Pengakuan dan Berbaikan

78 21 2
                                    

Semua berkas kelulusan sudah beres, besok tinggal menunggu waktunya ospek kampus dan fakultas yang dilaksanakan bulan depan. Rata-rata rencana murid ekstrovert adalah jalan-jalan bersama teman-temannya, sedangkan yang introvert mau rebahan untuk mengisi energi sebelum kembali ke realita hidup.

"Kamden!" panggil Dabin dari pintu belakang kelas 12-2.

Kamden tersenyum, dia menyangklong tasnya dan menghampiri Dabin. Senyumannya Kamden benar-benar mengalihkan dunianya Dabin. Bagaimana Dabin tidak bisa jatuh cinta kalau setiap harinya disuguhi senyuman, sentuhan, dan perlakuan manis dari Kamden?

"Ini masih sore, Dabin mau kemana dulu sebelum pulang?" tanya Kamden sambil mengelus kepalanya Dabin.

"Boleh minta tolong anterin ke salon? Rambut aku sudah mulai panjang, nih."

Kamden menutup mulutnya, dia tidak bisa membayangkan Dabin setelah potong rambut nanti, pasti semakin sjznsjzjwjsisj gitu, apalagi kalau potong pendek. Sudahlah, ambyar.

"Kamden kenapa?" tanya Dabin dengan nada polos.

"Nggak papa, ayo aku anterin." Kamden menggenggam tangannya Dabin, mereka menjadi pusat perhatian dari kelas seketika, padahal mereka sering melakukan hal ini. :")

🏠🏠🏠🏠

Dabin turun dari motornya Kamden, tidak lupa numpang mengaca di spion untuk merapikan rambutnya yang tadi kemana-mana karena angin. Fiuh, ternyata blownya masih ada, jadi Dabin tidak sia-sia tidak memakai helm selama perjalanan pulang.

"Gimana rambut aku?" tanya Dabin sambil mengibas rambutnya.

Bukannya menjawab, Kamden malah menguyel-nguyel pipinya Dabin. Kalau boleh jujur, Kamden lebih suka Dabin dengan rambut yang kembaran seperti Seungwan ini. Bayangkan saja wajahnya Dabin ini 70% Chanyeol, 30% Seungwan, tapi kalau rambutnya seperti ini benar-benar 100% Seungwan.

"Lebih cantik," jawab Kamden tanpa ragu, memang begitu kenyataannya. Tanpa ragu juga, Kamden mencium bibirnya Dabin.

Pertama kalinya dalam hidup Kamden dan Dabin berciuman dengan lumat-lumatan. Di ciuman kali ini, yang membuat Kamden terkejut adalah Dabin bisa membalas lumatannya, padahal tontonannya Dabin setiap harinya Hutos Mini Mini, Cocomong, Gazoon, Doongdoong Monkey, Pororo, dan lain-lain.

Wohooo, Kamden tidak tahu saja kalau Dabin ini diam-diam tontonannya semua series Twilight, Fifty Shades, After, 365 Days, dan Kinnporsche. 🌚

Eh, eh, kayaknya pernah deh ciuman yang begini... tapi kapan, ya?

"Ekhem!" dehem Jeonghyeon.

Kamden dan Dabin langsung melepaskan ciumannya mendengar deheman dari tetangga laknatnya itu. Bisa-bisanya datang di waktu yang tidak tepat. 😑

"Kamden pulang dulu sana, hati-hati ya di jalan!"

"Oh iya, aku pulang dulu, hehehe." Kamden memakai helmnya, lalu melajukan motornya secepat kilat saking malunya.

Jeonghyeon mendecak sebal sambil menghampiri Dabin, bahkan mereka ulang adegan ketika Kamden akan mencium Dabin.

"Aiishh, lo ngapain, sih?" gerutu Dabin.

"Gue cuma pengen lihat wajah lo sebelum gue debut. Setelah gue debut, gue bakalan jarang lihat wajah lo." Jeonghyeon tersenyum dan memberikan jajanan masa kecil kesukannya Dabin. "Gue suka sama lo, Park Dabin."

"Hah?" Dabin melongo mendengar pengakuannya Jeonghyeon.

"Gue suka sama lo. Tapi, dengan pekerjaan gue yang akan datang, gue nggak akan bisa, dan sekarang gue lega lo ketemu sama orang yang lo cintai, begitu juga sebaliknya."

Dabin menggigit bibir bawahnya, dia masih tidak menyangka akan mendapatkan pengakuan seperti ini. "Makasih sudah suka sama gue bahkan sampai berani ngakuin perasaan lo, Jeonghyeon. Gue salut sama lo. Sebenarnya gue juga pernah suka sama lo, dan lo tahu itu, hehehe. Dan yang terakhir... maaf nggak bisa balas perasaan lo."

"Nggak papa, ini karma, dan yang penting gue punya title 'Tetangga Special' dari lo."

Dabin mengangguk, "Lo bener. Sukses ya buat debutnya, gue... bakalan jadi penggemar pertama sampai terakhir lo dan ngedukung lo disini," ucapnya sambil memegang dada kirinya.

"Makasih banyak, Dabin." Jeonghyeon tersenyum, ditambah lagi hari ini Dabin benar-benar cantik, senyumannya bisa sampai selebar senyumannya Pennywise.

"Ini buat lo, mungkin bisa jadi jimat, hehehe." Dabin memberikan sebuah gelang berwarna hijau, warna kesukaannya Jeonghyeon. "Gue masuk rumah dulu, ya. Lo juga buruan pulang, dingin soalnya," suruhnya sambil meninggalkan Jeonghyeon sendirian. Walaupun tidak suka dengan Jeonghyeon, tetap saja jantungnya berdegup dengan kencang karena itu sangat tiba-tiba.

Dabin memasuki rumahnya, dia langsung disambut dengan pelukan dari Seungwan yang menangis tersedu-sedu melihat Dabin sudah pulang. Chanyeol juga ikut memeluk keluarga kecilnya. Chanyeol merasa bersalah karena kemarin tidak bisa ikut menengahi sebagai kepala keluarga.

"Maafin Eomma...."

Dabin tersenyum canggung, bingung mau menjawabnya seperti apa, malu juga mau membalas permintaan maafnya Seungwan.

"Eomma nggak bermaksud bilang kayak gitu, waktu itu Eomma capek, ditambah lagi Dabin minta Eomma sama Appa datang ke acara perpisahan."

"I-Iya, nggak papa kok, Eomma."

"Appa sama Eomma sudah izin selama enam jam di hari itu, jadi kita bakalan datang," ucap Chanyeol supaya Dabin senang dan tidak ada kecanggungan lagi.

"Harusnya waktu SD sama SMP, Dabin kabur aja ya ke rumahnya Jeonghyeon."

"Jangan gitu, kita semakin merasa bersalah, nih." Seungwan mengeratkan pelukannya, menikmati momen dimana Dabin sudah besar. Tiba-tiba saja Dabin sudah besar, ya. :")



[✔] Awkward (Na Kamden)Where stories live. Discover now