28

991 30 1
                                    

Sesuai dengan apa yang dijanjikan Erlan kepada Ira.

Dua hari berturut-turut mereka selalu mengabari satu sama lain.

Tak ada yang namanya sibuk bagi Erlan. Sesibuk apapun  dirinya pasti setiap tiga jam sekali Erlan selalu menelfon istrinya.

Tak terasa dua hari sudah mau terlewatkan. Besok pagi Erlan akan pulang menemui istrinya.

Malam ini Ira makan malam dikamar sendiri sambil berhadapan dengan layar ponsel, yang memperlihatkan Erlan sedang makan. Jadi posisinya Ira makan disini dan Erlan makan disana tapi sambil video call-an.

Ira sedari tadi makannya sangat lahap bahkan sekarang ia nambah satu piring lagi.

Erlan bahagia melihat istrinya yang makan dengan lahap. Pasti anak yang dikandungnya juga akan sehat, kalau mamanya sehat.

"Lihat wajah ganteng mas, adek jadi pengen makan terus deh" ucap Ira menatap layar ponselnya.

Disana Erlan tertawa.
"Yaudah kalau mau makan lihatin wajah mas aja, biar makannya banyak" ucap Erlan diseberang sana.

"Haha" tawa Ira menatap suaminya.

Dan mereka melanjutkan acara makan LDR nya sampai selesai.

Setelah puas berjam-jam mengobrol- ngobrol dengan suaminya, Ira mematikan ponselnya lalu turun ke lantai bawah menemui orang tuanya.

"Ayah, bunda" ucap Ira duduk di tengah-tengah antara ayah dan bundanya.

Ayah mengelus kepala Ira.
"Besok suami mu pulang kan nak?" tanya ayah.

"Iya yah" jawab Ira.

"Pulang sendiri? Atau sama temennya?" Tanya ayah lagi.

"Sama sekertaris nya yah"

"Oh kalau misalnya sendiri kan ayah mau jemput gitu, tapi karna udah ada temennya ya ayah nggak jadi jemput" ucap ayah. Ira hanya menganggukkan kepalanya paham.

Tiba-tiba ide cemerlang terlintas di benak Ira.

"Bunda, dikulkas masih ada bahan buat kue-kue nggak?" Tanya Ira menatap bunda.

"Kalo cuma tepung, telur, blue band, sama cream masih ada. Tapi kalo pengembang kue sama coklat dan keju nya udah habis. Kemaren udah dibuat donat sama kamu" ucap bunda.

"Ira mau beli sebentar di Indomaret depan ya Bun, soalnya Ira mau bikinin kue kesukaan mas Erlan"

Bunda mengangguk " Suruh temenin abang ya. Dia ada dikamarnya lagi main game mungkin"

"Ira nyamperin abang dulu ya Bun, ayah" ucap Ira bangkit dari duduknya.

"Iya nak" jawab ayah dan bunda.

Ira berjalan menaiki tangga menuju kamar Abang nya yang ada disebelah kamarnya.

"Abang" panggil Ira mengetuk pintu.

Tak ada jawaban membuat Ira menaikkan sedikit nada bicaranya.

"Bang Apinn, bukain dong!" pintu dibuka memperlihatkan Arvind dengan telinga yang terpasang headset.

"Kenapa dek?"

"Anterin Ira ke Indomaret depan bang"

"Sekarang?" Tanya Arvind.

"Nanti nunggu kecebong mas Erlan lahir!" sewot Ira.

Arvind terkekeh "Tunggu dibawah ya, abang mau ganti celana dulu" ucap nya sambil menunjuk celana pendek yang digunakannya.

Ira mengangguk. Lalu ia masuk ke kamarnya untuk mengambil hijab, ponsel dan dompetnya. Setelahnya ia turun kelantai bawah menunggu sang abang.

"Abang nya mana dek?" Tanya bunda.

"Bentar lagi turun kok bun. Itu abangg!" ucap Ira menunjuk Arvind yang tengah berjalan kearahnya.

"Ayah, bunda, Arvind mau nganterin adek dulu ya" ucap Arvind menyalimi tangan orang tuanya dan diikuti Ira.

"Hati-hati bawa motornya, jangan ngebut-ngebut! kamu lagi bawa bumil" peringat sang bunda.

"Siap Bun" ucap Arvind merangkul bahu Ira untuk berjalan ke teras rumah.

Setelah melihat adiknya yang sudah memakai helm dan duduk dengan nyaman, Arvind berucap,

"Pegangan yang kenceng!" ucap Arvind.

"Iya ini udah bang" jawab Ira mengeratkan genggamannya di pinggang Arvind.

Dan mereka akhirnya keluar dari pagar rumah menuju ke Indomaret yang ada di depan.

Tanpa mereka sadari ada mobil yang berwarna hitam, yang memperhatikan gerak-gerik mereka dari yang awalnya membuka pintu rumah sampai keluar pagar.

"Gue akan mulai sekarang bos" ucap laki-laki misterius itu kepada seseorang.

Lalu laki-laki yang memakai pakaian serba hitam itu masuk kedalam mobil hitam nya. Mengikuti kemana Arvind dan Ira pergi.

"Bang berhenti sini!" ucap Ira sedikit berteriak agar abang nya dengar.

Arvind berhenti tepat di sebelah gerobak penjual martabak manis.

"Mau beli itu?" Tanya Arvind.

"Iya, abang tolong beliin martabak manis itu ya, biar Ira yang pergi ke Indomaret sendiri" ucap Ira turun dari motornya.

"Abang sebrangin ke seberang jalan" ucap Arvind diangguki Ira.

Jadi, penjual martabak itu posisinya di seberang jalan tapi pas didepan Indomaret berada.

Setelah berhasil menyebrangkan adeknya keseberang jalan dengan selamat, Arvind kembali ke tempat penjual martabak.

Setelah puas memilah-milah bahan yang akan digunakan, Ira segera membayar di kasir, lalu setelahnya saat Ira ingin keluar dari Indomaret terdengar notif hp nya berbunyi.

Ting!

Ira dibuat sedikit terkejut karna ponselnya mendapatkan notifikasi.

Segera ia membuka tombol yang berwarna hijau.

Deg!

Jantungnya berpacu lebih cepat, nafasnya seakan terhenti, seolah-olah ada batu yang sangat besar menghantam dadanya.

Matanya pun sudah tampak memburam karna ada air yang tertahan di kelopak matanya.

08××××××××××
Pinjam suaminya dulu bumil😉

Seperti itulah isi chat dari nomor yang tak dikenal. Disana juga terdapat foto Erlan yang bertelanjang dada.

Ira segara berlari keluar, ia ingin menumpahkan tangisannya ini di dada bidang Abang nya.

Sambil terus mengusap kasar air matanya yang mengalir. Ira menyebrang jalan dengan hati-hati.

Walaupun sudah hati-hati dan sudah melihat kanan kiri, tapi apalah daya jika musibah menghampiri, Ira tidak bisa menghindari.

BRAKK!!

Tiba-tiba ada mobil berwarna hitam yang melaju cepat menyempret tubuh mungilnya.








Hayo gimanaaa?
Maaf kalo kurang nge feel 😢

Nggak kerasa hari raya idul Fitri udh dkt bgt🙂

Aku mau ngucapin skrg aja nanti tktnya lupa hehe.

Minal aidzin wal faizin, mohon maaf jika selama ini tulisanku banyak kurangnya, atau ada kata yang menyakiti hati kalian, atau ceritaku ini ngebosenin, mohon dimaafkan 🙏

Sekian dari saya. Terimakasih 💙


VOMEN⭐⭐

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Where stories live. Discover now