Bab 20. Pesan Terakhir Dari Ku dan Akhir Cerita Ini

12 4 0
                                    

Aku berjuang sendirian untuk mencintaimu mengapa sampai sekarang kau tak merasakan itu?

-Anonim-

Sama seperti yang kemarin aku bilang, setelah cerita yang kamu sampaikan kepadaku pada malam itu, sebuah topik yang tidak begitu berwarna isinya. Sampai pada akhirnya aku melewati beberapa minggu ku tanpa kabar dari mu, atau sebuah pesan singkat dari mu. Pada saat itu aku hanya melihat mu sekilas saja. Tidak saling tatap dan lebih sedihnya aku hanya melihat belakang punggung mu saja di antara ratusan murid yang ada atau hanya sekedar melihat tawa mu yang begitu manis dari jarak yang begitu jauh. Di dalam benak ku masih bertanya-tanya akan hal yang sama. Tentang mengapa dan tujuan kamu bercerita itu kepadaku. Apakah aku seseorang yang tepat untuk kamu berbagi segala cerita atau menjaga rahasia mu itu?

Apakah kamu sepercaya itu dengan ku? Lantas mengapa kamu berubah setelah kamu memutuskan untuk percaya kepadaku? Apakah ada sesuatu yang salah dari balasan ku pada malam itu? Kalau memang akhirnya seperti ini lebih baik aku memilih untuk tidak tahu cerita mu pada malam itu.

***

Aku memutuskan untuk mengulang apa yang telah aku lakukan untuk mencuri pikiran dan perhatian mu. Di mulai dari memberikan susu kotak favorit mu, pesan tanpa nama, dan lainnya. Ku ulangi semua itu agar kamu kembali tidak seperti kamu yang dulu. Sikap dingin, gaya bicara yang ketus, dan sangat tidak menarik jika dilihat nya tidak menggunakan hati.

"Fior banyak gaya gitu di sukain! Aneh lo Mey!" Ucap teman ku

Aku akan mencoba mengikis kembali sikap mu yang seperti batu itu dengan cara yang lebih, mungkin cara kemarin yang ku pakai kurang sempurna untuk aku coba menghancurkan batu yang sangat keras. Akan coba aku teteskan lebih banyak lagi dari sebelumnya agar sikap dingin mu terkikis sedikit demi sedikit. Agar kamu lebih merasakan apa yang aku berikan untuk mu. Kalau boleh aku jujur pada mu, semua rasa dan hati ku sudah ku berikan seluruhnya untuk mu. Bahkan otak ku saja sudah tidak ku pakai ketika pertama kali aku memutuskan untuk jatuh hati pada mu. Ternyata jatuh ku terlalu dalam dari yang aku sangka, namun kamu tidak menangkap ku atau sekedar mencegah melainkan membiarkan aku makin jatuh lebih dalam lagi pada mu.

"Berarti Mey standar nya Fi bukan lo!" Ucap teman ku

Aku sadar akan hal itu, standar yang kamu miliki sangat tinggi dan sempurna. Konon katanya libra mencari pasangan yang sangat sempurna untuk nya, katanya kalau ada yang sempurna kenapa harus yang kurang. Susah sekali kalau sudah berbicara akan hal yang sempurna. Semua orang juga ingin sempurna, tetapi kini manusia tidak ada yang sempurna melainkan saling melengkapi. Lantas bagaimana lagi kalau sudah di bilang standar mu bukan seperti ku, aku bisa apa? Aku tidak ingin memaksakan semua itu. Lagi pula segala sesuatu yang di paksakan akan berujung tidak baik nantinya.

***

Rasanya makin ke sini aku dan kamu mengalami kerenggangan yang sangat drastis. Perjuangan ku tidak mengalami kemajuan dan yang paling pastinya tidak ada perubahan dalam cerita ini. Aku yang tetap berjuang dan kamu yang tetap tidak menggubris hal itu. Kamu hanya menonton aksi yang aku lakukan untuk mu. Bahkan lebih buruk lagi, tidak ada apresiasi dalam perjuangan ini. Tidak ada kata sambut, ucapan selamat bahkan rasa terima kasih. Kata orang kisah ku dengan mu seperti lagu yang berjudul Tuhan sebut sia-sia. Iya, aku yang berjuang hingga patah kaki sedangkan kamu seperti orang yang sedang mati. Hanya berdiam diri dan tentunya tidak memiliki hati.

Diri mu seperti bukit yang saban hari aku daki tak kunjung akhir. Tidak pernah ada rumah di sana, bahkan peta tidak kenal alamat, sangat berliku, tajam dan banyak jurang yang curam di dalamnya. Perjalanan ini bukan lagi membutuhkan sebuah kompas atau petunjuk arah lainnya, melainkan sebuah kata merelakan.

FiorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang