuki dimensional dungeon setelah melakukan beberapa pengecekan perlengkapan dan lainnya.

Mereka melangkah masuk dan seketika lanskap mereka menjadi gelap sebelum avatar mereka mulai muncul di suatu gua yang lumayan gelap dan lembab. Keempatnya membuka mata mereka dan merasa takjub dengan tempat ini.

"Ini sangat indah. Hanya saja, bau apa ini?" Raus bicara seraya menutup hidungnya.

Itu benar, bau aneh memenuhi seluruh ruang gua, meskipun berbau semu itu tetap mengganggu penciuman mereka berempat.

"Ini tidak sebau itu. Hidung dan mulutmu berdekatan, mungkin itu adalah bau mulutmu, ckckck." Fredrick lagi-lagi memulai pertengkaran.

"Apa?!"


"....."

Pada saat yang sama, suara derapan kaki terdengar menggema di sisi gua yang lain.


"Padahal kita belum bergerak."


"Sialan.... Bersiap."


Selang beberapa menit kemudian ratusan semut berukuran seekor kucing mulai terlihat dalam pandangan mereka.


"Ahhh!!.... Kita harus lari kemana?" Raus masuk dalam kepanikan.

"Tidak ada pilihan! ayo lawan mereka." Pada saat itu Art mulai maju menerjang kedepan, diikuti dengan anak pukulan anak panah yang di tembakan oleh Rein kearah para semut yang bergerak kearah mereka.

"Kau juga maju sana, penakut." Fredrick menunjuk Raus.


"Jangan suruh aku sialan."


Setelah Art dan Rein, Raus dan Fredrick mulai ikut membantu. Lagipula ini tidak terlalu sulit bagi mereka berempat karena pada umumnya, monster semut itu setara dengan slime yang dikalahkan Art dan lainnya sebelumnya, yang membuat ini masuk kriteria dungeon solo adalah jumlah mereka yang sangat amat banyak untuk dihadapi satu pemain.

Tidak memerlukan waktu yang lama squad empat orang itu akhirnya berhasil membabat habis para semut.

"Ayo maju lagi." Art adalah yang paling semangat soal ini. Ia mendapatkan kembali indra bermain gamenya setelah sekian lama, gaya berpedangnya yang menonjol dari segi menyerang menjadi mimpi buruk bagi para semut.

Glorious Destiny - Book 1Where stories live. Discover now