Bab 21. Ujung Cerita dan Kelanjutannya

22 5 0
                                    

"Eh itu baca deh ada yang ngirim pesan dudu ke orang yang sama tapi beda nama pengirimnya!" Ucap seorang murid sambil menunjuk sebuah pesan

"Eh iya bener, cuma beda orang aja!"

"Kata lo itu bener beda orang ngga?"

"Iya lah, yang satu ngajakin pisah terus yang satu ngajakin kenalan"

"Wah berarti yang ngajak kenalan udah nunguin mereka udahan dulu nih!"

Setelah pesan yang kemarin ku kirim untuk mu melalui pesan dudu. Aku tak menyangka setelah itu ada sebuah pesan untuk mu. Pesan anonim yang hanya menyertakan jurusan saja sebagai tanda pengenal sang pengirim. Aku tidak sadar kalau pesan itu terkirim pada waktu yang sama dengan pesan yang ku kirim. Aku mendengar itu, segera aku perhatikan dengan teliti pesannya. Benar saja untuk orang yang sama. Aku tahu bahwa, tidak ada lagi seorang murid yang memiliki nama Fior selain diri mu, jadi kemungkinan besar pesan itu tertuju hanya untuk mu. Aku tidak mengerti mengapa divisi dudu menyatukan dua pesan itu secara bersamaan.

"Bales pesannya ngga sih Dewa?" Tanya ku padanya

"Emang lo mau bales apa?"

"Ngga boleh kenalan, Fiornya punya gue!"

"HALU LO! SADAR BEGO!" Balasnya sambil pergi meninggalkan ku

"Orang sih ngegas mulu, Dewa! Tungguin gue!"

Pesan yang berisikan sebuah ajakan untuk berkenalan, jujur pada saat itu ingin sekali aku balas pesan itu dengan sebuah kalimat kalau Fior adalah milik ku. Namun semua itu hanyalah khayalan ku saja, hanya ilusi ku saja. Benar apa yang Dewa katakan semuanya hanya halu ku saja, halunasi yang tidak akan pernah bisa terwujudkan sampai kapan pun. Aku bertanya kepada diri ku sendiri apakah kamu bersikap seperti itu karena pesan baru itu? Mungkin saja benar seperti itu, mungkin juga sebenarnya antara kamu dengannya sudah kenal lebih dahulu dari sebelum aku mengenal mu.

"Din, masa pesan buat Fi ada dua. Kenapa di jadiin satu?" Tanya ku dengan raut wajah yang kesal

"Gapapa, biar seru aja Mey! Lagian pesannya menarik sih! Yang satu ngucapin selamat tinggal, yang satu lagi ngajakin kenalan!" Jawabnya

"Yeh! Terserah lo deh! AKH GUE NGGA TERIMA!" Keluh ku

"Udah Mey cewe Otkp itu cakep-cakep! Emang mm, bau tinta katanya!" Ucap Dewa

Jujur aku tidak terima dengan pesan itu, benar ingin sekali aku tarik pesan yang dia kirimkan untuk mu. Aku belum ikhlas untuk itu. Tetapi kalau di pikir kembali, aku ini siapa mu? kamu kenal dengan aku saja tidak! Bodoh sekali aku yang sudah mengklaim diri mu menjadi milik ku.

Ujung ceritaku dengan mu sudah ku putuskan bagaimana akhirnya, seharusnya aku sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi kedepannya ketika aku sudah memutuskan untuk berhenti. Tetapi mengapa hati ku sepanas ini? Sebesar ini kah rasa ku untuk mu? Lantas harus kah aku menggunakan cara lain untuk bertahan sebentar? Dasar manusia plin-plan. Aku tahu dan aku sadar untuk itu, jadi tidak perlu di perjelas lagi.

Konon katanya ucapan yang pertama keluar dari lisan adalah sebuah kejujuran atau sebuah perasaan yang selama ini dia rasakan. Jadi tetap saja aku akan berhenti di sini, aku akan memegang ucapan ku yang pertama. Aku mencoba merelakan dan mengikhlaskan diri mu, dan mencoba menghapuskan perasaan ku kepadamu. Mungkin saja kelanjutan cerita mu dengan seseorang pengirim pesan baru itu. Ujung cerita ini sama seperti yang aku bilang kemarin. Aku harus merelakan mu. Aku sadar akan semua itu, tentang hal yang kamu ingin kan ternyata bukan yang ada pada diri ku.

Percuma saja aku berjuang dan menunggu mu berbalik ke arah ku. Kamu akan terus berjalan ke depan tidak mungkin kamu memutar badan mu ke arah belakang. Mungkin sampai sekarang aku tetap seperti yang tergambar pada lagu yang berjudul saudade, tepat berada di belakang mu yang selalu menunggu mu kembali ketika terluka. Apakah aku hanya sekedar tempat mu untuk beristirahat lalu kamu pergi meninggalkan untuk berpetualang bersama yang lain? Betapa bodoh dan miris sekali diri ku kalau jawaban mu iya benar memang seperti itu diri ku untuk mu. Sepertinya mengakhiri cerita ini susah sekali, butuh banyak sekali kata-kata yang ingin aku sampaikan pada mu.

Tidak lagi aku mencari arah dan petunjuk untuk kembali ke diri mu. Kamu terlalu tinggi dan berliku. banyak duri dalam jalan nya, kaki ku tidak sanggup lagi menahan luka tusukan itu. Sekalipun nanti nya kamu meminta ku untuk berdiam di sini dengan luka yang masih terbalut sempurna dan dengan jaminan diri mu yang akan mengobati luka itu. Jawaban ku tetap ku tolak sekali nya ku mengiyakan nanti nya aku harus berpikir alas apa yang harus aku pakai nanti nya agar luka ku tidak separah ini lagi. Aku percaya bahwa manusia tidak akan berubah secara seratus delapan puluh derajat, setidaknya dia akan mengulangi kesalahan nya lagi.

Jadi pada hari ini ku putuskan untuk menyudahi cerita yang tidak pernah ada prolog nya sampai kapan pun. Terima kasih telah membuat ku jatuh hati begitu dalam dengan mu, terima kasih telah menciptakan mantra ajaib yang dapat menghipnotis mata ku seketika. Kini aku telah benar-benar melepaskan mu, tidak lagi berharap pada cerita yang tidak pernah di mulai sampai kapan pun. Selamat berkelana ke mana pun kamu mau dengan tujuan maupun tanpa tujuan. Kini aku membiarkan mu bebas, seperti burung yang terbang bebas di atas langit biru. Bebas menjemput bahagia mu yang kini tidak dengan ku. Terima kasih telah berhenti sejenak di sini walaupun hanya sekedar istirahat dan melanjutkan perjalanan kisah yang tidak dengan ku.

Sekarang aku paham bahwa mengagumi tidak harus memiliki tetapi juga harus merelakan, Merelakan yang memang bukan takdir dan tujuan ku. Dan nyatanya merelakan mu lebih sulit daripada membuat mu menyukai ku. Tidak ada lagi obrolan tentang makan nasi goreng spesial pakai kerupuk atau pertanyaan tentang solusi kaki yang sakit akibat tidak memakai alas kaki. Tidak ada lagi sosok diri mu dalam lagu-lagu yang ku dengar. Ku tutup dan ku selesaikan cerita ini. Cerita yang awalnya ku pikir tidak ada akhirnya kini harus ku akhiri. Tidak ada kelanjutan dalam kisah Niamey dan Fior, benar-benar berhenti di sini. Segala luka dan rasa sakit ku coba berdamai dengan baik, segala perasaan ku pada mu aku coba redam dan hilangkan perlahan.

Semua kenangan mu yang ku cari dan ku buat sendiri aku coba musnahkan, ku hapus semuanya. Playlist yang di khususkan untuk mu pada akhirnya aku coba buka untuk seluruh orang mendengarkan. Kini wallpaper ku sudah ku ganti dengan foto lainnya, tidak lagi bertuliskan "Hello Fi". Semua ini mengisyaratkan bahwa aku sudah mencoba terlepas dari perasaan itu. Lagu risalah hati tidak bisa aku wujudkan dalam ceritaku, Dewa 19 salah besar kalau aku akan bisa membuat mu jatuh cinta pada ku.

Kini aku hanya bisa menjadikan mu sebagai tokoh dalam cerita yang akan hidup secara abadi sampai kapan pun. Tokoh yang selalu ada dalam imajinasi ku, dan tokoh yang selalu sempurna di dalam cerita yang berakhir tidak sempurna ini. Dan kini aku sedang berada di level tertinggi dalam mencintai mu yaitu tidaklah lain adalah mengikhlaskan. I love you but I'm letting go itu adalah kata dan situasi yang tepat untuk akhir dari cerita ini.

Selamat tinggal Fi dari Niamey si dalang dari semua ini. Sekali lagi ku ucapkan selamat tinggal.

Tamat

FiorWhere stories live. Discover now