Nasi Goreng Udang

Mulai dari awal
                                    

"Serah lo dah"

"Lo perhatiin nih ye soal nomor satu yang gue kerjain, lo tau kan konsep trigonometri?"

"Kagak lah, sejak kapan gue ngerti matematika?" Jawabku enteng sambil menggelengkan kepala, ya memang aku tidak paham apa-apa di. bidang matematika. Sebenarnya aku adalah seorang matematikawan yang sangat pandai sebelum adanya x dan y.

"Ya tuhan" Nabil menarik nafas berusaha sabar. "Terus lo di kelas ngapain Nabila?, numpang nafas doang?" Tanya Nabil padaku.

Aku hanya terkekeh mendengar hal itu, tujuan aku kesinikan untuk diajari, kalau aku sudah pandai untuk apa aku minta diajari lagi?.

***

Sudah sekitar satu jam lebih Nabil mengajariku, berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya di saat aku menggelengkan kepala menandakan kalau aku masih belum paham dengan apa yang ia ajarakan.

"Sayang, kamu udah siap?" Di saat aku dan Nabil masih sibuk berkutat dengan rumus matematika, tiba-tiba Diva tanpa mengetuk pintu kamar Nabil lagi langsung masuk seperti tengah menggerbak seorang pengguna narkoba di rumah bandarnya.

Tipikal orang tidak sopan batinku, ya walaupun aku juga seperti itu saat masuk ke kamar Nabil, tapi itu kan hanya berlaku untukku saja. Iya aku egois dan aku tidak peduli.

"Kak Nabila?, kok di sini?" Tanya Diva saat menyadari aku yang sedang berada bersama Nabil di kamarnya.

"Yoi, lanjut Bil, sampe mana tadi?" Aku menepuk bahu Nabil menyuruhnya melanjutkan pengajaran matematikanya yang sempat terhenti akibat ulah Diva.

"Tapi kita mau keluar kak" Potong Diva tiba-tiba.

"Yaelah, santay aja kali, tar lagi juga kelar, ya gak Bil?" Aku beralih kepada Nabil.

"Gak bisa keknya Nab, masih ada lima soal lagi. Satu soal aja ampe mau mati gue ngajarin lo"

"Yeee, gitu lo emang" Aku mendorong bahu Nabil tanda tidak terima dengan keputusannya.

"Sisanya lo langsung salin punya gue aja Nab" Nabil sibuk mencari buku tulis matematikanya untuk aku salin nanti.

"Wihhh, paan tuh? Tanyaku saat menyadari kalau Diva membawa sebuah tote bag di tangannya.

"Ini nasi goreng udang, aku bikin spesial buat kamu" Jawab Diva sambil mengangkat tote bag itu berniat memberikannya kepada Nabil.

"Nabil alergi sama udang" Ucapku dengan wajah datar. Pacar macam apa yang tidak mengenal cowoknya seperti ini?.

"Emang bener kamu alergi udang sayang?" Tanya Diva pada Nabil, seperti kurang percaya dengan ucapanku sebelumnya. Seakan-akan aku adalah jenis manusia yang sulit untuk dipercaya.

Nabil hanya menganggukan kepalanya tanda jawaban 'iya' dari pertanyaan Diva.

"Maafiin aku ya sayang, aku gak tau kalo kamu alergi sama udang"

"Gak apa-apa, nanti nasgornya aku kasih sama bik Ina aja" Nabil langsung mengambil tote bag itu dan meletakkannya di atas meja belajar.

"Sekarang kamu ke bawah aja, ngobrol sama bunda. Aku mau siap-siap bentar" Nabil memegang kedua bahu Diva dan menatapnya lekat. "Kamu cantik banget malem ini" Ucap Nabil memuji Diva.

"Ehemmm" Sengaja aku buat-buat batuk agar kedua makhluk itu tidak menebar kemesraannya di depanpu ku. Memangnya mereka kira aku ini hanya angin begitu?.

"Mau ketemu bunda bareng gue?" Tanyaku pada Diva kemudian.

"Boleh kak"

"Kagak usah panggil kak lah, kita cuma beda satu tahun doang" Protesku pada cewek itu.

***

Saat sampai di lantai satu, pemandangan yang pertama aku lihat adalah sosok bunda yang tengah duduk di sofa dengan televisi yang menyala dan menampilkan sinetron kebanggaannya.

Diam-diam aku berjalan mendekati bunda untuk mengagetkannya. Dan hap, aku menutup kedua mata bunda dengan tanganku dari belakangnya.

"Siapa ini?" Tanya bunda. "Biar bunda tebak" Bunda mengetuk-ngetukkan telunjuk pada dagunya, seperti tengah berfikir keras untuk menebak siapa sosok yang menutup matanya.

"Bunda tau ini siapa, Nabilaaa" Tebak bunda tepat sasaran, aku hanya tertawa lebar dan langsung loncat duduk di atas sofa tepat di samping bunda.

"Bunda gak ngajak-ngajak Nabila nonton sihhh"

"Yaudah, kapan-kapan bunda ajak kamu nonton di bioskop gimana?"

"Mauuu banget dong bunnn" Ucapku antusias karena mendapatkan tawaran menakjupkan itu.

"Hmmm, hay tante" Terdengar suara Diva, yaampun aku melupakan anak itu.

"Eh, kamu siapa?" Tanya bunda heran. Dan tunggu, bunda tidak mengenali Diva?.

"Bunda gak kenal Diva?" Tanya ku heran.

"Gak, temen kamu ya?" Tanya bunda padaku.

"Bukan bunda, Diva ini adik kelas aku sama Nabil di Bina Bangsa, sekaligus pacarnya Nabil bunda. Masa bunda gak kenal sama calon mantu sendiri sih hahaha" Aku tertawa renyah.

"Oh ya?, duduk sini sayang" Bunda menepuk sofa dan memerintahkan Diva untuk duduk di sana. "Ayoo, gak usah kaku gitu, santai aja sama bunda" Bunda tersenyum manis.

"Kamu belum pernah main ke sini ya?, makanya bunda gak kenal sama kamu, terus Nabil gak pernah cerita juga kalo dia punya pacar"

"Diva sering ke sini tante, cuma pas Diva ke sini tantenya lagi gak di rumah terus. Baru malem ini Diva bisa ketemu langsung sama tante, tadi aja pas Diva baru sampai tante lagi di kamar kata bik Ina"

"Sering-sering main ke sini, rumah ini sepi terus. Apalagi Nabila sekarang udah jarang main ke rumah" Bunda melirikku yang duduk di sebelahnya.

"Nabila lagi demen di rumah bunda akhir-akhir ini hahaha" Aku tertawa untuk kesekian kalinya.

"Bundaaaa" Sebuah suara anak kecil mencuri perhatianku, dan aku menemukan Bintang yang keluar dari kamar bunda.

Melihat Bintang, aku langsung berlari kecil menghampiri anak itu, sudah sangat lama aku tidak bermain dengan temanku yang satu ini.

"Wihhh, hallo mas brooo" Aku berjongkok di depan Bintang dan menyodorkan genggaman tanganku untuk mengajaknya adu tos.

Melihat aku, Bintang hanya diam sejenak untuk melirikku dan kembali berteriak nyaring memanggil bunda dengan nada bicara yang hampir ingin menangis.

Buru-buru bunda langsung menghampiri Bintang dan mengajaknya masuk ke kamar, aku tahu betul pasti bocah itu rewel karna baru saja terbangun dari tidurnya.

"Lo keknya akrab banget sama keluarganya Nabil ya" Ucap Diva saat aku kembali duduk di sofa.

"Keknya, gatau juga sih. Gue udah anggep kaluarga Nabil itu kek keluarga gue juga, dan Nabil nganggep keluarga gue juga sebaliknya" Aku menatap cewek dengan setelan dress warna sage itu.

"Keknya gue kalah dari lo dalam hal ini hahaha" Diva tertawa, tapi jenis tawa yang dipaksakan.


Bersambung....

Nabil & NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang