Hari Operasi

146 31 1
                                    

Hari ini waktunya Dabin untuk menjalankan operasinya. Operasi dimulai pukul tujuh pagi, Kamden yang memulai sekolah pukul setengah sembilan pagi menyempatkan datang untuk memberinya semangat.

Dabin tidak bisa melepas pegangan tangannya Kamden sepanjang perjalanan menuju ruang operasi, dia sangat ketakutan karena ini operasi pertamanya, semoga menjadi yang terakhir juga, Dabin tidak mau sakit-sakitan lagi.

"Dabin," panggil Kamden. Dabin sudah memakai alat bantu pernafasan, sehingga hanya bisa merespon panggilan dengan menatap matanya. "Kamu bisa lewatin ini, aku selalu do'ain kamu. Sampai ketemu nanti, ya."

Dabin mengangguk sebagai respon, disana Kamden bisa melihat kalau Dabin tersenyum di balik alat bantu pernafasannya. Kamden mau menangis rasanya, tetapi jika dia meneteskan air matanya, ketika berada di sekolah nanti bisa mendapat pertanyaan kenapa matanya merah_-.

🏫🏫🏫🏫

12.00 PM

Akhirnya istirahat, hal yang pertama Kamden lakukan adalah membuka ponselnya, ternyata sudah ada notif dari Chanyeol. Operasinya baru selesai dua jam yang lalu, berjalan dengan lancar, bahkan beberapa menit yang lalu Dabin sudah siuman. Chanyeol juga mengirim video ketika Dabin melatur tidak jelas, ada-ada saja memang anak dan bapak itu.

"Dek, lo nggak mau ke kantin?" ajak Kade dari pintu kelasnya Kamden.

"Ayo, gue laper." Kamden meletakkan ponselnya di dalam sakunya dan jalan bersama dengan kembarannya.

Kalau belum terbiasa dengan wajahnya, mereka berdua tampak sama, waktu itu Dabin saja pernah salah peluk, setelah Kade berpura-pura dengan berbicara seperti Kamden, Dabin baru menyadarinya.

"Gimana operasinya Dabin?"

"Operasinya lancar, ini sudah siuman. Gue nanti mau kesana, lo mau nitip sesuatu buat dia?"

Kade memberikan sebatang coklat kesukaannya Dabin. Tidak mungkin... bagaimana bisa Kade tahu coklat kesukaannya Dabin? Kalaupun tahu, kapan Kade membeli coklat yang berasal dari luar negeri ini? Punya Kamden saja baru di perjalanan.

"Hyung, lo suka sama Dabin?" tanya Kamden ragu-ragu.

Kade tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari Kamden.

20.30 PM

Bel sekolah berbunyi, menandakan kalau siswa boleh pulang. Kamden pergi ke toilet laki-laki untuk mengganti bajunya. Kamden harus terlihat tampan dan wangi agar percaya diri ketika bertemu Dabin nantinya.

Selesai mengganti baju, dia langsung pergi ke parkiran dimana mobilnya terparkir. Hari ini Kamden memakai mobil karena dia akan membawakan buket bunga dan snack untuk Dabin. Menurutnya itu berlebihan, tapi mungkin Dabin akan menyukainya, jadi Kamden harus berani mencobanya.

Kamden melajukan mobilnya, tujuan pertamanya yaitu mengambil buket bunga dan snack yang sudah dibungkus secara rapi disana. Kamden hanya perlu mengambilnya, dia sudah memesan dan membayarnya tadi siang, dengan begini bisa menghemat waktu.

Setelah selesai dengan persiapannya, Kamden langsung pergi ke Rumah Sakit. Jantungnya berdegup kencang, entah kenapa hari ini mau bertemu Dabin saja rasanya berbeda, apa karena Kamden mau mengatakan sesuatu? Mungkin.

Sampai juga di rumah sakit, Kamden menyemprotkan parfumnya di leher sisi kanan dan kiri, belakang telinga, dada, dan pergelangan tangan. Okay, Kamden sudah siap!

Skip

Kamden membuka pintu ruang inap, ternyata Dabin sedang sendirian. Tidak masalah, Kamden akan menghiburnya, walau sampai menginappun tidak apa-apa.

"Dabin," panggilnya sambil menyodorkan buket bunganya.

"Arti bunganya apa?" tanya Dabin. Waduh, untung Kamden request ke owner-nya, ya. :")

"Cepat sembuh sama... ILYSM," jawab Kamden malu-malu.

Dabin tersenyum dan mengelus pipi sang pacar. "Love you too. Makasih ya bunganya, aku suka," balasnya sambil menerima bunganya.

"Sama-sama. Eummm... D-Dabin mau jalan-jalan?" tawar Kamden, barangkali Dabin suntuk berada di ruang inap.

"Aku masih agak lemes kalau jalan."

"Ada kursi roda, aku dorongin, nggak papa, kok."

"Y-Yaudah kalau gitu, hehehe."

Mendengar jawabannya Dabin membuat Kamden langsung bergerak mengambil kursi rodanya. Tidak sampai disitu, Kamden juga menggendong Dabin supaya pindahnya lebih cepat, lalu mulai mendorong kursi rodanya keluar.

Sampai di taman, Kamden mengajak duduk di kursi yang kebetulan kosong, mungkin karena sudah malam.

"Cuacanya dingin, tapi kamu kesini nggak bawa jaket sama sekali," omel Kamden, ngomel-ngomel gitu sambil memakaikan Dabin jaket, loh.

"Ah, hoodienya Kamden aja belum aku kembalikan."

"Santai aja, aku kan pacar kamu, setiap hari ketemu." Kamden menarik pelan tangannya Dabin supaya memeluknya dari dalam jaketnya, dengan begitu telapak tangannya Dabin tidak kedinginan.

Jujur, Dabin sangat nyaman dengan posisi ini, mana Kamden sangat harum. 😳😳😳

"Dabin, kamu tau banget kan kalau aku ada kembaran, wajah kita juga hampir sama, nanti kamu nggak bakal suka Kade secara tiba-tiba, kan?"

"Kikiki, kalau dilihat sekilas wajah kalian memang hampir sama, sifatnya juga sama, tapi aku ngelihatnya tetep bedaaa, aku lebih suka Kamden."

Kamden tersenyum mendengar responnya Dabin, persis seperti ekspetasinya.

"Kamden harum, Dabin sukaaa." Dabin mengendus wanginya Kamden lagi, parfum pria membuatnya ketagihan.

"Yaudah, sini peluk sampai puas." Kamden mengeratkan pelukannya lagi, kali ini dia harus berhati-hati karena Dabin masih memakai infus.

"Iih, gue lagi mimpi apa nggak, sih?" batin Dabin.

"Ternyata enak juga peluk-pelukan gini," batin Kamden.







[✔] Awkward (Na Kamden)Where stories live. Discover now