Kamden and Dabin

430 48 0
                                    

Bel yang menandakan pulang sekolah sudah bunyi, Kamden menghitung mundur mulai dari angka tiga, tepat setelah angka satu, ada yang memanggil dan menghampirinya, tidak lain orang itu adalah Dabin. Kamden keluar dari kelasnya tanpa mengatakan apapun pada Dabin. Itulah Kamden, sebenarnya dia ingin mengajak Dabin berbicara lebih, tetapi sifatnya yang kaku membuatnya selalu berpikir reaksi jelek dari Dabin, padahal belum dicoba.

Dabin menyamakan langkahnya dengan Kamden, dia tidak peduli dengan tatapan orang, mereka tidak tahu saja kalau sebenarnya Kamden itu orang yang perhatian.

"Oh, Kamden bawa motor? Yaudah, kalau gitu aku ke halte bus." Dabin hendak lari, tapi pergelangan tangannya dipegang oleh Kamden. Apa iniiii?! Tumben sekali Kamden mau beginian?

"Ayo aku anterin pulang," ajak Kamden malu-malu.

Dabin tersenyum, dia merangkul lengannya Kamden pergi menuju parkiran sepeda motor dan mobil. Kamden tidak masalah akan hal itu, tapi Dabin bisa melihat kalau Kamden canggung secanggung-canggungnya, persis seperti satu tahun yang lalu, ketika Kamden menerima Dabin sebagai pacarnya. Jadi ceritanya seperti ini....

Flashback

Valentine Day

Kamden melihat lokernya, banyak sekali coklat yang berada di dalam lokernya, maklum lah ya, orang ganteng. Berhubung coklatnya terlalu banyak, Kamden membiarkannya saja untuk saat ini, dia akan membawanya nanti ketika pulang sekolah.

"Kamden...." panggil seorang perempuan, Kamden sangat kenal suara itu.

"Iya, Dabin?" Kamden menutup lokernya, perhatiannya beralih ke Dabin sepenuhnya.

Dabin memberikan sebatang coklat dan setangkai bunga mawar sambil mengusap tengkuknya. "Lo mau pacaran sama gue?"

"Eh?" Kamden mengusap tengkuknya juga, padahal rencananya dia akan menembak Dabin di White Day, sambil menunggu itu dia menyiapkan mentalnya. "A-ayo pacaran."

Dabin tersenyum lebar, "Kalau gitu, kita nanti pulang bareng naik bis, ya," ajaknya.

"O-Okay...." balas Kamden malu-malu.

Dabin menepuk-nepuk bahunya Kamden, lalu kabur ke kelasnya sendiri. Kamden tersenyum tipis melihat kelakuannya Dabin, energinya selalu penuh, berbeda sekali dengannya yang lebih sering kehabisan energi.

Flashback End

Dabin turun dari motor, setelah itu menunggu Kamden sampai melajukan motornya lagi. Ditunggu-tunggu kok Kamden-nya nggak pulang, pegel nih kakinya Dabin.

"Kamden, nyawa kamu masih di jalan, kah?" tanya Dabin sambil mengelus bahu sang pacar, kasihan kalau dipukul.

Kamden membuka helmnya, membuat Dabin kebingungan. Kamden ini orangnya memang susah ditebak, selalu saja ada kejutan darinya.

"Aku mau kasih ini...." Kamden mengeluarkan sebuah kotak kado dari dalam tasnya. "Happy 1st Anniversary, semoga kamu suka."

Dabin tersenyum haru dan menerimanya. "Makasih, ternyata Kamden inget, huhuhu. Aku suka semua yang dikasih sama Kamden, kok. Oh iya, aku juga ada hadiah," ucapnya sambil mengeluarkan boneka Pou dari dalam tasnya. "Itu kembaran kamu sama Kade."

"Makasih kembali." Kamden meletakkannya di dalam tasnya, kalau tidak begitu nanti bonekanya kotor!

"Dabin ada satu hadiah lagi buat Doobin-ie. Tutup mata dulu," titah Dabin.

Kamden menutup mata, tak lama matanya terbuka lebar ketika Dabin mencium bibirnya, mana sang pelaku langsung kabur. Sial, bagaimana nasibnya Kamden di perjalanan pulang nanti? Semoga tidak terngiang-ngiang rasanya, soalnya dulu waktu dicium sama Dabin terngiang-ngiang sampai seharian.

🏠🏠🏠🏠

PLAAAKKK!

Kamden memegangi punggungnya yang habis dipukul Mamaungnya, itu sangat menyakitkan, berbeda dengan Dabin yang selalu mengelusnya.

"Bukannya belajar malah senyum-senyum sendiri. Sudah gila kamu, ya?"

"Kamden lagi males belajar, Maaa. Tolong kasih libur sehari aja," keluh Kamden sambil berguling-guling diatas kasurnya, badannya sakit semua gara-gara materi Kebugaran Jasmani. "Mama ada koyo?"

"Ini Mama bawain, tadi Kade cerita kalau kelas kamu ada pelajaran Olahraga yang sama kayak kelasnya minggu kemarin." Mama memasangkan koyo di kedua bahu dan betisnya Kamden, kurang perhatian apa coba. "Besok katanya hujan deres, kamu berangkat sama Kade naik mobil, ya."

"Tenang, gue bisa jemput Dabin juga kalau mau," saut Kade dari pintu kamarnya Kamden.

"Dabin siapa?" tanya Mama.

"Pacarnya Kamden. Masa Mama nggak tahu? Mereka sudah satu tahun pacaran." Kade masuk ke dalam kamarnya Kamden, tujuannya hanya untuk menampol kepala sang adik kembarnya.

"Mama nggak mau tau ya, pokoknya akhir pekan ini harus dikenalin ke Mama sama Papa!" Mama keluar dari kamarnya Kamden, sementara Kade masih di dalamnya.

"Combean lo, Hyung!" Kamden memukul Kade menggunakan bantalnya. Cukup sekali saja, Kamden ingin tidur sambil memeluk boneka dari Dabin.

"Apa ini? Lo beli boneka?" Kade menyentuh bonekanya, namun malah berakhir ditepis.

"Jangan sentuh, ini dari Dabin!"

"Heuuh, akhirnya lo bisa mengekspresikan rasa cinta lo ke Dabin." Kade mengusak kepalanya Kamden, lalu pergi. Kalau Kade tidak ada waktu bersantai untuk hari ini, dia harus belajar karena sebentar lagi ujian akhir semester 6, setelah itu CSAT.

Kamden jadi merenung di dalam kamarnya, dia berpikir masih belum bisa mengekspresikan rasa cintanya ke Dabin. Kamden terlalu malu aja dan canggung sampai Dabin menjadi bahan pembicaraan yang jelek. Apa Kamden harus berubah sedikit demi sedikit?






[✔] Awkward (Na Kamden)Where stories live. Discover now