SUARA PANTOFELNYA

63 29 18
                                    


Aku terduduk dibangku sambil memandang pintu kelas yang terlihat kosong, pandanganku fokus sambil membayangkan sapaan lembut Bu Ay jika memasuki kelas.

"Assalamualaikum anak-anak"

Begitu lah biasanya Bu Ay menyapa kami jika memasuki kelas, dengan langkah anggun dia menghampiri meja guru dan senyum manisnya yang tak pernah luluh.

Tok, tok, tok, tok, tok

Aku tersenyum dari kejauhan aku mendengar suara langkah itu dan aku tahu sekali siapa pemilik langkah itu, dia adalah Bu Ay dan suara tok tok itu adalah suara pantofel yang dia gunakan. Suara yang selalu membuatku tersenyum karena suara itu akan mengantarkan sosok yang benar-benar sudah menjebakku dalam rasa suka, aku mengenal dengan benar akan suara pantofel spesial yang satu itu, suara langkahnya yang berbeda dengan jeda yang berbeda sehingga aku selalu menantikan satu suara langkah itu saja.

"Assalamualaikum anak-anak"

Dia masuk dengan senyum manisnya, sudah dua bulan aku menikmati pemandangan indah, sosoknya yang memasuki kelas seolah menjemput rasaku padanya.

Pelajaran Bahasa Indonesia dimulai seperti biasanya, pelajaran berjalan lancar, ku perhatikan sosoknya yang sibuk menjelaskan pelajaran, sesekali mata kami bertemu dan ku saksikan tingkahnya yang berubah.

"Jun"

"Kenapa Lan?"

"Jangan merhatiin Bu Ay terus ih"

"Lah emang kenapa?"

"Kasian loh tuh dia kelihatan enggak nyaman banget tiap kali dia sadar kamu perhatiin"

"Yasudah aku bakal bikin dia nyaman Lan"

"Et dah nih orang dibilangi susah banget"

"Serah aku lah"

Aku tak mengalihkan pandangan dari Bu Ay meski Aslan sudah melarangku, aku juga sadar pandanganku pada Bu Ay pasti mengganggunya dia terlihat sangat grogi tapi mau bagaimana lagi dia tetap harus masuk ke kelas ini.

"Sekian untuk hari ini"

Aku kecewa mendengar penuturan Bu Ay, meskipun itu hal wajar apalagi bel istirahat memang sudah berbunyi namun bagiku sejak masuknya Bu Ay terasa baru sebentar sekali.

Teman-teman berhamburan keluar kelas, sedangkan aku seperti biasanya masih duduk kokoh dibangkuku memperhatikan Bu Ay yang sibuk memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

Aku melangkah mendekati Bu Ay dengan tetap fokus melihat sosoknya.

"Arjuna"

Bu Ay seketikan menyebut namaku saat aku tepat didepan mejanya, meski kepalanya tertunduk dan matanya memandang pada buku-buku yang tengah dia masukan ke dalam tas.

"Iya Bu ada apa?"

Aku segera menjawab dengan senyum, kini aku bukanlah Arjuna yang dulu, Arjuna yang masih meragukan rasanya pada wali kelasnya, aku telah menjelma menjadi Arjuna yang percaya pada rasaku dan yakin pada sosok Bu Ay.

"kamu kalau Ibu Jelasin fokus ke pelajaran dong jangan ke Ibu"

"Saya fokus ke papan tulis kok Bu"

Aku menjawab dengan gugup dan sedikit kaget mendengar pernyataan Bu Ay yang dengan jelas menolak tingkahku.

Bu Ay terdiam mendengar penuturanku lalu berlalu begitu saja, kali ini ku lihat raut yang berbeda dari sosok Bu Ay yang ku kenal selama ini, hatiku terasa sakit melihat raut itu.

Aku terdiam berdiri sendiri didalam kelas, satu yang belum bisa menangkan adalah mengungkapkan rasaku, aku sudah yakin akan rasaku namun aku masih terlalu pengecut untuk menyapaikan pada wali kelas ku itu, aku benar-benar seperti pecundang memandangi Bu Ay dengan sesuka hatiku namun tak berani menjelaskan rasaku pada sosoknya.

TEACHER, STUDENT AND LOVE (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz