17. let it go

197 20 0
                                    

ici melambaikan tangannya sambil tersenyum menatap elo yang sedang duduk di salah satu meja di cafe ini. "udah lama lo?" tanya ici.

elo mengangguk. "udah sekitar tiga puluh menit yang lalu," jawabnya.

ici memanyunkan bibirnya. "kenapa nggak panggil gue di belakang dari tadi?"

elo tersenyum kemudian menggendikan bahunya. "males aja, ntar lo ganggu gue lagi nugas," jawabnya.

ici menatap kesal elo. "nyebelin lo! orang gue nggak pernah ganggu lo, yang ada lo aja yang nggak fokus kalo ada gue," sanggahnya.

elo tertawa. "hahaha, lagian lo kalo dicuekin suka ngambek kaya anak SMP," timpalnya.

"terserah elo aja deh," ucap ici kemudian menopang dagunya sambil cemberut.

"ci, boleh mintol tambahin minuman gue nggak?" pintah elo.

ici tersenyum kemudian mengangguk. "boleh boleh," ucapnya sambil berdiri.

elo menahan tangan ici kemudian ici menatapnya. "kenapa?" tanya ici.

elo menggeleng. "nggak jadi, lo duduk aja. nanti gue minta sama waiter aja," jawabnya.

alis ici terangkat kemudian mengangguk dan duduk kembali. "lo ngapain ke sini?" tanyanya.

"ada yang mau pengen gue omongin," jawab elo kemudian menutup macbooknya.

ici menopang dagunya sambil menatap elo. "apa?" tanyanya.

"tapi lo janji jangan pernah marah atau sedih setelah dengar apa yang gue omongin," jelas elo.

kening ici mengkerut. "nggak enak nih perasaan gue," celetuknya.

"berarti nggak jadi gue omongin ke lo," lanjut elo.

ici menggeleng. "enggak enggak, ngomong aja. gue janji bakalan berusaha buat nggak marah atau pun sedih," ujarnya.

elo tersenyum kemudian mengangguk. "gue bohong sama lo, tapi ini demi lo," ucapnya.

kening ici mengkerut. "bohong soal?" tanya ici.

elo mengelah napas. "soal cafe dan rumah lo," jawabnya.

"maksud lo?" tanya ici.

"cafe dan rumah lo itu, semua itu dari radit," jelas elo.

wajah ici jadi datar, ici mengelah napas. "kenapa lo bohongin gue?"

"karna pasti lo nggak bakalan nerima semuanya kalo radit yang kasih," jawab elo. "gue harap lo mengerti, ci. gue harap lo berdamai dengan perasaan lo sendiri. lo masih sayang kan sama radit?" lanjutnya.

ici menggeleng. "enggak, gue benci sama dia," jawabnya.

elo menggeleng. "enggak, lo masih sayang sama dia. sekali pun lo marah, setiap kali lo natap dia gue liat masih ada cinta di mata lo," sanggahnya.

.

.

.

malam ini tepat pukul sebelas malam ici menutup cafe sendirian, karena hari ini adalah weekend jadi para karyawan pulang cepat.

radit yang beberapa saat lalu sudah berada di seberang jalan tepat di depan cafe itu terus menatap ici. ia pun keluar dari dalam mobil dan membantu ici mengangkat kursi-kursi ke dalam.

"gue bisa sendiri," ucap ici sambil mengangkat kursi tanpa menatap radit.

"nggak, dari kecil lo itu letoy banget," sanggah radit.

"gue bukan ici yang dulu," timpal ici masih tanpa menatap radit.

radit berhenti kemudian menatap ici yang berada satu meter darinya. ia menahan tangan ici.

"lepas!" ucap ici.

"enggak, sampe lo mau natap gue," tolak radit.

ici meletakan kursi kembali kemudian mendongkak menatap radit. "gue benci sama lo," ucapnya dengan tatapan tajam, namun matanya berkaca-kaca.

radit langsung menarik ici ke dalam pelukannya. "gue minta maaf, gue salah, ci," akunya.

ici menggeleng sambil menangis di dalam pelukan radit. "gue nggak bisa maafin lo," jawabnya.

radit melepas pelukannya kemudian memegang kedua pundak ici dan menatap dalam mata ici. "gue sayang sama lo, ci, sampe kapan pun gue sayang sam lo. gue nyesal atas semua," jelasnya.

ici menghapus air mata dengan telapak tangannya. "sekarang nggak ada gunanya, dit. perasaan gue udah berubah," putusnya kemudian masuk ke dalam cafe meninggalkan radit yang terdiam sambil menatap kepergiannya.

"sebenci itu lo sama gue, ci," batin radit.

"mungkin kita ditakdirkan nggak bisa bersama," batin ici.

__________________________________

Yeorobun, bab selanjutnya bab terakhir🙈

DON'T LET ME GO, wangice ✓Where stories live. Discover now