26

988 37 2
                                    

Bulan telah memperlihatkan cahayanya, membuat siapa saja yang melihatnya akan merasakan kagum.

Pasutri ini sudah siap dengan bawaan mereka masing-masing.

Erlan membawa koper kecil, yang didalamnya terdapat keperluannya ketika di negeri orang nanti.

Dan Ira tak membawa baju yang banyak, karna dirumah bunda nya ada sebagian bajunya.

Ira hanya membawa totebag yang berisi, ponsel, charger, dompet, satu bedak, dan satu lipstik. Bisa dibilang Ira tak  mempunyai make up banyak, karna Ira tak suka akan dunia kosmetik. Walaupun sederhana Ira masih tetap cantik dan manis.

"Pamit ke bibi dulu ya mas" ucap Ira diangguki Erlan.

Lalu mereka menghampiri sang bibi di dapur.

"Bibi" panggil Ira.

"Iya, ada apa non. Mau kemana kok udah pada rapi?" Tanya bibi heran.

"Bi, saya ada urusan sedikit, jadi saya harus pergi ke Amerika selama dua hari. Dan Ira mau nginep dirumah bunda nya selama saya pergi. Jadi bibi disini jagain rumah ya!" ucap Erlan memperjelas.

"Oh begitu. Yaudah kalian hati-hati dijalan ya. Bibi pasti akan jagain rumah ini dengan baik" ucap bibi tersenyum.

Lalu Ira meraih tangan sang bibi untuk dicium. Ira tak mempedulikan status, ia hanya ingin menghormati orang yang lebih tua.

"Kita pamit ya bi. Assalamu'alaikum" ucap Erlan dan Ira.

"Iya wa'alaikumsalam, hati-hati ya. Jangan lama-lama nanti bibi kangen!" ucap bibi sedikit bercanda.

Erlan dan Ira terkekeh kecil. Lalu mereka mulai berjalan keluar rumah.

***

Mobil yang ditumpangi pasutri itu sudah memasuki teras rumah yang bercat putih. Yang tak lain dan tak bukan adalah rumah ayah Azzam dan bunda Naura.

Erlan merangkul pinggang ramping Ira.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum" ucap mereka bersamaan.

Pintu terbuka menampilkan seorang laki-laki muda. Siapa lagi kalau buka Arvind.

"Wa'alaikumsalam. Ayo masuk sayang!" ucap Arvind tersenyum sambil merebut paksa rangkulan adiknya dari Erlan. Erlan mendelik kan matanya tajam, untuk abang ipar, batin Erlan.

Arvind langsung berjalan ke ruang tengah di ikuti Erlan dibelakangnya.

"Bunda" teriak Ira memeluk sang bunda.

"Sayang, kok nggak bilang-bilang sih kalau mau kesini, kalau bilang lebih dulu kan bunda mau bikinin makanan kesukaan kamu" ucap bunda mengelus bahu Ira.

"Bun" ucap Erlan tersenyum menyalimi tangan bunda Naura, lalu beralih mendekati ayah Azzam yang masih duduk di sofa.

"Ayah" ucap Erlan ikut duduk di samping ayah.

"Kok tumben kesini serapi ini nak, mau kemana?" Tanya ayah menatap Erlan dari atas sampai bawah. Huh menantunya ini jika memakai jas CEO sangat terlihat tampan dan berwibawa.

"Jadi gini yah. Erlan kesini mau nitipin Ira selama Erlan pergi keluar negri" ucap Erlan menatap Ira yang masih asik berpelukan dengan bunda.

"Berapa hari nak?" Tanya ayah.

"Cuma dua hari aja kok yah" jawab Erlan.

"Mau berangkat malam ini?" Tanya ayah lagi.

"Iya yah" jawab Erlan.

"Oh yaudah kalau gitu Ira disini aja gapapa nak, disini aman jadi nggak usah khawatir!" ucap ayah mengelus pundak Erlan.

"Iya yah, kalo gitu Erlan mau ngomong bentar sama Ira yah" ucap Erlan diangguki ayah.

Erlan bangkit mendekati Ira yang asik bercengkrama dengan bunda dan abang nya.

"Dek" panggil Erlan menatap Ira.

"Iya mas" Ira mendekati Erlan.

"Mas mau berangkat. Adek disini jangan nakal-nakal jangan ngebantah ucapan bunda ya. Selalu jaga pola makannya, vitaminnya jangan lupa diminum, tidurnya jangan terlalu malem. Nggak boleh kecapean beraktivitas, inget ada calon anak kita di perut adek. Oh ya jangan pernah ninggalin sholat. Dan ponselnya harus online terus biar mas gampang kalau mau video call-an sama adek" ucap Erlan panjang lebar sambil mengelus perut Ira.

Ira tersenyum dan mengelus lengan suaminya.

"Setiap huruf yang mas ucapin udah masuk di otak adek, jadi adek akan selalu mengingat pesan mas" ucap Ira tersenyum.

Erlan tersenyum lalu ia menyamakan kepalanya di didepan perut Ira.

Ia elusnya perut istrinya itu dengan lembut, dan mengecupnya sangat lama. Entah kenapa tiba-tiba air matanya mengalir begitu saja saat sedang mencium perut istrinya.

Entahlah Erlan hanya berharap setelah kepulangannya nanti, ia masih bisa mengelus dan menyapa darah dagingnya yang singgah di perut istrinya.

"Mas jangan nangis, adek disini akan nurutin semua ucapan mas tadi kok. Dan adek juga akan selalu menjaga dedenya ini" Ira mengelus rambut suaminya.

Erlan kembali berdiri dan manarik Ira kedalam pelukannya. Menghirup dalam-dalam aroma istrinya yang akan ia rindukan nantinya. Padahal hanya tak bertemu dua hari tapi bagi Erlan dan Ira dua hari tak jumpa sama seperti satu tahun tak jumpa.

Setelah puas memeluk dan menghujani beribu kecupan di wajah istrinya, Erlan menatap mertua dan abang iparnya.

"Ayah, bunda, bang Arvind. Erlan nitip Ira ya" ucap Erlan.

"Pasti nak, pasti kami akan menjaga Ira" ucap bunda.

Erlan beralih menatap istrinya.
"Mas berangkat ya sayang" ucapnya memeluk Ira.

"Iya mas hati-hati dijalan, jaga diri disana, dan jaga hati disana!" ucap Ira menutupi kesedihannya dengan senyuman.

"Iya sayang" Erlan beralih menyalimi tangan ayah dan bunda, tak lupa melakukan tos ala anak lelaki dengan Arvind.

"Erlan pamit ya, assalamu'alaikum" ucap Erlan.

"Assalamu'alaikum cantik" bisik Erlan tepat ditelinga Ira.

"Wa'alaikumsalam" jawab mereka serempak.

Ira menitihkan air matanya melihat raga suaminya yang sudah berjalan keluar rumah.

VOMEN⭐

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Where stories live. Discover now