17. Cuma Soal Aksi

104 20 2
                                    

Jian pulang kerumah dalam keadaan kacau baik secara lahir maupun batin. Batinnya kacau karena berita kehilangan uang kas dari Bendahara OSIS, padahal baru saja mendapat korelasi yang lumayan jelas dengan kasus terkuncinya Lu'lu di gudang. Rasanya dia mau resign saja jadi ketua OSIS, tapi sayangnya... masih ada setahun lagi untuk menjabat.

Lalu fisiknya, gara-gara tadi hampir keserempet truk, dia lalu mengemudikan motor dengan tangan gemetar dan deg-degan setengah mati bahkan sampai sudah dirumah pun.

Beruntung kedatangannya disambut hangat dengan aroma rempah yang menyeruak sampai ke ruang tengah, hidungnya bisa membaui sambal terasi, sayur sop, dan ayam goreng. Pasti kerjaan Winda, karena dirumah ini hanya Tetehnya lah mahir dalam urusan dapur.

"Ieuh, dahar heula, Yan." Kata Winda sambil terus menyusun hasil masakannya di meja makan,

*Nih, makan dulu, Yan.

"Sakedap, Teh. Mau mandi dulu..." Sahut Jian lalu berjalan ganti haluan dari meja makan ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum makan siang,

Tak butuh waktu lama untuk Jian membersihkan diri, karena dia bukan Winda yang kalau mandi bisa hampir 1 jam. Tapi tenang saja, Jian juga bukan sekedar mandi bebek kok.

Penampilan Jian kini lebih segar dari sebelumnya, mukanya yang tadi kusam berminyak kini sudah cerah seperti sedia kala, ekspresi kecut saat dia baru pulang tadi juga sudah berganti lebih ceria. Mungkin efek badan bersih, maka hati ikut bahagia.

Kini Jian bergabung di meja makan bersama si Teteh yang sudah lebih dulu menyantap makan siang sambil nonton drakor.

"Kumaha si Lu'lu?" Tanya Winda tepat saat pantat Jian mendarat di kursi di sebelahnya,

"Nya kitu wèh," Jawab Jian tak niat lalu mulai mengisi piringnya dengan 2 centong nasi, sepotong dada atas ayam goreng, dan tak lupa dengan sup nya.

"Ceuk Teteh mah, eta cuma salah paham. Bener moal?" Winda berasumsi, karena dia juga sudah mendengar pengakuan dari Nindi,

Jian mengangguk sambil mengunyah, lalu setelah makanannya berhasil ditelan, barulah dia menanggapi asumsi Winda,"Jian gè tos denger ti Citra kronologi lengkap, bagaimana Lu'lu bisa kekunci di gudang..."

Biasanya, saat mereka hanya berdua, seringkali lebih banyak menggunakan kosakata sunda. Tapi terkadang juga campur aduk dengan bahasa Indonesia, atau pernah juga bahasa alien karena ikut-ikutan trend anak Jakarta yang bahasanya ke-Inggris-Inggris-an.

"Oh ya? Terus kumaha? Naon ceunah?" Winda tampak antusias,

Lalu Jian menceritakan apa saja yang dia lakukan saat di rumah Lu'lu, sampai sebelum dirinya dapat kabar buruk tentang uang kas OSIS.

"Wah... kan Bener! Salah paham èta mah! Pasti ada yang mau ngejebak si Nindi tuh..."

Jian menanggapinya dengan senyum kecut, dalam hati dia sedang menduga bagaimana reaksi Tetehnya saat tahu berita OSIS. Keduanya lalu lanjut makan, setelah ini barulah Jian akan memberitahu tentang hilangnya uang kas.

"Teteh..." Panggil Jian lirih saat keduanya sedang menaruh piring kotor masing-masing ke tempat cucian piring,

Winda hanya menanggapi dengan gumaman, menunggu apa yang ingin dikatakan adiknya yang satu itu.

"Bang Charlie belum ngasih tau Teteh?" Tanyanya dengan tatapan lesu,

Alis Winda bertaut,"Ngasih tau naon?"

Jian terlebih dulu meraup udara untuk pasokan paru-parunya, lalu menghembuskan dengan gusar,

"Uang kas OSIS ilang..." Katanya dengan amat sangat lirih,

CEREBRAL PALSY ; Jisung x Ningning ✔️Where stories live. Discover now