Chapter 19 - Toko Senjata

13 7 0
                                    

Bidang pandang mereka diliputi oleh rak dan barel kayu yang di penuhi oleh berbagai macam senjata. Dan perlengkapan lainnya. Bahkan untuk Art yang pernah bermain di Livien, ia tidak pernah mengetahui terdapat toko seperti ini di distrik kumuh. Tidak, bagaimanapun semenjak Art terkena banned, distrik kumuh telah mengalami banyak perubahan, siapa yang tau jika ini adalah karena datangnya penduduk baru yang memulai bisnis di kota ini.

Pada saat yang sama keempatnya mulai bergerak, tidak ingin kehilangan kesempatan untuk melihat tumpukan senjata yang begitu mengagumkan, itu termasuk juga untuk Art. Ia menghampiri rak yang dipenuhi oleh senjata jenis pedang sementara empat lainnya memiliki urusan masing-masing dengan senjata milik mereka sendiri.

Art memperhatikan pedang yang berjejer rapi. Sejujurnya tidak terdapat pedang yang begitu menakjubkan baginya.

'ehh, semua pedang ini rusak karena termakan usia? Apa semua ini tidak laku terjual..'

Itu cukup mengherankan, disisi lain ini memang surga toko senjata untuk sebagian pemain pemula. Hanya sesaat setelah Art melihat-lihat sekitar percakapan cukup keras terdengar dari sebuah ruangan di dalam toko senjata. Itu membuat keempat lainnya untuk berhenti sejenak sebelum menatap ke sebuah pintu.

"Kita harus pergi dari sini! mereka telah menemukan kita."

"Lalu bagaimana dengan semua barang-barang ku? Kau berfikir untuk meninggalkannya?!"

"Apa hidupmu tidak lebih penting dari semua barang rusak ini?"

"Kau bukan penempa, kau tidak akan pernah mengerti bahkan dengan otak besar mu itu."

"Kau!! Jika orang itu tidak membuat aturan itu, aku juga tidak akan melakukan ini..."

"Jika kau ingin mematuhi peraturan maka bantu aku mengemasi semua barangku."

"Sialan kau.."

Art, Raus, Rein dan Fredrick saling berpandangan saat mendengan percakapan dengan nada yang tinggi itu dan beberapa saat kemudian pintu yang sejak lama mereka perhatikan terbuka dengan sedikit hentakan yang lumayan keras.

Seorang pria paruh baya dengan penampilan yang galak keluar dari ruangan tersebut. Kemudian ia menemukan empat orang anak muda, pandangannya seolah ia berkata ,Ada apa dengan para bocah ini?

Namun, ia mengabaikan mereka semua dan kembali mengeluarkan nada bicara yang kencangnya, "Lihat, bahkan tas ku tidak mungkin untuk membawa semua barang rusak ini."

Pada saat yang sama seorang berkulit coklat dengan kepala botak menunjukan dirinya.

"Apakah ototmu tidak sebesar otakmu? Pikirkan sendiri caranya!" Mata pria botak itu kemudian mengunci pada empat anak muda yang sedang memperhatikan mereka berdua sebelum kembali mengabaikan mereka.

"Kelakuan mereka tidak seperti umur mereka." kurang lebih itu adalah gumaman mereka berempat saat memperhatikan kedua pria paruh baya itu.

Art dan yang lainnya seolah menjadi barang pajangan, bahkan mereka tidak lebih dari empat ekor lalat yang menganggu karena suara semu yang dikeluarkannya. Di sisi lain dua orang pria paruh baya itu terus memperdebatkan tentang bagaimana caranya mereka membawa semua perlengkapan di toko ini. Hingga pada satu waktu, pikiran mereka memikirkan sebuah hal sebelum pandangan mereka mulai berbalik ke arah empat bocah yang sebelumnya tidak mereka anggap.

Glorious Destiny - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang