× Chapter 13

1.9K 306 25
                                    

"Kau siap, Zoe?"

Zoe menatap pantulan dirinya di cermin. Dia menatap miris wajahnya sendiri. Wajah lesu dengan mata seperti panda. Tubuh lemasnya terbalut dengan gaun putih selutut yang dihias dengan bunga - bunga di sekitaran pinggang. Dia hanya memakai heels setinggi tujuh cm hari ini dikarenakan kondisinya yang tidak begitu fit.

Kelly menatap penampilan anaknya sebentar lalu menyodorkan tas selempang kecil berwarna senada pada Zoe yang langsung di terima dan dipakai.

"Kau terlihat... cantik."

Zoe tersenyum tipis setelah itu mereka berdua keluar dari kamar Zoe dan turun ke bawah.

Para laki - laki nyaris saja membuka lebar - lebar mulutnya jika saja mereka tidak mengendalikan diri saat melihat dua bidadari--begitulah sebutan dari mereka--keluar dari ruangan setelah mereka menunggu dengan sangat lama.

"Perfect." Puji mereka hampir bebarengan membuat dua wanita yang dipuji memerah karenanya.

"You... look so amazing with that dress, Zoe."

Zoe tersenyum kecil. "Thanks, Harry."

"Kalau begitu, ayo kita berangkat." Seru John yang telah menggandeng tangan Kelly.

Zoe menghela nafas gugup. Kalau bukan karena adik - adik orang itu, dia tidak akan menghadiri pernikahan ini. Dia tidak mampu melihat orang yang dicinta menikah dengan orang lain walau Zoe sudah bertekad dia ingin menghilangkan rasa cinta itu dan berusaha menerima kehadiran Harry.

"Kau siap, Zoe? Jika kau tidak bisa melakukan ini, kita bisa membatalkan--"

"Tidak, Harry. Aku... siap." Senyum Zoe mampu membuat Harry ikutan tersenyum. "Okay, then. Let's go, princess." Ajak Harry lalu menggenggam tangan Zoe dan berjalan menuju Range Rovernya.

---

Tepat pada hari ini. Semua konflik sudah selesai. Takkan ada lagi penantian panjang, takkan ada lagi impian dan harapan mustahil itu. Mungkin mereka memang tidak berjodoh. Tuhan sepertinya memang tidak setuju jika mereka bersatu. Dan Zoe harus menerima kenyataan menyakitkan itu.

Kini Zoe sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menghapus rasa cinta itu dan mulai menerima kehadiran Harry Styles dihidupnya. Yah, dalam kata lain, move on.

John dan Kelly sudah masuk ke dalam gereja ketika Zoe dan Harry masih menetap di mobil. Harry menatap Zoe cemas. Ia tahu Zoe tidak mau melihat mereka yang... Ya Tuhan, mengapa harus serumit ini?

"Bagaimana jika kita pulang saja? Katakan saja pada keluarga mereka kalau kau... sakit atau..." tawar Harry ragu.

"No, Haz. Aku tidak apa - apa."

Mereka pun memasuki gereja yang sudah ramai sekali. Mereka sengaja duduk paling belakang altar sekedar tidak ingin terlalu terlihat oleh orang - orang. Zoe menoleh pada tangannya. Harry menggenggam tangannya. Entah karena apa, Zoe merasa terlindungi saat ini.

Zoe tahu Harry mungkin laki - laki yang bisa menjadi pengganti Zayn di hatinya. Kalau dilihat - lihat sih, Harry tampan juga. Matanya yang hijau cerah, pipinya yang disertai dimples, dan senyumnya yang manis. Apalagi rambutnya yang keriting membuat dia terlihat lucu.

"Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?" Harry melirik Zoe dengan wajah yang sedikit menunduk malu. Jujur saja, dia malu dan gugup jika ditatap seperti itu, apalagi sama Zoe.

Zoe terkekeh kecil saat melihat ujung bibir Harry yang berkedut menahan senyum. Ya ampun, Harry blushing hanya karena Zoe memperhatikannya.

Tepat setelah itu, secara tidak sengaja mata Zoe menangkap laki - laki itu sedang berdiri di depan altar dengan senyum yang mengembang. Zoe merasa perasaannya campur aduk. Antara sedih dan bahagia. Dia sedih karena... kalian pasti tahulah kenapa. Dan bahagia karena akhirnya Zayn akan menikah juga. Laki - laki itu bahkan terlihat gagah dengan jas hitamnya. Ya Tuhan, andaikan semua tahu...

Zoe merasa dirinya tidak dapat menahan tangisnya ketika tatapan mereka bertemu. Dan saat itu juga, senyuman yang mengembang di wajah Zayn luntur. Zoe ada disini... Zoe ada disini untuk melihat dirinya menikah.

Zayn dapat melihat Harry yang duduk di sebelah Zoe membuatnya mendesah. Dia lega karena masih ada Harry yang dapat menjaga Zoe. Dia hanya, ingin memastikan bahwa Zoe aman dan baik - baik saja.

Beberapa menit kemudian, dua anak remaja tanggung dengan gaun putih mereka keluar dari pintu besar dalan ruangan dengan membawa keranjang berisi kelopak - kelopak bunga mawar yang langsung ditaburkan disekeliling altar. Satu dari anak itu--Safaa tersenyum senang sekali ketika pandangannya bertemu dengan Zoe. Zoe ikut membalas senyumannya.

Setelah Safaa dan Waliyha selesai menaburkan bunga, Zoe menelan ludah kuat - kuat saat melihat sang pengantin keluar dari pintu besar tadi. Sang mempelai sangat cantik dan menawan dengan gaun yang Zoe sengaja desain spesial untuknya. Zoe tersenyum miris melihat Zayn yang begitu gembira ketika Perrie tiba.

Astaga, kenapa ini harus begitu menyakitkan?

Pendeta memulai acara pemberkatan. Zoe memandang lesu kedua mempelai di atas altar itu. Tatapan mereka, sungguh tatapan yang penuh sayang.

Dan, boom. Zoe merasa hidupnya runtuh saat itu juga melihat mereka berdua berciuman. Zoe menelan rasa sakit akibat benjolan di tenggorokannya. Katakan ini hanya mimpi. Zoe tidak tahan melihat pemandangan menyakitkan ini. Mereka benar - benar sudah resmi menikah.

Zoe merasakan hatinya pengap dan sakit sekali rasanya. Katakan dia berlebihan, tapi inilah yang dia rasakan sekarang. Bayangkan saja orang yang kalian cintai menikah dengan orang lain. Tidak. Mereka bukan sekedar berpacaran, mereka menikah.

Sudah cukup. Dia tidak tahan dengan ini. Masa bodoh dengan janjinya pada keluarga Malik, masa bodoh dengan Harry yang bingung dengan tindakannya. Dia ingin pergi dari sini. Dia sudah merasa ruangan ini tidak cukup oksigen untuk dia bernafas.

Zoe pun berlari keluar dari gereja saat sang pengantin sedang memasang cincin untuk mereka. Untunglah kepergiannya tidak terlalu menarik banyak perhatian. Tapi dia salah.

Zayn melihatnya. Zayn melihat Zoe yang berlari meninggalkan gereja ini. Zayn melihat Harry yang berusaha mengejar Zoe. Hatinya teriris merasakan penyesalan besar ini.

Percaya padaku, Zoe. Aku mencintaimu. Maaf.

--

How's ur feels guys?._.

Everything Has ChangedWhere stories live. Discover now