23

1.2K 40 1
                                    

Sore hari nya setelah sedari pagi sampai siang Ira terus bermanja dengan suaminya.

Sekarang Ira sudah selesai mandi begitupun dengan Erlan.

Mereka akan pergi ke pasar malam.

Itu tujuan utama mereka tapi sekarang. Itu hanya angan-angan belaka.

Mendadak Erlan mendapatkan chat dari sekertaris nya. Membuat Erlan mau tak mau harus pergi menemui sekertaris nya.

Ira awalnya sedikit kecewa dengan suaminya, tapi ia sadar tadi pagi ia sudah melarang suaminya untuk mengajar dan sekarang ia akan mengizinkan suaminya pergi.

"Mas ketemuannya dimana?" Tanya Ira.

"Di cafe sayang. Insya Allah setelah ba'da maghrib nanti mas udah pulang"

"Bener ya ngga boleh lama-lama. Setelah ba'da maghrib sampai jam 8 nanti mas harus pulang. Kalau melewati jam itu adek akan diemin mas!" ucap Ira enteng tanpa memperdulikan raut kejutnya Erlan.

"Ihh sayang kok gitu sih!"Ira hanya mengangkat bahunya acuh mendengar rengekan suaminya.

Erlan menarik Ira ke dalam dekapannya "Nanti mas usahain ya sayang" ucap nya mengecup kening Ira.

"Iya. Udah sana mas nanti yang nunggunya marah sama mas!" Ira melepaskan pelukannya, lalu mengambil punggung tangan Erlan untuk diciumnya.

"Mas berangkat ya dek" Erlan mengecup seluruh wajah Ira dan mengelus kepala Ira.

Ira mengangguk.

"Assalamu'alaikum sayang" ucap Erlan diambang pintu kamar.

"Wa'alaikumsalam" ucap Ira melambaikan tangan.

****

Disini Erlan berada.

Setelah memarkirkan mobilnya Erlan memasuki cafe, mengedarkan pandangannya mencari seseorang.

Setelah ketemu Erlan segera menghampiri karyawannya dan disampingnya ada perempuan yang memakai dress hitam diatas lutut, sangat ketat ditambah make up nya yang tebal dan rambut coklat sebahunya. Memberikan kesan......seperti itulah.

"Assalamu'alaikum Zayyan" ucap Erlan kepada karyawannya yang bernama Zayyan.

"Wa'alaikumsalam pak silahkan duduk" ucap Zayyan.

"Ada apa nyuruh saya ke sini?" ucap Erlan menatap Zayyan. Tanpa memperdulikan perempuan itu.

"Saya menyuruh bapak kesini mau menawarkan kerja sama dengan perempuan ini pak" ucap Zayyan melirik ke sampingnya.

Perempuan itu tersenyum sambil menyodorkan tangannya.

"Perkenalkan nama saya Sintya Claudia, panggil saja Sintya" ucap nya masih mempertahankan senyum termanisnya.

Erlan menatap Sintya tak suka. Dengan raut wajah datarnya Erlan menangkup tangannya di depan dada.

"Muhammad Erlangga Alvaro" jawab Erlan tanpa melihat Sintya.

Sintya yang malu karna salamannya di tolak buru-buru menormalkan ekspresi wajahnya.

"Jadi gini pak. Bu Sintya ini punya perusahaan di Amerika yang ingin bekerja sama dengan perusahaan kita. Perusahaan milik dia udah terkenal besar di berbagai negara jadi kita bisa menguntungkan banyak pak. Dan mengapa saya membawa bu Sintya ini, saya menawarkan kerja sama antar perusahaan kita dan perusahaan bu Sintya. Gimana? Apakah bapak berminat?" jelas Zayyan menatap bos nya.

Erlan tampak merenung sejenak. Boleh juga lah apalagi perusahaan Sintya di Amerika itu sangat menguntungkan buat dirinya.

Tapi kalau nanti ia harus pergi ke Amerika gimana dengan istrinya yang sedang hamil? Tak apa masih ada Zayyan yang menghandle itu semua. Ya semoga aja proses kerjasama ini nggak sulit.

"Pak Erlan?" Zayyan membuyarkan lamunan Erlan.

Dengan raut wajah yang sedari tadi masih nampak datar belum menampilkan senyuman sedikit pun, Erlan berucap.

"Okey, saya terima kerjasama ini!" ucap Erlan membuat Zayyan tersenyum lebar, nambah gaji ini batin Zayyan.

Beda lagi dengan senyuman Sintya yang bisa dibilang itu senyuman devil yang mempunyai makna berbeda.

"Yes berhasil. Selamat Erlan kamu sudah masuk perangkapku" batin Sintya menatap Erlan dalam.

"Saya pesenin makanan dulu ya pak" ucap Zayyan.

Saat ingin mengangguk Erlan teringat dengan istrinya, pasti Ira sudah memasak makan malam untuknya.

"Pesenin minuman aja!" ucap Erlan diangguki Zayyan.

"Oh ya, pak Erlan" ucap Sintya menatap Erlan.

Erlan hanya mengangkat alisnya dan menatap Sintya sebentar.

"Udah punya istri pak?" tanya Sintya tersenyum manis namun bagi Erlan itu sangat menjijikkan.

"Udah mau punya anak" jawab Erlan datar.

Sintya tersenyum "makin asik nih" batinnya.

Tak lama minuman datang, Erlan langsung meminumnya sampai tandas, ia harus cepat mencari masjid di sekitar sini, karna ia belum melakukan sholat Maghrib.

Setelah habis Erlan menatap Zayyan.

"Yan ayo sholat bentar di masjid depan!" ucap Erlan.

"Ayo pak" sebelum bangkit Zayyan menatap Sintya.

"Mau ikut Bu?" tanya Zayyan menatap Sintya.

"Oh nggak kalian duluan aja, saya nunggu disini" tolak Sintya dengan nada lembut.

Zayyan mengangguk, ia berjalan beriringan dengan Erlan menuju masjid depan.

Ditempat meja yang ketiganya tadi duduki, Sintya sedang menatap ponsel Erlan yang tertinggal di atas meja.

Sintya terkekeh sinis saat melihat wallpaper Erlan adalah foto pernikahannya.

"Emang cantik sih istrinya, tapi nggak secantik Sintya Claudia" ucapnya diiringi kekehan sinis.

Saat masih asik menatap wallpaper Erlan, Sintya dibuat terkejut dengan kedatangan Erlan yang sudah ada didepannya.

Erlan merampas dengan kasar ponselnya dari genggaman Sintya.

"Jangan lancang kamu!" ucap Erlan dengan tatapan tajam. Lalu Erlan kembali pergi ke masjid.

Tadi saat Erlan ingin menyabrang ke seberang jalan Erlan sempat terkejut karna ponselnya tak ada di saku celananya, buru-buru ia kembali ke tempat semula.

VOMEN⭐⭐

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Where stories live. Discover now