Part 31

3 0 0
                                    

Malam itu, Una sudah tidur awal di atas tilam futon yang disediakan untuk tetamu guest house itu. Sakinah masih belum dapat tidur. Jadi, dia hanya duduk di depan pintu biliknya melihat langit Jeju. Beza langit Jeju dan Seoul? Jeju terus nampak langit yang penuh dengan bintang-bintang. Di Seoul, di celah-celah bangunan tinggi baru nampak langit yang dipenuhi bintang.

"Tak dapat tidur?" suara Junghyuk mematikan lamunan Sakinah. 

"Yup," jawab Sakinah, terus membetulkan selendang yang menutup kepalanya dan menarik hoodienya untuk terus tutup kepalanya.  

"Boleh saya tanya sesuatu?" 

"Tanya apa?"

"Kenapa perlu tutup kepala macam ni? Awak dan juga Una?" soal Junghyuk. 

"Aurat,"

"Aurat apa?" soal Junghyuk, mengerutkan dahi. 

"Ini adalah kewajipan saya dan juga Una sebagai seorang muslim, beragama Islam untuk menjaga aurat, menutup seluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan dari pandangan lelaki yang tiada apa-apa hubungan dengan kami," jawab Sakinah. 

"Tak rimas ke? Dan perlu ke? Orang lain macam okay je tidak menutup semuanya?" soal Junghyuk. 

"Hmmm... rimas? Tak ada pun. Sebab benda ni, dah jadi tuntutan agama. Kenapa Allah perintahkan supaya menutup aurat? Sebab kita ni, sebagai manusia adalah sesuatu yang istimewa," 

"Maksudnya?" 

"Awak suka ke bila lelaki lain tengok isteri or teman wanita awak puna badan? Rambut? Kaki? Tangan? Then, terus imagin bukan-bukan?" 

"Semestinya tidak,"

"Sebab tu, kami menutup aurat kami. Dan hanya benarkan lelaki yang ada hubungan yang halal seperti ayah, abang or adik kandung dan juga suami sahaja boleh lihat segala kecantikan diri kami sebagai wanita," 

"Aaaa..." 

"Bagaimana pula ketika kamu diceraikan? Kamu patuh pada tuntutan agama, tetapi kamu masih diceraikan, tidak bahagia?" soal Junghyuk. 

"Saya percaya pada Qada' dan Qadar. Semua yang berlaku ini ada hikmahnya. Jika saya tidak bercerai, saya tidak akan bertemu dengan Una. Jika saya tidak bercerai, saya tidak akan berada di sini sekarang ini. Dan saya rasa hidup saya lebih bahagia bersama-sama Una, berbanding dulu," jawab Sakinah.

"Saya kagum dengan awak. Walau ada perkara buruk berlakupun, awak masih teguh percayakan pada Tuhan dan agama awak," 

"Bagi saya, semua itu ujian untuk menguji keimanan saya. Saya bersabar dalam menempuh ujian ini. InshaAllah dihari akan datang, akan ada sesuatu yang lebih baik," jawab Sakinah, lalu tersenyum. 

Junghyuk hanya mengangukan kepala mendengar ayat Sakinah. Berbicara dengan wanita di depannya itu, kadang-kadang membuka mindanya dan membuatkannya berfikir lebih dalam.

"Saya seperti tertarik dengan agama awak, Sakinah. Tetapi, saya sering membaca di laman social, orang muslim itu adalam terrorist," 

"Terrorist itu tak ada agama, Junghyuk-ssi. Semua agama meminta kita berbuat baik. Tak ada agamanya yang menyuruh, meminta penganutnya buat jahat. Baik Islam, Christian, Buddha or Hindu," jawab Sakinah. 

"Tetapi mengadap di media sosial banyak mengatakan Islam itu terrorist?" soal Junghyuk lagi. 

"Itu adalah puak pelampau yang ingin memusnahkan nama baik agama Islam. Kalau awak membaca lebih banyak, setiap agama ada puak pelampaunya, yang melakukan perkara yang ditegah oleh agama itu sendiri," jawab Sakinah.  


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mengejar Kebahagian... (rarely update)Where stories live. Discover now