Bab 13. Sumpah Pemuda

13 4 0
                                    

28 oktober tepat sekali, hari di mana seluruh warga Indonesia memperingati hari sumpah pemuda. Sekolah ku pada saat itu mewajibkan seluruh anak muridnya untuk memakai baju batik bebas. Dan dengan begitu, banyak sekali anak murid yang memakai baju batik yang sama dengan teman- temannya. Pada hari itu tidak ada mata pelajaran apa pun dan di gantikan dengan acara perlombaan di mulai dari lomba fashion show, puisi, hingga bernyanyi. Tetapi semua itu di mulai dahulu dengan kegiatan pagi hari yaitu upacara, tetapi kali ini aku tidak menjadi member aktif ruangan itu. Sudah jarang sekali aku menjadi member aktif pada ruangan itu. Sebenarnya alasan ku selalu pergi ke Uks pada saat upacara tidak lain adalah untuk duduk menikmati segelas teh manis anget di belakang ratusan murid yang berdiri kepanasan, tidak. Aku bercanda.

Untuk hari itu sebagian kelas tidak di buka oleh pihak sekolah hanya saja kelas-kelas bawah yang di buka aksesnya oleh pihak sekolah. Kebetulan kelas ku ada di lantai dua yang menjadikan satu kelas kami harus mengungsi di sebuah lorong kosong. Kelas ku pada saat itu memilih tempat di depan Lab KKPI-1 untuk kami berkumpul dan ternyata lorong panjang itu di nominasi oleh seluruh jurusan ku di mulai dari kelas sepuluh hingga dua belas. Pagi itu, kami di kumpulkan di tengah lapangan yang terik akan matahari pagi dan setelah upacara berakhir kami di persilahkan duduk untuk mendengarkan urutan acara hari ini.

Kelas ku mengikuti berbagai perlombaan yang di adakan oleh sekolah. Setelah mendenggarkan urutan acara untuk hari ini kami di persilahkan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu panitia menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan selama acara berlangsung. Pada saat itu aku melihat kamu yang sangat cocok sekali dengan baju yang kamu kenakan, sangat-sangat cocok untuk mu. Celana hitam, batik cokelat, dan sepatu yang biasa kamu kenakan dengan lengan baju yang sedikit kamu naikkan. Terlihat begitu sempurna. Ingin rasanya aku mengirimkan pesan pada mu mengatakan bahwa kamu benar-benar sempurna hari ini atau sebuah ajakan untuk foto bersama nantinya mengingat baju batik yang kita kenakan sangat cocok pada saat itu, sama-sama berwarna cokelat.

Organisasi ku yang terdiri dari kelas sepuluh hingga sebelas menyiapkan diri untuk persiapan wawancara kegiatan tersebut untuk di jadikan sebagai bahan informasi mading. Pada saat itu kami berkumpul tepat di pinggir lapangan, membicarakan berapa persen kesiapan anggota yang lain untuk proses wawancara. Dan apa kalian tahu bahwa tepat di samping ku adalah Fior? Benar pada saat itu aku berada tepat di samping mu, hanya berjarak sedikit antara kita kala itu. Pada saat itu aku gugup sekali berada tepat di samping mu, dengan durasi waktu yang cukup lama. Ingin rasanya pada saat itu aku menyapa mu atau menjadi orang yang tiba-tiba menepuk pundak mu dengan mengeluarkan sapaan yang cukup akrab. Pertama kali aku berada di samping mu, melihat diri mu dengan detail dan tentunya dengan jarak yang lumayan dekat.

Tetapi ku urungkan semua itu, tentang menyapa mu atau lain sebagai nya. Walaupun bibir ku rasanya sudah tidak bisa di tahan untuk menyapa mu. Aku tidak ingin kamu tahu Niamey itu seperti apa aslinya. Aku hanya ingin kamu tahu Niamey versi tidak nyata saja dan lagi pula tidak ada bedanya, asli ataupun dunia maya tetap sama saja. Gugup ku tak hilang-hilang rasanya bertambah dengan detak jantung ku yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Segitunya keadaan ku pada saat itu? Mungkin kalau ku buka masker yang menutupi wajah ku sudah terlihat warna pipi ku seperti kepiting rebus, merah merona.

Aku pergi menuju tempat aku menaruh tas ku, mengambil air dan meminumnya. Mengambil napas sebanyak-banyaknya untuk menenangkan semua itu. Terdengar sangat berlebihan bukan? Sudah tidak bisa lagi ku jelaskan bagaimana rasanya. Berdiri di samping diri mu saja sudah membuat ku seperti ini, bagaimana kalau aku berbicara langsung dengan mu? Sudah tidak terbayangkan bagaimana kondisi ku saat itu. Jantung yang berdetak lebih cepat, keringat dingin yang sedikit mengucur, senyum yang tak hentinya mengembang, lalu apalagi? Sudahlah. Aku kembali menemui teman-teman ku setelah aku meminum air tadi, aku mencari di mana keberadaan teman-teman satu kelas ku.

FiorWhere stories live. Discover now