18. stay, be here

330 22 0
                                    

ici mengemasi barang-barangnya satu koper cukup untuk beberapa pakaiannya, meski sebenarnya pakaiannya masih sangat banyak di dalam lemari. rencananya pakaian yang lainnya akan ia sumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

sebentar malam dia akan pergi dari indonesia, dia akan tinggal bersama bibinya di china. kemungkinan besar dia tidak akan kembali lagi ke indonesia.

ia keluar dari dalam rumahnya sambil menarik kopernya. setibanya di depan gerbang dia menoleh, menatap rumahnya sambil tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

"selamat tinggal, i'll miss all of the memories here," gumamnya.

ia mengambil handphonenya yang berada di dalam sling bagnya kemudian menelfon seseorang.

"halo."

"lo nelfon gue, gue nggak mimpi kan?"

"temuin gue di coffee shop dekat rumah gue, sekarang."

"oke oke, gue otw sekarang."

bip.

ici mengelah napas sambil menatap kontak orang yang baru saja ia hubungi. "maybe it's the last time ... but, why i hope you will never let me go?" gumamnya sambil mengelus-ngelus nama kontak di handphonenya itu.

ici mengelah napas kemudian bergegas menuju coffee shop yang sangat dekat dari rumahnya. jalan kaki tidak akan memakan waktu yang lama, jaraknya kurang lebih hanya 50 meter dari rumahnya.

ici duduk di outdoor sambil memesan americano, namun kali ini tanpa red velvet cake.

beberapa saat kemudian orang yang dia hubungi tadi tiba. orang itu menghampiri ici sambil tersenyum, namun senyumannya pudar saat melihat koper yang berada tepat di samping kursi ici.

ici tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. "hai, radit!" sapanya.

radit langsung memeluk ici. "finally, lo nggak marah lagi. i miss you so bad," ucapnya.

"radit," panggil ici.

radit melepaskan pelukannya kemudian berjongkok di depan ici dan mendongkak menatap ici sambil memegang kedua tangan wanita yang sangat ia cintai itu. "hm?" sahutnya sambil tersenyum menatap ici.

"gue mau tinggal sama tante selgiya," ujar ici yang sukses membuat senyuman radit hilang.

radit menggeleng. "enggak, lo nggak boleh pergi," ucapnya. "gue mohon, ci, jangan pergi lagi," lanjutnya sambil memeluk kaki ici.

ici berdiri dan mengangkat tubuh radit agar bediri. namun, radit tidak ingin berdiri. radit bahkan tidak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka.

"dit, please ... gue malu diliatin orang," ucap ici.

radit kemudian duduk di kursi yang berada di depan ici dan ici kembali duduk.

ici mengelah napas kemudian mengembalikan surat-surat rumahnya kepada radit. "gue balikin semuanya, dit. kunci cafㅡ"

"ci, please! jangan pergi, gue janji nggak akan muncul dihadapan lo lagi, asal lo nggak pergi," potong radit.

"gue nggak biㅡ"

"lo kenapa selalu ninggalin gue disaat gue lagi sayang sayangnya sama lo?" tanya radit sambil menunduk.

mata ici terbelalak. "hah?"

radit mengangguk kemudian mendongkak menatap ici. "lo selalu ninggalin gue disaat gue lagi sayang banget sama loㅡbukan, gue selalu sayang banget sama lo bahkan nggak pernah sedetik pun rasa sayang gue hilang," jelasnya.

mata ici berkaca-kaca. "tapi kenapa selama gue di china lo nggak pernah ngabarin gue? cuman elo yang sering hubungi gue, bahkan waktu gue balik lo berubah, lo selalu nolak gue. gue bahkan nggak tau salah gue apa. disaat gue kehilangan alfin, gue juga ngerasa kehilangan lo," timpalnya dan air matanya jatuh, namun dengan cepat dia menghapusnya dengan telapak tangannya.

radit mengelah napas. "karena gue penyebab alfin meninggal, makanya gue rasa gue nggak pantas buat lo, ci. gue terus coba buat lupain lo, tapi lo tau apa yang gue rasa? rasa kangen gue hanya nambah, gue hanya tambah sayang sama loㅡwaktu lo ke china rasanya gue seperti mayat hidup, setengah mati kangen sama lo," jelasnya. "dan waktu lo balik, gue setengah mati pengen hilangin persaan gue, tapi tetap aja nggak bisaㅡbahkan gue tambah sayang sama lo," lanjutnya.

radit jangan kaya gini, gue nggak bisa pergi kalo lo kaya gini, batin ici.

"gue udah lepasin lo, radit, karna lo yang deluan lepasin gue " jelas ici.

"jangan lepasi gue, dulu gue memang lepasin lo, tapi hati gue nggak pernah lepasin lo," sanggah radit.

ici menggeleng. "gueㅡ"

"mungkin sekarang bukan waktu yant tepat, tapi gue udah nggak tahan lagi. please be mine, ci! would you? gue nggak mau janjiin apapun, gue hanya akan buktiin semuanya lewat tindakan gue," potong radit.

ici terdiam penantiannya sejak mereka duduk di bangku SMP akhirnya terwujud. dia sedikit ragu, tapi perasaannya masih sama.

"terima aja sih, ci. lo kan emang dari dulu bucin sama radit," sahut elo yang entah sejak kapan berada di meja yang tak jauh dari meja mereka.

"kamu jangan rusak suasana dulu," ucap ica sambil memukul lengan elo.

"ningsih cahyaningtyas, would you be mine?" tanya radit sekali lagi.

ici mengulum bibirnya kemudian mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "i would," jawabnya.

saat mendengar jawaban ici, radit langsung berjalan ke arah ici dan memeluknya. radit mencium pucuk kepala ici berkali-kali dan terus berterima kasih kepada ici.

__________________________the end

guys, terima kasih udah membaca sampai bab terakhir ya! <3<3
ohiya terima kasih juga buat yang vote dan komen hehe.

maaf kalo cerita nggak sesuai sama ekspektasi kalian :')

jika kalian berkenan, nantikan epilognya ya🙈

DON'T LET ME GO, wangice ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя