Chapter 13 - Perasaan aneh

26 12 0
                                    

Wajahnya mulai memerah saat lawannya mengomentari tentang bagaimana cara ia menggunakan pedang besarnya, namun itu tidak bertahan lama, Aneth kembali menunjukan sikap agresifnya kepada Art sebelum kembali mempersempit jaraknya dengan Art.

Dan, untuk pertama kalinya dalam duel ini pedang besar Aneth dengan pedang satu tangan Art beradu, itu menunjukan percikan api akibat gesekan kuat kedua pedang itu. Dalam situasi ini ia mengambil keuntungan dan ini adalah sebuah kesalahan besar untuk Art.

Art tidak mengkhawatirkan apapun saat pedangnya bertabrakan dengan pedang besar Aneth, karena Art mengira staminanya sudah jauh turun sangat drastis, namun itu tidaklah benar, setelah merasakan langsung bagaimana ia menggunakan pedang besarnya dalam pertarungan langsung Art begitu tidak percaya bahwa akan menemukan seorang seperti ini diantara para pemula.

Percikan api berkat gesekan dari kedua pedang menyebabkan pertarungan terasa sangat intens. Sekarang bahkan tidak hanya penonton yang berdecak kagum, Instruktur yang menyaksikan ini juga menunjukan kekaguman pada pertarungan ini. Tidak hanya itu bahkan sekarang sebagian perhatian yang awalnya terfokus pada Aneth kini mulai menunjukan ketertarikannya pada lawan yang saat ini dihadapi Aneth.

"Ini gila..." Art menunjukan ekspresi tidak percaya, pedang besar Aneth tentu saja bergerak lambat, namun itu cukup untuk menahan semua serangan yang terarah padanya dengan sedikit gerakan.

Wajah Aneth menunjukan kemarahannya dalam rentang waktu yang singkat, ia mengangkat pedangnya dan di saat yang bersamaan mulai memutar pedang besarnya yang menyebabkan kumpulan debu mulai naik ke atas.

"Berengsek.." Aneth mengumpat, namun itu tidak dapat didengar. Di saat yang bersamaan dengan nafas yang berat Aneth kembali berlari mendekati Art. Dalam waktu singkat ia berhasil mendekati Art dengan pedang besarnya yang siap memotong Art degan kekuatan destruktifnya, namun itu kembali menjadi usaha yang sia-sia, meskipun itu tidak berakhir menghantam tanah itu menjadi jeda singkat untuk menyetabilkan kembali tubuh karena berat pedang.

Dan, pada saat itu Art tidak hanya diam, ia mengetahui jeda itu dan memanfaatkannya dengan sangat baik. Dalam sekejap mata Art telah berada tepat di belakang Aneth dan memberikan tebasan ringan pada punggungnya.

Art mengakhiri itu dengan diam, di sisi lain para pengamat juga menunjukan wajah terkejutnya atas apa yang telah terjadi. Pada saat itu Aneth kembali berdiri mengabaikan jumlah HP–nya yang mulai menipis, saat ia akan mengambil posisi bertarungnya kembali Instruktur yang berada di pinggir garis arena menghentikan pertarungan.

Untuk pertama kalinya Instruktur bertepuk tangan setelah menghentikan pertarungan, juga dapat di lihat jelas bahwa dari semua pemula, insruktur sangat tertarik dengan kedua pemula yang saat ini berada di tengah arena.

Di sisi lain Aneth menatap penuh kebencian kepada Art yang sedang berdiri tanpa beban sedikitpun, "Akan ku balas kau, bocah brengsek." Aneth bergumam dengan suara yang sangat kecil sebelum ia kembali berdiri dengan pedang besarnya sebagai penopang.

Art dan Aneth berjarak cukup jauh, keduanya menatap instruktur yang tersenyum sembari tangannya yang tidak berhenti bertepuk tangan, "Dia kenapa?.."

"Dari sejauh aku memperhatikan berlangsungnya duel, kehebatan kalian ada jauh di depan kata pemula, tapi tentu saja itu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan karena jalan kalian masih panjang..." Instruktur meneruskan bicaranya tentang bagaimana ia terkejut atas apa yang mereka berdua lakukan, "Tentu saja itu diluar ekspetasi ku, pemula yang telah memiliki lebih dari dasar seperti kalian kurasa tidak memerlukan sebuah masukan, tapi biarkan aku menggunakan kesempatan ini untuk memberi kalian satu atau dua saran atau masukan yang mungkin akan berguna dalam perjalanan kalian."

Tanggapan Art kali ini agak berbeda dari biasanya, ia terlihat serius dalam memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut instruktur mengabaikan wanita yang ada jauh di sebelahnya yang masih sesekali menatap dengan tatapan tidak jelas.

Sementara kali ini pemain yang biasanya bersikap angkuh justru tidak fokus dalam situasi sekarang, kata-kata umpatan sekaligus kasar masih keluar dari mulutnya, namun itu tidak ia ungkapkan. Sesekali tatapan permusuhan Aneth memandang Art dalam sesaat sebelum tatapannya kembali lagi menuju Instruktur.

"Art kamu memiliki banyak keunggulan dari pertarungan sebelumnya, salah satunya adalah membaca situasi serta memanfaatkan keadaan dengan sangat baik. Tapi setelah aku mengobservasi gerakanmu pada saat duel, aku menemukan gerakan-gerakan kaku dan tidak diperlukan dalam beberapa situasi. Mungkin itu adalah masalah sepele tapi akan lebih bagus jika kamu memperbaiki gerakanmu sebelum kembali berkembang, aku yakin itu akan bagus untukmu." instruktur mengakhiri bicaranya.

Art mengangguk beberapa kali sebelum mengucapkan terimakasihnya kepada instruktur.

"kurasa, aku harus cepat terbiasa kembali dengan game ini." Benar, alasan kenapa ada beberapa gerakan Art terlihat kaku karena ia secara khusus adalah pemain yang baru bermain lagi setelah keluar dari game karena terkena banner sel tiga tahun, sehingga mungkin akan dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk Art kembali membiasakan dirinya lagi dengan Destiny of Glory.

Di sisi lain Aneth yang tubuhnya penuh dengan luka ringan mendecakkan lidahnya beberapa kali, perasaan aneh terus membuat ia gelisah, terutama karena pertandingan dengan lelaki yang dianggapnya bodoh ternyata memiliki bakat yang besar.

Ini tidak seperti perhitungannya, di sisi rasa permusuhan Aneth pada Art, ia juga memiliki rasa tidak percaya bahwa ada bakat seperti ini dalam jajaran para pemula, "Penambahan user sebanyak 25 juta kurasa sangat mempengaruhi."

Itu benar 25 juta user baru adalah jumlah yang lumayan besar sehingga tidak mungkin jika tidak ada user berbekat yang mulai bermunculan kedalam game. Aneth melirik Art sejenak, "Kurasa dia juga bagian dari 25 juta user itu." Aneth sangat yakin dengan itu, tapi sayangnya dugaannya salah karena Art bukan nagian dari 25 juta user baru itu.

Pada saat Instruktur selesai berbicara tentang masukan serta saran sebuah ide cemerlang mulai muncul dikepala Aneth. Namun untuk memulai itu, Aneth perlu suntikan dana yang tinggi serta konsisten, dalam beberapa saat Aneth menaikan sudut bibirnya ia mengetahui harus menemui siapa untuk menjalankan rencananya.

__

Setelah kembali ke luar arena Art menjadi pusat perhatian. Sebagian besar memperhatikan Art dari kejauhan sementara beberapa pemain langsung menawarkan Art untuk bergabung ke dalam guild mereka.

Dalam sekejap mata puluhan permintaan pertemanan muncul di hadapan Art. Itu benar, para pemain solo terkadang akan membutuhkan rekan sehingga mereka mencoba untuk berteman dengan Art untuk membentuk party berburu monster atau penaklukan.

Sejujurnya Art masih belum tertarik untuk mengikuti guild atau apapun, tujuannya untuk saat ini adalah memulihkan kembali kekuatan Demonic Swordmaster miliknya, lalu memulai rencananya untuk mencari uang di dalam game.

Dalam beberapa saat Instruktur mengumumkan bahwa duel telah selesai dan pada saat itu juga muncul sebuah quest baru di hadapan Art sebelum ia mulai berjalan meninggalkan arena.

Saat Art telah melewati gerbang dan berada beberapa langkah di luar Training Center sebuah perasaan aneh muncul dan membuat ia tidak nyaman.

Glorious Destiny - Book 1Where stories live. Discover now