17

1.5K 53 1
                                    

Pagi menghampiri siang, siang menghampiri sore, dan sore ini Ira dibuat bingung dan khawatir dengan suaminya.

Bagaimana tidak khawatir? Ini sudah hampir maghrib tapi suaminya belum pulang, dan nggak ada kabar apapun dari suaminya. Biasanya suaminya pulang paling lambat jam 3 sore itupun mengabari dia dulu.

Setelah selesai membersihkan rumah, menyiapkan makan malam, dan ia pun sudah mandi.

Ira duduk di teras rumah menunggu suaminya pulang, sesekali ia juga menelpon dan mengintip ke luar pagar rumah.

"Mas kemana sih" gerutu Ira.

Melihat suaminya online Ira menelponnya tapi bukannya diangkat tulisan online nya mendadak hilang.

"Mas Erlan kamu dimana? Kenapa telpon ku nggak diangkat mas" ucap Ira lirih menatap handphone nya.

Allahhu akbar..

Allahhu akbar...

Adzan maghrib sudah berkumandang tapi suaminya sama sekali belum menampakkan batang hidungnya.

Ira masuk kedalam rumah untuk menunaikan sholat maghrib tanpa imam.

Setelah selesai sholat Ira kembali ke teras rumah untuk menunggu suaminya pulang.

Berkali-kali Ira mengusap perutnya yang terasa lapar karna sedari siang dia belum makan. Mau makan malam pun ia masih menunggu suaminya.

Beberapa menit ke khawatiran Ira terbayarkan. Mobil yang dikendarai suaminya sudah memasuki gerbang rumah.

Dengan sigap 45 Ira segera menyalimi tangan sang suami.

"Mas" panggilnya mencium tangan suaminya. Yang dibalas hanya senyuman singkat dan elusan lembut di pundaknya. Tanpa ucapan kata Erlan masuk kedalam rumah, meninggalkan banyak tanya di benak istrinya.

Ira menatap suaminya sendu tak biasanya suaminya berlaku seperti ini. Sehabis pulang mengajar pasti suaminya menanyai jam-jam yang dilalui Ira sambil di selingi senyuman hangat nan usapan lembut.

Ira membuntuti suaminya masuk ke dalam kamar. Mungkin mau mandi pikir Ira.

Menunggu dengan setia tanpa mengalihkan pandangan dari pintu kamar mandi.

Erlan keluar dari kamar mandi menggunakan piyama panjang polos warna hitam.

"Makan dulu yuk mas" ajak Ira tersenyum sambil menggandeng lengan suaminya.

"Mas capek mau tidur" ucap Erlan dingin membuat Ira tertohok.

"Aku nungguin mas buat makan malam bareng loh" ucap Ira lirih mengeratkan cekalan lengannya.

"Makan sendiri dulu ya, besok kita makan bareng lagi. Mas mau tidur!" Erlan melepaskan genggaman Ira dilengannya. Lalu beralih membaringkan badan dikasurnya.

"Mas kenapa hari ini beda?" Ira duduk ditepi ranjang melihat suaminya yang sudah menutup mata.

"Pulang lambat nggak ngasih tau aku, nggak ngabarin aku, aku telfon nggak diangkat aku chat nggak dibales. Pulang-pulang langsung gini" suara serak Ira membuat Erlan membuka matanya.

"Aku udah dari sore sampai malem nungguin mas terus. Kemana seharian ini? Kenapa pulangnya habis maghrib?" Lolos sudah air mata yang Ira tahan sedari tadi.

"Huh" Erlan menghela nafas panjang, memijat pelipisnya sebentar, lalu bangkit menatap istrinya.

"Ke-kenapa mas cuekin hiks aku" isaknya memilin jari jemarinya.

Erlan masih bungkam ia masih terus memijat pelipisnya yang terasa makin pusing.

"Dek" ucap Erlan pelan memegang tangan Ira.

"Cerita mas, ceritain kenapa mas pulang lambat dan nggak ngabarin aku sama sekali"

"Oke, mas jelasin!" Erlan memejamkan matanya, pusing menjalar dikepalanya membuat ia enggan membuka mata.

"Mas" panggil Ira kala suaminya tak lagi berucap.

"Mas tadi ada rapat mendadak dek, dari jam dua sampai jam empat terus setelah selesai rapat mas diajak guru-guru lainnya buat makan di cafe, terus kita ngobrol-ngobrol sampai menjelang Maghrib, mas sudah mau pamit pulang dulu waktu itu tapi temen mas nahan mas buat pulang nanti aja setelah sholat Magrib di masjid terdekat" menjeda sebentar, Erlan kembali memijit pelipisnya.

"Terus pas udah selesai dari masjid mas pulang, waktu dipertengahan jalan ban mobil mas bocor, mas nggak bawa ban cadangan dek jadi mas cari tambal ban di sekitar situ sampai akhirnya dapet" Erlan kembali memejamkan mata.

"Maafin mas kalau mas bikin adek khawatir, mas mau ngabarin adek tapi baterai mas habis" pusing semakin menjalar dikepalanya membuat Erlan harus mengatur nafasnya.

"Mas kenapa?" Ira baru menyadari kalau sedari tadi cerita suaminya seperti menahan sakit.

"Kepala mas pusing, badan mas lemes dek" Erlan kembali membaringkan tubuhnya.

"Adek makan sendiri dulu ya, maafin mas nggak bisa nemenin adek makan. Mas mau tidur dulu" saat ia mau memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar isak tangis yang tertahan.

Ira mendekap erat tubuh Erlan. Ia merasa sangat bersalah karena sudah berburuk sangka kepada suaminya.

"Hiks maaf-fin aku mas, pasti hiks mas capek banget ya"

Sambil berbaring Erlan mengelus surai rambut Ira.

"Udah sayang, jangan nangis terus, mas hanya pusing sedikit kok besok juga pasti sembuh" Erlan memeluk erat tubuh Ira.

"Adek makan dulu ya sayang, nanti kalau telat makan perut adek sakit" Ia usapnya pipi istrinya yang basah itu.

Ira mengangguk
"Iya, nanti kalau adek udah selesai makan, adek bawain obat ke sini" Ira mengecup kening suaminya.

Erlan tersenyum dan mengangguk. Ia kembali memejamkan mata untuk masuk ke alam mimpi.

VOTMEN NYA JANGAN LUPA YA⭐💙

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Where stories live. Discover now