20. Tertawan Restu

Start from the beginning
                                    

"Mau dilamar sekarang emang?" Tanya Heru geli, "Kamu jadinya mau sama Byantara?"

"Eh, gimana sih, Om?" Janetha menggaruk rambutnya, "Mau ini maksudnya apa?"

"Lho-lho, Byantara belum ngomong sama kamu?"

"Ngomong apa?"

Puri dan Heru praktis menatap Byantara.

"Belum, Mas?"

"Udah!" Byantara berdecak.

"Byantara mau serius sama Janetha. Dia udah ngomong sama kami buat seriusin kamu. Tapi katanya kamunya susah buat Byantara. Beneran lho, Tha. Ini Om baru pertama denger Byantara mau seriusin perempuan." Ujar Heru serius menatap Janetha, "Baru kamu. Mana gak pakai lama."

"Kalau kamu emang nerima Byantara, udah, Nak, jangan mikir yang lainnya. Om, Mamanya ini, adek-adeknya mah yang penting Byantara seneng dan bertanggung jawab sama pilihannya. Toh, kita semua juga udah kenal kamu."

"Justru karena Om, Mama Puri, Kak Salwa, Bang Jati kenal Tha, makanya Thaㅡ" Janetha bernapas berat, "Makanya Tha takut."

"Takut apa, Sayang?" Tanya Puri berpindah merangkul Janetha.

"Tau sendiri keluarga Tha kayak gimana. Keluarga Tha itu keluarga gagal. Nanti Bang Byan kena susahnya. Mama Puri, Om, Kak Salwa, Bang Jati juga. Nanti kalian jadi sebel sama Tha karena bisa bikin Bang Byan gagal juga, dicap orang jelek. Terus Tha gimana, Ma?" Janetha menatap Puri nelangsa, "Tha udah gak punya siapa-siapa."

Puri mengusap rambut Janetha dan merangkum wajah wanita itu agar melihatnya. Diberikannya tatapan khas keibuan yang teduh pada Janetha agar mengerti perkataannya.

"Kenapa mikirnya gitu? Keluarga Netha, ya keluarga Netha. Itu gak ada hubungannya sama masa depan, Netha dong. Kan masa depan kamu, itu kamu sendiri yang tentukan." Ujar Puri lembut, "Netha punya masa depan yang bisa direncanakan dari sekarang, mau masa depan yang gimana, usahanya apa biar bisa kesampaian, kemana harus ambil jalan? Ngerti kan, Nak?"

Heru mengangguk, "Netha mungkin gak bisa milih untuk dilahirkan dari keluarga yang seperti apa, tapi Netha bisa nentukan mau bikin keluarga kayak gimana. Itu tugas kamu sama pasangan kamu. Gak ada hubungan sama keluarga Netha yang sekarang. Kalau mereka gagal, apa Netha juga bakalan gagal? Enggak dong, Nduk. Itu cukup dijadikan pelajaran buat Netha, Byan juga, Salwa, sama Jati. Rumah tangga itu emang gak selalu bahagia, susahnya ada, ngenesnya aja, komedinya aja. Semua gak bisa lantas jadi sama rata, ada up downnya, Nak. Yang jelas gak ada itu ceritanya kalau orang tua gagal, anaknya pasti juga gagal. Primitif. Om sama Mama gak gitu."

Heru membuat Janetha terharu dan terenyuh.

"Kamu tau? Om ini orang tuanya juga pisah." Kata Heru bercerita, "Eyangnya Byan, Salwa sama Jati ini udah gak sama-sama sejak Om SMP. Tapi Alhamdulillah, Om masih punya pemikiran kalau anak-anak Om gak boleh punya nasib yang sama kayak Om. Itu pegangan. Tinggal kalian teguh gak sama pegangan itu?"

"Tuh, denger kan?" Kata Puri menyahut, "Kalau Mama itu yang penting anak-anak Mama seneng, Tha. Asal yang dipilih gak neko-neko, tau sopan santun dan ngerti adab. Mau anak siapa, gimana orang tuanyaㅡitu bisa dibicarain baik-baik."

Byantara tak menyela sedikitpun. Dia hanya menatap wajah sedih Janetha dalam pelukan Ibunya. Mendengar penuturan kedua orang tuanya, Byantara merasa lega. Setidaknya ada harapan dirinya dan Janetha bisa bersama pun wanita itu bisa berubah pikiran untuk memberinya kesempatan.

"Netha anak baik, ceria, ramah, sopan, lucu lagi." Puri mengusal pipi chuby Janetha, "Mama seneng pas Byan bilang suka sama Janetha."

"Ma."

Cover - CompleteWhere stories live. Discover now