× Chapter 2

2K 340 24
                                    

maaf kalau chap ini keliatannya kayak sok - puitis, lebay, dan berlebihan banget :)

•••

Zoe menghabiskan waktu jam istirahat makan siangnya bersama Harry--yang entah karena apa mengajaknya makan siang bersama. Ini suatu hal yang menguntungkan bagi Zoe karena memang dia selalu bosan untuk makan siang. Dia tidak punya teman. Para asistennya kebanyakan tukang gosip dan Zoe sangat anti dengan itu. Hanya Harry lah temannya saat ini.

"Kulihat - lihat, kau benar - benar sibuk hari ini." Gumam Harry. Zoe menoleh padanya. "Butikmu ramai?" Tanyanya lalu menatap Zoe lembut. Zoe tahu ada ketulusan saat Harry menatap matanya, tapi sayang Zoe belum bisa menerima itu semua.

"Oh..." Zoe mengerjap. "Er--ya, lumayan. Sebenarnya, hari ini aku kedatangan---" Zoe membelalak saat ekor matanya melirik jam tangan yang berada di lengan kirinya. Ia buru - buru berdiri. Melihat hal itu membuat Harry ikut berdiri juga. "Maaf, Har. Tapi aku harus kembali ke butik. Terimakasih atas makan siangnya...! Bye...!" Zoe dengan susah berlari menuju gedung tempatnya bekerja dengan heels meninggalkan Harry yang menatapnya heran.

Untunglah, sesampainya di butik Zoe tidak terlambat. Ia bisa melihat Nancy yang duduk di ruangannya dan menatapnya dari balik jendela besar yang membatasi ruangan Nancy dengan ruangannya.

Melihat bosnya sudah kembali, Nancy segera menghampiri. "Anda tidak apa - apa, Miss?" Tanya Nancy heran, dalam hati bertanya - tanya sendiri kenapa atasannya kuat sekali bisa berlari dengan heels setinggi itu.

"Apa? Huh.. Aku tidak apa - apa..." Zoe kembali menegapkan badannya dan nyengir. "Kapan pasangan menakutkan itu datang?"

Detik itu juga mereka dikejutkan oleh suara sepatu yang kelihatannya dari beberapa orang. "Permisi, Miss. Mereka sudah datang." Terdengar suara asistennya yang lain--Kattie yang membuat Zoe membalikan badan.

Dan dalam adegan slow motion yang paling lambat, Zoe memutar badannya ke belakang. Dalam satu detik pun, dia, semua orang, dan Tuhan pun tahu dia sedang menatap siapa. Orang yang ada di belakang seorang wanita, orang yang memakai jas hitam dengan dasi merahnya, dengan rambut hitam yang Zoe amat kenali.

Zoe yakin saat ini jantungnya ingin meledak akibat pergerakan detak yang begitu cepat, seluruh saraf - saraf pada organ tubuhnya mati rasa. Seakan tatapan itu mengalirkan sengatan listrik ke dalam tubuhnya dan mematikan semua fungsi organ tubuhnya. Dalam sekejap, dia bisa merasakan hatinya...

Hatinya beku begitu saja. Mencelos. Ditusuk - tusuk dengan pisau raksasa yang mematikan.

Tatapan itu...

Hanya Zoe yang tahu bagaimana rasanya. Begitu dalam, mengharukan, dan terlarang. Rasanya begitu membahagiakan sekaligus menyedihkan. Matanya memanas, seperti tatapan itu adalah panah api yang menusuk dan membakar matanya. Lututnya melemas saat itu juga, menyadari tubuhnya yang terlalu terkejut.

Setelah lima tahun... Setelah lima tahun Zoe menunggunya...

Sekarang, dalam dunia yang sama. Dalam waktu yang sama. Dalam tempat yang sama. Dalam ruangan yang sama. Zoe dapat melihatnya. Zoe dapat melihat orang yang dicarinya dan ditunggunya selama lima tahun. Orang yang begitu dia sayang dan dicintainya. Orang yang sekarang sudah benar - benar berubah.

Orang yang dulu membuat janji yang tidak akan pernah Zoe lupa seumur hidup...

Ingin sekali Zoe memeluknya sekarang, memukul pundaknya dan berteriak betapa Zoe merindukannya. Tapi ada satu fakta yang belum Zoe sadari.

Dia datang kesini... Bersama wanita... Tunangannya...

Harapan Zoe pupus saat ini juga. Impiannya membangun hubungan dengan orang itu tidak akan pernah terwujud. Tidak akan pernah. Dia sadar itu. Dia sadar laki - laki itu datang kesini bersama wanitanya pasti untuk gaun pernikahan. Tidak akan ada lagi janji konyol itu. Kini semua hanyalah tinggal kenangan masa kecil mereka.

Zoe mendesah dalam hati. Bukankah... Zayn bilang dia mencintainya? Zoe ingat sekali tulisan Zayn dalam surat itu. Satu lagi, aku mencintaimu. Tapi mana buktinya? Mana buktinya kalau Zayn mencintainya? Jika memang itu benar, mengapa Zayn tidak menunggunya seperti dia yang menunggu Zayn? Kenapa?

Dan, sekejap, Zoe disadarkan oleh suatu hal.

Perjuangannya selama lima tahun ini... Hampir sia - sia...

Everything Has ChangedWhere stories live. Discover now