× Chapter 3

1.9K 340 8
                                    

Tinggalkan jejak please :)x

----

"Miss? Miss? Are you okay?" Kattie melambai - lambaikan tangannya di depan wajah Zoe.

Zoe mengerjap, menutup mulutnya yang sedikit terbuka saking terkejut. Menggigit bibir keras - keras. Ia bingung apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus menyapa orang itu atau bertindak pura - pura tidak mengenalnya. Tapi dari yang laki - laki itu lakukan, dia seakan tidak mengenal Zoe. Dan pemikiran itu membuat Zoe tambah hancur.

"Oh--yeah. S-sorry. Jadi, perkenalkan. Saya Zoe Stewart. Kalian mau memesan--" Zoe menelan ludah dengan berat. Lagi - lagi ada tonjolan besar yang menyakitkan pada tenggorokannya. "--Gaun pengantin?"

Wanita berambut pirang itu menjulurkan tangan pada Zoe. "Perrie Edwards. Dan, kenalkan, ini tunangan saya. Zayn Malik." Wanita bernama Perrie itu memberi kode pada Zayn agar menjabat tangan Zoe.

Tapi laki - laki itu tetap diam. Seperti patung. Menatap jauh ke dalan mata hijau Zoe.

Tangan Zoe sudah terulur didepannya dengan gemetar serta senyum tipis. Menunggu. Sampai Zoe ingin menarik tangannya kembali, tangan besar itu menggenggam tangannya, mengalirkan aliran panas yang menghangatkan tubuh Zoe.

Zoe menggigit bibir bawahnya keras - keras. Satu bayangan masa lalu muncul di pikirannya.

"Aku... Aku mau menikah denganmu, Zayn."

"Er--tentu. Aku akan menikahimu nanti."

Kini hati Zoe serasa pengap, berdenyut keras. Setiap denyutannya menghantarkan rasa sakit yang luar biasa. Lima tahun... Lima tahun Zoe menunggunya...

Aku mau kau menjalani hidup tanpa aku yang selalu mendampingimu.

Zoe teringat kata - kata di surat itu. Surat yang merupakan komunikasi terakhir dia dengannya. Surat yang kini Zoe simpan rapu di dalam kotak penyimpanan barang berharganya.

Barulah ketika Perrie Edwards berdehem, Zayn bergumam pelan. "Z-Zayn Malik." Cicitnya lalu buru - buru melepas genggaman itu. Ada rasa hilang dari kehangatan yang dirasakan Zoe saat tangan itu sudah lepas dari genggaman.

"Jadi, saya mau memesan gaun pengantin untuk minggu depan."

Minggu depan? Secepat itu?

Tidak. Jangan sekarang, Zoe. Jangan. Bertahanlah. Gadis batin Zoe menguak, berperang. Tolong, jangan katakan dia benar - benar ingin menangis saat ini juga. Jadi? Selama ini? Selama lima tahun dengan Harry yang juga selalu menunggunya itu semua sia - sia?

Zoe mengangguk. "Anda mau seperti apa? Untuk contohnya, anda bisa melihat disini..." Tangan gemetarnya menyambar sample book untuk diperlihatkan pada Perrie.

Sementara Perrie Edwards membolak - balik halaman demi halaman, berpikir apa yang cocok untuk dipakai pada hari specialnya nanti, Zoe kembali menggigit bibir. Dia mencoba melirik Zayn, tapi masih ragu.

"Er--atau anda bisa melihat beberapa contoh asli dari gaun - gaun yang ada di buku itu." Zoe membimbing mereka memasuki ruangan bernama Stew's Room. Kau akan menemukan ruangan luas penuh dengan patung - patung bergaun menakjubkan dengan dinding yang banyak terdapat lukisan Zoe. Dan lukisan yang Zoe tidak ingin Zayn melihatnya adalah,

"Ini juga buatanmu?" Perrie menunjuk pada lukisan gambar seorang gadis berambut coklat sedang duduk bersama laki - laki berambut hitam. Gadis pada lukisan terlihat sedang memperhatikan laki - laki disampingnya tanpa diketahui laki - laki itu. Ditambah cat warna - warni bertuliskan; please come back to me.

Cepat - cepat Zoe tutupi lukisan itu dengan tubuhnya sembari mengangkat alis. "Jadi? Mau pesan gaun yang mana?"

Dan dengan itu, Zoe mengantar Perrie memilih gaun dan menjelaskan apa saja hal - hal yang cocok untuk gadis pirang tersebut. Sementara Zayn duduk menunggu di sofa panjang yang terdapat di pojok ruangan. Tapi hal ini mengharuskan Zoe harus kuat mendengar kata - kata yang terasa panas di telinga.

"Menurutmu... Lebih bagus gaun putih panjang seperti ini atau... Dengan pita biru seperti yang disana?"

Andai saja keadaaannya berbanding terbalik. Zoe yang sedang memilih gaun dan orang lain yang ada di posisi Zoe. Ah, khayalan konyol.

"Mungkin akan lebih bagus gaun dengan pita biru itu.... Pe--pengantin laki - lakinya akan memakai dasi biru, kan?" Tanya Zoe gugup.

Zayn suka warna biru... Aku tahu... Dia pasti suka istrinya memakai gaun ini nanti... Batin Zoe tersenyum.

Perrie tersenyum. "Ya, mungkin anda benar. Sebaiknya aku mencobanya dan meminta saran pada Zayn..." Riang Perrie yang dibalas anggukan kecil dari Zoe. Wanita berambut pirang itu pun memasuki kamar ganti sementara Zoe bersender pada dinding. Zayn masih ada di ruangan yang sama dengannya tetapi dia tidak bisa melihat Zoe walau gadis itu sedari tadi memperhatikannya.

Zoe tidak bisa menahan rasa sakitnya saat melihat adegan mesra di hadapannya. Perrie, yang memakai gaun cantik dan menunjukkannya di depan Zayn. Dan Zayn, yang merasa terperangah dengan Perrie.

Zoe lagi - lagi menggigit bibir, namun suara Perrie mengejutkannya. "Hey, miss. Maaf, tapi... Bibirmu berdarah." Zoe menyentuh bibirnya dan benar saja, darah mengalir di jarinya.

Sebelum dia ingin mengambil tisu di meja terdekat, Perrie sudah menyodorkan dua lembar tisu yang langsung diambil Zoe untuk menghentikan pendarahannya. "Thanks." Gumamnya sembari terus merutuki betapa bodohnya dia dengan terus menerus menggigit bibir. Tapi hanya itu cara untuk menahan tangis yang sudah ia tahan sejak tadi.

"Bagaimana? Kalian sudah memilih gaun yang cocok?" Tanya Zoe, menyadari keadaan yang canggung sekali.

Perrie tersenyum lalu menatap Zayn. "Ya, gaun berpita biru tadi. Em--mungkin anda bisa menambahinya dengan glitter biru lagi." Ucapnya lalu tangan Perrie merambat ke pinggang Zayn. Merangkulnya.

Zoe mengangguk. "Okay. Gaunnya akan selesai mungkin... Tiga hari lagi dan akan dikirim secepatnya." Kata Zoe mantap, walau gemetar masih terdengar di antara suaranya.

"Kalau begitu, terimakasihm" kata Perrie. Dia  dan Zayn keluar dari ruangan luas itu dipimpin Zoe yang kini sudah mulai terasa lemas. Bibirnya yang kini mulai terasa perih bergetar.

Zoe menatap nanar punggung Zayn yang menjauh. Akhirnya. Satu tetes... Dua tetes...

Hingga sebuah suara mengageti Zoe.

"Zoe? Kau tak apa?"

Zoe membalikan badan dan terkejut melihat siapa yang berdiri dibelakangnya.

"Harry?"

Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang