Chapter 30

1.8K 268 31
                                    

🍬Menua itu kepastian bijaksana adalah pilihan.🍬

-- Happy Reading --
Marentin Niagara

Asmara masih bekerja dengan baik meski dia harus berulang-kali izin untuk mengikuti seleksi penerimaan pegawai baru yang mengharuskannya hadir tepat pada waktu di tempat yang telah ditentukan oleh panitia penerimaan. Allah tidak akan menutup jalan saat hambanya meminta dengan usaha dan doa yang tulus.

Mendapatkan majikan seorang yang memiliki jabatan penting dalam sebuah departemen pemerintahan membuat Asmara bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan mempersiapkan semuanya dengan baik.

"Saya menikmati bekerja di sini, Pak," kata Asmara saat diajak berdiskusi oleh majikannya.

"Saya tahu, Mara. Kamu menjaga Lulu dengan sangat baik. Bahkan sekarang dia sangat bergantung kepadamu ketika kami tidak ada di rumah. Dan sesungguhnya saya juga mamanya Lulu sangat sayang jika harus menggantimu dengan yang lain. Tapi kami berdua sadar, kamu berhak mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan sesuai dengan kemampuanmu."

Asmara memang melakukan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya tentang Lulu dengan sangat baik. Dia tidak pernah menganggap Lulu sebagai anak dari majikannya. Asmara lebih menganggap sebagai seorang adik yang memang harus dibimbing dan disayangi.

"Ikuti seleksi ini, Mara. Saya yakin kamu masuk dalam kualifikasi ini. Meski nanti sebagai pegawai pusat tapi penempatannya lebih diutamakan di daerah asal pegawai."

Menjadi seorang ASN, dulu Asmara pernah bermimpi mendaftarkan diri menjadi seorang penyuluh pertanian. Bekerja sesuai dengan bidang pendidikan terakhir yang dia peroleh, tetapi semuanya harus kandas karena ulah mamanya.

Malam itu, Nurita tiba-tiba menghubunginya untuk bisa bertemu keesokan harinya. Dalam pertemuan itu, ternyata Asmara dipertemukan dengan orang kaya yang akan menikahinya sebagai pelunasan utang mamanya. Jumlah yang tidak sedikit membuat Asmara meradang. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Padahal Nurita tahu bahwa dua hari lagi keluarga Subuh akan datang meminangnya secara resmi.

"Kalau kamu tidak bersedia menikah dengan Pak Ben, Mama akan dipenjarakan oleh dia, Mara. Apa kamu mau dicap sebagai anak narapidana?"

Sebenarnya jika Asmara bisa terbuka kepada Subuh, dia tidak perlu repot-repot kabur dari rumah. Subuh dan keluarganya pasti bisa mencari jalan keluar. Namun, Asmara tidak ingin semakin membuat ayahnya semakin malu karena kelakuan mamanya lagi. Asmara malu kepada Subuh dan keluarganya dengan kondisi keluarga yang mungkin tidak bisa dibandingkan sekaligus disandingkan.

Akhirnya dia memilih untuk menghubungi Rengganis untuk memberikan suaka sementara waktu.

"Bagaimana, Mara?"

Lamunan Asmara terkoyak, saat suara mama Lulu terdengar. Mereka selalu mengikuti perkembangan tes yang dilalui Asmara.

"Tadi nilai terakhir sudah diumumkan, nama saya masuk di urutan kedua, Bu. Tapi setelah tes wawancara terakhir masih belum ada nilainya, katanya pengumuman akan disampaikan melalui web. Semoga saya memiliki nasib yang baik," jawab Asmara.

"Kami selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu." Mama Lulu menatap suaminya dan mengangguk saat sang suami meraih telepon genggamnya.

Berjalan sedikit menjauh, dia sedang menelepon seseorang dan sepertinya percakapan itu sangat penting. Sampai akhirnya kembali dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Ma, sepertinya kita harus segera mencari pengganti asmara di rumah ini untuk menjaga Lulu."

Asmara tersentak kaget, apakah itu artinya dia akan diberhentikan. Lalu bagaimana dia bisa mengumpulkan uang yang akan diberikan kepada mamanya untuk membayar utang.

Asmara SubuhWhere stories live. Discover now